Antar dengan Bangga, Lepas dengan Doa!



Memasuki lingkungan baru dengan orang-orang yang belum dikenal dapat menyebabkan kecemasan pada anak. Ini kerap terjadi pada hari pertama masuk sekolah. Tak jarang anak-anak yang tidak dapat mengatasi kecemasannya atau mengalami hal buruk di hari pertama menjadi kapok atau ekstrimnya trauma untuk ke sekolah. Akan sulit bagi orang tua untuk membujuk anaknya masuk sekolah lagi. Untuk itu amat penting bagi orang tua memastikan anak-anak mereka memperoleh kesan yang menyenangkan di hari pertama sekolah.

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, menemani anak di saat paling bersejarah yakni masuk sekolah pertama kali, sangat berarti sebagaimana mereka hadir kelak saat anaknya diwisuda. Di sisi lain, menurutnya, mengantar anak di hari pertama itu juga dapat mendorong interaksi positif antara orang tua dengan guru.

 

Untuk itu telah diterbitkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti berisi antara lain tentang keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. Salah satu hal yang ditekankan adalah kewajiban orangtua mengantar anak ke sekolah pada hari pertama tahun ajaran baru.

Kepala SMPN 1 Depok, Jawa Barat, Ety Kuswandarini memandang perlu Permendikbud No 23/2015 karena "memaksa" orangtua memasang antena terhadap perkembangan anak-anak mereka. "Orangtua cenderung menganggap pendidikan urusan antara guru dan murid. Mereka tidak lagi mengindahkan perkembangan anak di sekolah," ujarnya.

Sekolah proaktif membuat forum komunikasi kelas di beragam media sosial agar guru dan orangtua bisa bertukar informasi tentang anak. "Wali kelas juga menjadwalkan pertemuan dengan orangtua untuk membahas rencana pembelajaran anak," ujar Ety.

Sedang menurut  Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Yuddy Chrisnandi, "Mengantarkan anak di hari pertama masuk sekolah, memberinya motivasi untuk percaya diri dan berperilaku baik di sekolah adalah bagian dari pembangunan karakter anak." Yuddy juga meminta agar para Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) di setiap instansi pemerintah memberikan izin atau dispensasi kepada pegawai yang memiliki anak usia sekolah untuk terlambat masuk kerja karena mengantarkan anaknya di hari pertama masuk sekolah.

 
(pic from here)

"Mari biasakan lakukan hal baik, mari kerjakan dengan rutin, karena apa yang kita biasakan akan membentuk budi pekerti kita. Perlu diingat bahwa budi pekerti ini bukan hanya tentang siswa, tapi juga budi pekerti dari kita semua di dunia pendidikan; termasuk budi pekerti dari seluruh warga sekolah, dari Siswa, Guru, Kepala Sekolah dan Tenaga Kependidikan lainnya.

Dalam usaha penumbuhan budi pekerti ini, mari kita libatkan orangtua secara dekat, karena Orangtua dan Guru adalah mitra yang perlu bergandengan tangan saat menuntun tumbuh kembang siswa. Jangan lupakan pula pelibatan masyarakat dalam proses pendidikan di sekolah. Jangan jadikan sekolah sebagai ruang tertutup, namun bukalah satu dindingnya kepada luasnya kenyataan yang ada di masyarakat. Ajak berbagai elemen masyarakat untuk ikut berbagi kepada siswa di sekolah dan ajak siswa terlibat aktif dalam kehidupan masyarakat di sekitar sekolah."
 (Sambutan Mendikbud, Anies Baswedan, pada Upacara Bendera Hari Pertama Sekolah Tahun Ajaran 2015/2016 (27/07/2015))

Sumber: Kompas.com

 ~ o 0 o ~


Tips Mengantar Anak Hari Pertama Sekolah

Berikut ini beberapa tips untuk meredakan kecemasan pada anak di hari pertama sekolah:

- Memperkenalkan anak dengan gurunya secara pribadi. Sebelum ataupun sesudah perkenalan formal guru dengan murid-murid, Anda pun perlu mengenalkan guru tersebut secara khusus dengan anak Anda secara pribadi. Tunjukkan bahwa Anda mempercayai sang guru agar anak pun merasa nyaman dengan guru tersebut.

- Bawa "teman" untuk menemani anak Anda. Tanyakan kepada gurunya bolehkah anak Anda membawa boneka kesayangannya, atau mungkin juga foto ayah ibunya, atau mungkin selimut kecil yang biasa dia gunakan untuk membuat dia secara psikologis merasa nyaman seperti di rumah.

- Pada saat akan pergi, pastikan Anda mengucapkan selamat tinggal pada anak Anda. Jangan pergi diam-diam, karena itu akan membuat anak Anda tidak mempercayai Anda.

- Sekali mengucapkan selamat tinggal, langsung saja pergi. Jangan berlama-lama dalam adegan perpisahan, apalagi sampai kelihatan tidak tega meninggalkan anak, karena hal itu membuat anak Anda akan mengira bahwa sekolah adalah tempat yang buruk sehingga orang tuanya tidak tega meninggalkannya sendirian.

- Saat akan meninggalkan anak, ekspresikan kegembiraan. Misalnya dengan membuat wajah lucu saat melambaikan tangan, sehingga anak Anda ikut merasa bahwa ini peristiwa baru yang menyenangkan.

- Buat ritual perpisahan Anda sendiri. Ucapkan selamat tinggal dengan cara yang sama setiap hari. Misalnya dengan mencium pipinya, memeluknya sebentar, lalu melambaikan tangan. Setelah melalui hal itu anak Anda akan merasa siap untuk ditinggal sendirian.

- Pertimbangkan untuk memberi reward. Misalnya dengan membuatkan anak sebuah kalendar khusus. Setiap kali anak pulang sekolah dengan ceria dan tidak ada masalah, maka tempel gambar icon senyum (smiley face). Kalau sebaliknya maka pasang gambar icon sedih (sad face). Dan kalau selama seminggu berturut-turut mendapat icon senyum, anak diajak jalan-jalan sebagai hadiah.

- Hafalkan nama teman-teman anak Anda. Misalnya, "Gimana kabarnya Susi dan Andi hari ini? Sudah baikan lagi kan?" Itu membuat anak Anda merasa aman di sekolah karena orang tuanya juga mengenal baik teman-temannya.

(Sumber: The American Medical Association)

No comments :