Taman Nasional Komodo


Tidak sabar rasanya untuk segera mendarat di Bandar Udara Komodo Labuan Bajo. Perjalanan ditempuh dengan pesawat Wings Air ATR selama 1, 5 jam dari Denpasar terasa lama. Dari pinggir jendela terlihat pulau pulau indah. Tidak ada penerbangan langsung ke Labuan Bajo dari Jakarta, harus transit di Denpasar terlebih dahulu. Labuan Bajo, ibukota Manggarai Barat, pintu gerbang menuju keajaiban dunia, Taman Nasional Komodo.

Menjelang berlayar dengan Komodo Sea Dancer


Ucha & Emmy siap menyelam

Sommy & Nita





Sommy & Emmy


Trip kali ini bersama Sommy, Ucha anakku & Nita menantuku, Emmy adik iparku. 6 Hari 5 Malam kami habiskan untuk menikmati keindahan Taman Nasional Komodo.

Hari Pertama, Sabtu 2 Mei 2015

Tiba di Labuan Bajo sekitar jam 4 sore, kami berempat dijemput oleh Tim dari Komodo Sea Dancer, langsung menuju Hotel Luwansa tempat kami menginap selama semalam sebelum besok pagi mulai explore Pulau Komodo.

Hari Kedua, Minggu 3 Mei 2015

Selama 3 malam kami berpetualang menjelajahi Taman Nasional Komodo dengan live on Board, dengan KLM Komodo Sea Dancer, kapal Wisata tradisional yang dimiliki oleh Koperasi Wisata Sehati, Koperasi pribumi Manggarai Barat. 

Pulau Kanawa, pulau yang kami kunjungi pertama, ditempuh selama kurang lebih 1 jam dari Pelabuhan Labuan Bajo. Kami berkeliling dan melihat Kanawa Resort. Pulau Kanawa  terkenal dengan keindahan terumbu karangnya,selain itu pantai panjang berpasir putih, sangat cocok untuk snorkeling. Airnya bersih, temperature juga tidak dingin, kami bisa melihat Penyu , ikan yang berwarna-warni. 

Pulau Sebayur, adalah tujuan kami berikutnya. Pulau Sebayur ada dua, Sebayur besar dan Sebayur kecil, terletak di perbatasan Taman Nasional Komodo.  

Setelah makan siang dengan menu lezat seperti ikan bakar, sayur kemangi, timun, daun kelor, tomat, kami melanjutkan perjalanan menuju Gili Lawa, sebuah pulau yang terletak bagian utara pulau Komodo, di tempat inilah dive spot yang terbaik di perairan Komodo, selain itu banyak pulau-pulau yang mengitari pulau ini,menawarkan keindahan pantai pasir putihnya, di sinilah tempat trekking sunset terbaik di Taman Nasional Komodo, Kapal berlabuh di sini. Sebelum kami tidur masih bisa menikmati keindahan bintang-bintang di sun deck kapal.





Ucha & Nita di Taka Makassar


Pink Beach







Hari Ketiga, Senin 4 Mei 2015

Hari kedua Live on Board dengan KLM Komodo Sea Dancer, setelah sarapan kami menuju Karang Makasar atau Manta Point untuk melihat salah satu keistimewaan perairan Taman Nasional Komodo, yaitu Pari Manta. 

Karang Makasar, adalah lokasi  yang paling mudah melihat pari manta berenang di permukaan, sehingga bisa disebut Manta Point. Snorkeling dengan ada arus sedikit, tapi arus tidak membahayakan, karena kita bisa snorkeling ikut arus melihat manta bermain-main  di arus sambil menangkap plankton. Menghabiskan waktu sekitar 1 jam snorkeling di tempat ini        
Pantai Merah atau sering disebut Pink Beach, adalah tujuan kami berikutnya. Disini kami kembali snorkeling selama kurang lebih 1 jam.

Jam 3.00 sore kami berangkat ke desa Komodo melihat kehidupan masyarakat Komodo dan menikmati fasilitas desa wisata yang ada di Komodo oleh Koperasi masyarakat komodo. Kemudian menuju ke pulau Lasa, makan malam di alam terbuka yang disediakan oleh masyarakat desa Komodo .
Malam hari kapal berlabuh di sekitar Pulau Lasa, sebuah pulau kecil di depan desa Komodo dan bermalam di sekitar pulau. Desa Komodo berpenduduk sekitar 1500 orang, merupakan campuran antara orang Bima, Bajo, Bugis. Karena itu bahasa mereka merupakan campuran dari ke-3 suku tersebut dan disebut Bahasa Modo.

Hari keempat, Selasa 5 Mei 2015

Pagi hari kapal bergerak menuju dolphin spot sambil menuju Loh Liang.  Setelah berkelana dua hari di pulau-pulau di Taman Nasional, tibalah saatnya bertemu dengan binatang purba yang hanya ditemukan di tempat ini di dunia, Sang Komodo. Tiba di Loh Liang, kami treking 1 jam untuk bertemu dengan Komodo dan melihat pemandangan sekitarnya serta bermacam-macam burung endemik pulau Komodo. Di sini kita selalu ditemani oleh Ranger dan tidak diperbolehkan trekking sendiri. Loh Liang adalah pusat pengunjung di pulau Komodo. Di pulau Komodo ada kurang lebih 1700 ekor Komodo, apabila beruntung dapat melihat Komodo di sekitar restoran dan dapur Resort Taman Nasional. Sayangnya kami hanya berpapasan dengan 2 ekor komodo pada saat kami melakukan trekking sehingga kami tidak mempunyai kesempatan untuk berfoto yang bagus.

Saya baru menyadari setelah sampai di Pulau Komodo dan menyaksikan sendiri binatang tersebut ternyata Komodo termasuk binatang purbakala…..sungguh luar biasa keajaiban Fauna Indonesia.
Saya bersyukur bahwa Komodo tersebut masih berkembang biak. Anak komodo setelah menetas lari ke pohon selama 2 tahun untuk menghindari kanibalisme dari komodo dewasa. Kami beruntung bertemu dengan anak komodo di pohon bersembunyi di sebuah lubang, yang terlihat hanya mulutnya dan sesekali mereka makan serangga, tikus, dll.

Setelah itu berlayar menuju pulau Padar dan menikmati kesenyapan dan keindahan bukit batu dan padang rumput pulau Padar yang tidak berpenghuni  dan terdiri dari batuan yang indah dan padang rumput. Di Pulau Padar kami berenang dan snorkeling. Malam hari, kapal berlabuh disini. 





Dermaga Pulau Komodo (Loh Liang)



Hari kelima, Rabu 6 Mei 2015.

Kapal bergerak menuju pulau Rinca, kami menikmati perjalanan sepanjang pulau Padar dan Rinca dan snorkeling. Ucha diving di mud dive di pulau Wae Nilu. Dari sini,  kita berlayar menuju pulau Bempe dan beraktivitas seperti kayaking ke pulau bakau di dekatnya, snorkeling  dan glass bottom. Kami juga sempat berkunjung ke Kampung Pasir Panjang di pulau Rinca. Makan siang disediakan oleh masyarakat Rinca. Sore hari kami melihat pemandangan spektakuler keluarnya ribuan kalong  dari sarangnya untuk mencari makan di pulau Flores, pemandangan yang sulit dicari tandingannya. 

Malam hari kami kembali ke Labuan Bajo untuk menginap di Luwansa sebelum keesokan hari terbang kembali ke Jakarta Berkelana dengan kapal di Taman Nasional Komodo  sudah selesai. 

Selama 3 malam menginap di Kapal Phinisi Komodo Sea Dancer dengan Kapten Kapal Andi, Juru Masak Una dan tim penyelam Herman dan Yuri. Didarat yang bertugas mengatur segala sesuatu Ita Evalin dari Maumere.


Menjelang sunset di Gili Lawa / Gili Laba

Tarian adat Desa Cecer

Hari keenam, Kamis 7 Mei 2015

Hari ini adalah hari rileks dan santai. Karena pesawat kami terbang sore hari, kami berkesempatan untuk ke desa Cecer, melihat pemandangan Labuan bajo dan pertunjukan tarian dan adat Manggarai Barat. saya terkejut karena mereka adalah turunan generasi ke 9 dari Gorontalo.

Makan siang di Labuan Bajo, di restoran Pesona sambil menikmati pemandangan Teluk Baji.
Desa Cecer terletak di ketinggian 900 meter dari permukaan laut, berjarak kira-kira 15 km dari Labuan Bajo,dapat ditempuh dalam waktu kurang dari setengah jam dengan mobil. Walaupun rumahnya sudah berbentuk rumah desa biasa bukan rumah asli Manggarai, namun desa ini masih ketat menjaga adat istiadat Manggarai Barat, utamanya suku Kempo. Di sini, kami menikmati pertunjukan tari-tarian , pertunjukan Caci, dan musik Manggarai dengan serulingnya yang merdu. Sambil menikmati kopi Manggarai yang terkenal.

Insya Allah saya dan keluarga ingin berlayar di Raja Ampat, saya percaya bahwa setiap jengkal tanah di Papua adalah rejeki untuk Bangsa Indonesia.

Dua tahun lalu kami mengunjungi Wakatobi, namun pemandangan Taman Nasional Komodo lebih indah.

Mei 2015



MADRID

Madrid menjadi kota terakhir yang kami kunjungi sebelum kembali ke Indonesia. Kami menghabiskan waktu selama 2 malam di Ibis Styles Prado Hotel yang strategis dan terdapat pusat keramaian di sekeliling hotel.

Sudah lama kami tidak berkunjung ke negeri matador yang sangat menyenangkan ini, terakhir tahun 2008. Kehidupan masyarakat Spanyol yang cukup relaks membuat hidup lebih nyaman dan tenang.

Hari pertama kami disini, dihabiskan dengan berkeliling ke pusat keramaian seperti Plasa Mayor, Puerta Del Sol, Palacio Real, Plaza Espana, Plaza Cibeles, Gran Via.

Keesokan hari,  kami habiskan dengan berbelanja oleh oleh di The Style Factory Outlet San Sebastian de Los Reyes dengan menggunakan bus no. 152 C dari Plaza Castilla, perjalanan ditempuh selama 30 menit.


Juni 2013















Pulau Lombok & Rinjani

Perjalanan kali ini ke Lombok dalam rangka reuni Sommy bersama alumni ITB TP (Teknik Penyehatan) angkatan 74 sebanyak 30 orang. Setelah reuni selama 3 hari di Lombok, kami melanjutkan perjalanan ke Desa Sembalun, anak kaki Gunung Rinjani.

Sudah lama kami tidak mengunjungi Lombok, dan untuk pertama kalinya kami mendarat di Bandara Internasional Praya (LOP), sebelumnya kami kesini masih mendarat di Bandara Selaparang yang letaknya cukup dekat dengan Kota Mataram.

Perkembangan pariwisata Lombok menggembirakan didukung oleh penerbangan langsung dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Ujung Pandang, Singapura dan Kuala Lumpur ke Lombok 36 x sehari oleh Maskapai Lion Air 17 kali, Garuda 13 kali, dan sisanya Citilink, Air Asia dan Silk Air.

Hari pertama di Lombok kami habiskan dengan mengunjungi Pasar Tenun Sukarare untuk berbelanja, kemudian makan siang di Kuta. Setelah makan siang, Pasar Cakra menjadi tujuan kami berikutnya sebelum check in di Hotel Jayakarta Senggigi Lombok. Belum lengkap rasanya berwisata ke Lombok tanpa mencicipi kuliner khas Lombok di RM Taliwang dengan menu khas sup iga bebalung, plecing kangkung dan ayam bakar taliwang.

Keesokan harinya, kami menuju Gili Trawangan yang merupakan salah satu dari tiga Gili yang terdapat di Lombok yaitu Gili Air dan Gili Meno. Untuk menuju Gili Trawangan, menggunakan speedboat selama 15 menit.

Kami menginap di Black Penny Villas (www.blackpennyvillas.com), hotel mengelilingi pantai dengan air biru jernih dikelilingi oleh karang yang indah, sangat tepat untuk menyelam dan snorkling.

Hari ketiga kami kembali lagi ke Senggigi, kali ini hanya kami berdua karena teman teman ITB sudah kembali ke Jakarta.

Kila Senggigi Aerowisata Hotel di Pool Villa Club menjadi pilihan kami menginap selama 2 malam sebelum melanjutkan perjalanan ke Desa Sembalun. Pilihan kami menginap di Kila Senggigi karena GM Erik Tumbelaka sebelum bertugas disini, adalah GM Prama Preanger Bandung. Hotelnya luas terletak di semenanjung Senggigi.

Kuliner khas Lombok berikutnya selain di RM Taliwang adalah Sate Rembiga, sate terkenal khas Mataram yang terletak di Jl. Dr. Wahidin. Kami makan berempat dengan menu 30 tusuk sate, 2 porsi bebalungan, 1 urap, 1 plecing, 4 teh panas, total 140 ribu.

Kami mengunjungi Lombok Selatan dimana terdapat Pantai Kuta. pantai berpasir putih dan indah. Kemudian menuju Tanjung Aan, makan siang di Novotel Lombok yang dirancang oleh arsitek Leg Bunag, sama dengan arsitek Novotel Bukittinggi.

Walaupun prasarana jalan sudah baik tapi pembangunan di selatan masih jauh tertinggal oleh daerah Senggigi.

Setelah menghabiskan waktu 2 malam di Kila Senggigi Aerowisata Hotel, kami menyewa mobil dengan tarif 500 ribu/ hari mendekati Gunung Rinjani melalui pantai utara. Kami sempat berhenti di Senaru untuk melihat 3 air terjun : Sindang Gila, Tiuq Kelap dan Betara Lenjang. Untuk mencapai air terjun ini, bisa dicapai melalui anak tangga kurang lebih 100 meter. Pemerintah telah menyediakan anak tanggal dan railing, sayangnya toilet tidak terawat.

Perjalanan dari Senggigi menuju Desa Sembalun selama 4 jam. Kami menginap di Sembalun Agro Vila selama 2 malam. Setelah tiba di penginapan, kami segera datang ke Pos Kehutanan untuk mencari informasi mengenai Gunung Rinjani dan bertemu dengan Firman (0812 860 255 07), alumni UNPAD Bandung dan Polisi Hutan Sdr. Mochtar (0819 185 0356).

Keesokan harinya jam 7 pagi kami berangkat ditemani Pak Mochtar berjalan kaki menuju Pos 1 melalui padang rumput savana yang sangat indah. Perjalanan ditempuh selama 4 jam pulang pergi. Setelah lelah berjalan kaki, kami kembali ke penginapan untuk beristirahat, dan setelah sarapan, kita meluncur ke Lombok Timur melalui labuhan lombok tempat feri berlayar ke Sumbawa. Kami melalui makam raja Selaparang kemudian menuju Pink Beach yang terkenal. Resort terkenal Jeeva Beloam, bangunan sederhana tarif 300 USD/night.

Setelah menghabiskan waktu selama 2 hari di Desa Sembalun, kami kembali menuju Bandara Internasional Lombok untuk terbang ke Denpasar. Perjalanan dari Desa Sembalun menuju Praya (ibukota Lombok Tengah) ditempuh selama 3 jam.



Dari Gili Trawangan melihat ke Pulau Lombok

Sop Buntut No. 1 di Mataram

Bersama Alumni ITB TP 74 di Bandara Praya

Suasana di Gili Trawangan



Bukit Nipah


Siap menyeberang ke Gili Trawangan


Kembali ke Pulau Lombok

Di depan Black Penny Hotel Gili Trawangan


Black Penny Villa Gili Trawangan

Sate Rembiga bersama Erik Tumbelaka, GM Kila Senggigi Beach Aerowisata

Di depan Pool Villa Kila Senggigi Beach Aerowisata






Desa Adat Sade





Pantai Novotel Lombok Kuta


Pusat Kerajinan Tenun Sukarare


Di rumah suami istri Dresta



Oberoi Lombok resort terbaik di Pantai Sira

Air Terjun di Senaru


Suasana di Sembalun, Kaki Gunung Rinjani


Gunung Rinjani


Persiapan Trekking
Menuju Pos 1 bersama Polisi Hutan Mochtar


DSP dengan tongkat ajaib



April 2015