Ayu Utami Prihatin dengan Bahasa yang Jelek



Penulis novel Ayu Utami beranggapan menulis jadi salah satu cara berkomunikasi. Perempuan kelahiran Bogor,  21 November 1968 itu,  selalu menyisipkan pesan dan peristiwa tertentu dalam karyanya.  Sebagaimana novel Saman, karyanya,  memuat kisah tentang ketidakadilan pada era Presiden Soeharto.
Namun Ayu prihatin kualitas tulisan generasi muda, terutama murid yang ikut dalam kelas menulisnya semakin jelek. “Dari tahun ke tahun saya semakin banyak menemukan orang makin jelek tulisannya. Tata bahasanya jelek, logika kalimatnya tidak nyambung, dan tidak bisa membuat tulisan runtut,” ujar Ayu, di Jakarta, Rabu (16/1/2019) malam.
Menurut dia, fenomena ini disebabkan banyaknya anak-anak yang terpapar bahasa jelek di media sosial. Untuk itu, cara yang paling mudah mempelajari bahasa yang benar adalah membaca karya tulisan yang mendapat penghargaan.
Kini, ia sedang menyiapkan karya terbarunya,  Anatomi Rasa yang akan terbit  Februari 2019. Buku ini  memuat pemikiran yang seolah ditulis oleh Parang Jati, tokoh utama dalam novel Bilangan Fu. “Ini adalah teorisasi dari konsep rasa yang sangat penting dalam seni dan kebatinan Jawa,” jelas dia.
Novel itu akan menjadi karya pertama Ayu Utami yang berisikan unsur  puisi bahasa Jawa dalam bentuk pangkur dan sinom. Karena itu, ia banyak mempelajari karya dari Mangkunegara IV dan Ranggawarsita. (Fransisca Natalia Anggraeni)

Ditulis oleh Budi Suwarna, dikutip dari Kompas edisi 21 Januari 2019