Tanggal 17
Juni kami terbang dengan SAS, Scandinacian Airlines dari Helsinki menuju
Copenhagen selama sekitar 40 menit
dengan pesawat berbaling-baling dua. Proses airport lancar langsung naik kereta
di pusat kota menuju Copenhagen selama 20 menit. Stasiun Kopenhagen tua tapi
terawat dengan baik dan kelihatannya menjadi pusat kegiatan. Saya juga
terkesiap mendengar lagu-lagu mars perjuangan berkumandang di pintu masuk
stasiun dan langsung teringat sahabat di tanah air: Ananda Sukarlan, Addie MS, dan
Purwacaraka. Sewaktu mengantri tiket di airport untuk menuju ke Copenhagen City
kami berkenalan dengan seorang pengacara muda dari Argentinya yang simpatik
namanya Sebastian. Dan dengan senang hati dia membantu membawa koper Ibu.
Sesampainya di stasiun, kami mengetahui bahwa dia juga mencari hotel yang sama,
Copenhagen Strar Hotels yang berada di sekitar stasiun. Walaupun kami tahu
hotel itu berada di sekitar stasiun, tapi tetap kami membutuhkan arah dimana
hotel itu berada dan si kondektur berbaik hati menunjukkan arahnya. Ternyata
hotel itu hanya beberapa langkah dari stasiun.
Keesokan harinya kami ikut hop on hop off. Seperti negara Skandinavia lainnya, transportasi umum terintegrasi. Kereta, metro, bus, dan trem. Di sekitar hotel, hampir semua jenis makanan ada. Kami malam terakhir di Copenhagen makan malam di Madklubben Vesterbro, Vesterbgogade 62, 1620 Kobenhavn V. Restoran juara pertama kategori kelas ekonomi yang berada di 100 m dari hotel. Harganya tapi tidak murah. Makanan khasnya adalah ‘The Staff Meal” seharga 50 crown. Namun, Sommy memilih 300 gr grilled rib eye dan sallad. Kami juga makan siang dengan Capitan Vice President Maelsk Oil di Nimb Baserie, Tivoli, pusat gelanggang permainan dan taman kebanggaan orang Copenhagen, terletak di depan stasiun.
Kami juga mengunjungi Lousiana Museum of Modern Art, museum seni kontemporer terkemuka di Copenhagen, terletak di sebuah tanah yang luas di pinggir pantai yang indah. Kami naik kereta api setengah jam. Saat itu sedang berlangsung Yoko-Ono Half-a-Wind Show: A Retrospective. Di situ terdapat gallery, chidren wing, concert hall, toko, dan cafe. Kami mengunjungi Design Museum Danmark. Seperti diketahui, Denmark sangat terkenal dengan desain-desain modern. Kastil-kastil zaman medieval, gereja-gereja tua yang menjulang, dikemas keindahan alam yang begitu memukau, menarik perhatian para pengunjung.
Setelah selesai dari museum, kami mengunjungi sebuah kota kecil dengan menumpang kereta selama 10 menit, kota itu bernama Helsinger. Kota ini adalah kota kecil yang berada di pinggir pantai. Dari stasiun kami berjalan kaki 10 menit ke kastil Kronborg, dimana Shakespeare konon kabarnya pernah tinggal di situ dan mengarang karya besar Hamlet.
Amalienborg Palace (The Royal Palace) adalah kediaman Danish Royal Family yang sampai sekarang masih didiami.
Selain itu, kami melewati Stroget Street, area pusat perbelanjaan yang berada di pusat kota. Di sini kami hanya membeli magnet karena harga-harga mahal semua.
Kami juga mengunjungi icon Kopenhagen, patung Little Mermaid, yang terletak di pantai Langenine yang agak sedikit di pinggiran kota. Hal yang sangat menarik dari Kopenhagen adalah arsitekturnya yang memancarkan aura klasik. Deretan bangunan sepanjang jalan didominasi oleh dinding dengan bata merah. Suasana kota tenang dan tentram, jauh dari hiruk pikuk kota besar yang bising, walau menjadi sentral ibukota Denmark.
Bergabungnya
Denmark dalam konvensi negara Schegen tahun 2001, memudahkan akses dari dan ke
negara ini. Akan tetapi, Denmark masih mempertahankan mata uangnya sendiri,
Danish Kroner (1 DKK= Rp 1708), bukan Euro. Saya juga baru tahu bahwa Denmark
adalah negara yang penduduknya paling bahagia dan sejahtera di dunia. Negara
ini beberapa kali mendapat predikat The Happiest Country in The World, dimana
indikatornya adalah faktor pendapatan per kapita, kesejahteraan hidup, tingkat
kesehatan, pendidikan, angka pengangguran, dan tingkat stres penduduk.
Copenhagen
sendiri, sebagai Ibu Kota, mendapat predikat #1 World’s Most Livable City and
Best Design City dari Majalah terkenal, Monacle. Alasan pemberian predikat itu
adalah tata kota yang sangat baik, perhatian yang tinggi terhadap isu
lingkungan, sistem transportasi yang sangat baik, serta pemanfaatan renewable
energy yang sustainable. Kopenhagen juga kota yang sangat bike-friendly. Mereka
menyediakan sepeda untuk umum yang dipakai gratis dengan menggunakan koin
.
Kota ini
juga punya tokoh yang bernama Mister Hans Christian Andersen, yang terkenal
melalui sastra.
Ada
kejadian lucu. Waktu naik hop on hop off menuju museum, kami nunggu bus lama
banget. Kami duduk di kafe untuk mengisi waktu. Karena tidak kunjung datang,
akhirnya kami memutuskan pulang ke hotel dan melanjutkan perjalanan besok.
Ternyata setelah sampai di museum, kami baru tau kalau kafe tempat nongkrong
kemaren hanya berjarak beberapa langkah dari museum.