Borobudur

Akhir Juni 2008, Mala memulai liburannya ke Indonesia. Sepupunya, Nitya, menikah dengan pilihan hatinya, Syafik, mereka teman kuliah di ITB. Resepsi pernikahan diadakan di Sculpture Park Nyoman Nuarta, Bandung, di alam terbuka yang sangat indah.


Setelah beristirahat satu hari, kami dengan mengendarai mobil Kijang, berangkat ke Candi Borobudur dan menginap satu malam, untuk mengejar acara sunrise keesokan pagi.

Jam 4.30 kami telah dibangunkan oleh pengurus hotel dan berjalan kaki selama 10 menit menuju Candi Borobudur dipandu oleh guide.

Setelah kami memilih tempat yang sesuai, yaitu di Rupadhatu, maka jam 5.30 pagi, sinar merah mulai terlihat dan beberapa saat kemudian kilau Sang Surya pun perlahan muncul menyeruak membuka pagi.


Seluruh pengunjung dari berbagai negara mengabadikan pemandangan yang menakjubkan dengan kamera dan video masing-masing.

Secara keseluruhan, bangunan Candi Borobudur terdiri dari 10 tingkat yang masing-masingnya memiliki maksud tersendiri. Candi ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu kaki (bagian bawah), tubuh (bagian pusat) dan puncak (bagian atas). Pembagian ini sesuai dengan tiga lambang dalam susunan ajaran Budha, yaitu Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu yang masing-masing memiliki makna.

Kamadhatu melambangkan alam bawah yaitu dunia hasrat/nafsu. Maknanya bahwa dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat/nafsu.

Rupadhatu melambangkan dunia rupa, bentuk, dan wujud. Dalam dunia ini manusia telah meninggalkan segala nafsu, tapi masih terikat pada nama dan rupa, wujud, dan bentuk.

Arupadhatu melambangkan alam atas yaitu dunia tanpa rupa, wujud, dan bentuk. Pada tingkat ini manusia telah bebas sama sekali dan telah memutuskan untuk selama-lamanya segala ikatan kepada dunia fana.


Candi Borobudur ini didirikan pada sebuah bukit seluas sekitar 7,8 ha pada ketinggian 265 m di atas permukaan laut. Para ahli sejarah memperkirakan candi ini berdiri pada zaman keemasan dinasti Syailendra yaitu pada abad ke-8 sampai 9 M.

Setelah selesai dibangun, selama 150 tahun, Borobudur menjadi pusat ziarah megah bagi penganut Budha. Tetapi saat kerajaan Mataram runtuh sekitar tahun 930 M, pusat kekuasaan dan kebudayaan pindah ke Jawa Timur dan candi ini pun hilang terlupakan. Hingga seribu tahun kemudian, barulah orang-orang Belanda menemukan kembali candi ini dan melakukan pemugaran pertama.

Meski Borobudur tidak termasuk dalam daftar versi baru Tujuh Keajaiban Dunia, namun tentu tingginya nilai budaya, sejarah, serta kemegahan arsitektur yang dikandungnya tak dapat dipungkiri.

No comments :