Kalau Banda Aceh dikenal dengan Serambi Mekkah, maka Gorontalo dikenal dengan Kota Serambi Madinah. Di sinilah Ayah saya, almarhum Jusuf Panigoro dilahirkan, tepatnya di Kampung Potanga, Gorontalo, pada tanggal 5 Mei 1922. Kemudian beliau sekolah ke Bandung dan tinggal di sana sampai akhir hayatnya, 23 Maret 1976.
Julukan lain bagi Gorontalo adalah Bumi Para Sastrawan, karena di sini lahir para tokoh sastrawan, seperti Hans Bague Jassin, dan juga pakar bahasa Jusuf Syarif Badudu.
Rumah adat Gorontalo di Taman Nusa |
Menuju Kota Cerdas
Kota Gorontalo mempunyai nilai-nilai budaya warisan luhur nenek moyang menjadi modal menuju kota cerdas. Modal itu berupa kearifan lokal yang dipertahankan turun-temurun. Modal itu diantaranya linula (kekeluargaan), ilomata (prestasi), tayade (saling berbagi), tolianga (empati), huluya (gotong royong), dan dulohupa (demokrasi). Apabila dipertahankan dan diterapkan, kearifan lokal itu menjadi jembatan untuk menjadikan Kota Gorontalo sebagai kota cerdas.
Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat itu diintegrasikan dengan konsep kota cerdas sehingga menjadi peranti untuk menyelesaikan masalah kemasyarakatan melalui pelayanan ataupun penyediaan fasilitas yang dibutuhkan. Konsep cerdas di bidang ekonomi didekati dengan tayade, berupa bimbingan usaha, pemasaran produk, dan diversifikasi usaha.
Nantinya pendataan usaha warga diiringi pengembangan produk berbasis online dan penjaminan kredit dalam permodalan. Dalam upaya mengembangkan ekonomi masyarakat, setiap usaha kecil dan menengah (UKM) menerima bantuan Rp 2,5 juta sampai Rp 5 juta. Hingga kini, sekitar 200 UKM sudah menerima bantuan dana itu.
Cerdas di bidang lingkungan dilandasi konsep tolianga. Upaya yang ditempuh di antaranya dengan pelayanan taman hijau, kota layak anak, efisiensi energi, pengolahan sampah, pengendalian banjir, dan pengolahan air minum.
Huluya bisa diterapkan untuk menata becak bermotor yang berlebih, video lokasi kemacetan, dan pengaturan perparkiran. Dulohupa bisa dipraktikkan dalam kehidupan berdemokrasi, penataan lingkungan yang nyaman dan tersedia bandwith, pembelajaran di taman, dan pembelajaran budaya dan seni.
Benteng Otanaha (gambar dari: Gorontaloprov.go.id) |
Wali Kota Gorontalo Marthen A Taha bersama Wakil Charles Budi Doku mengusung delapan program unggulan, berupa program gratis dari lahir sampai mati. Kedelapan program itu adalah gratis biaya persalinan, gratis biaya pembuatan akta kelahiran atau kartu identitas penduduk dan kartu keluarga, gratis biaya kesehatan, gratis biaya pendidikan hingga tingkat SMA, gratis biaya izin usaha, gratis pembiayaan usaha kecil, gratis biaya nikah, dan gratis biaya pemakaman.
Program itu dituangkan dalam wujud kartu bertanda khusus yang disebut Kartu Sejahtera. Saat ini tercatat sekitar 20.000 keluarga sudah menerima kartu pintar itu, dari sekitar 59.000 keluarga yang ada.
Menuju Kota Jasa
Kota Gorontalo di Provinsi Gorontalo bukanlah kota yang dikaruniai banyak sumber daya potensial. Wali Kota Gorontalo Marthen A Taha menyadari, daerah yang dipimpinnya bukanlah kota yang kaya sumber daya alam, melainkan banyak keterbatasan. "Prioritas utama saya bersama Pak Charles Budi Doku (wakil wali kota) adalah menjadikan Kota Gorontalo sebagai kota jasa di Provinsi Gorontalo," katanya.
Kota Gorontalo akan dikembangkan sebagai pusat perdagangan (bisnis), pusat pendidikan, dan kesehatan. Sebagai penunjang wisata di Provinsi Gorontalo, di Kota Gorontalo tumbuh hotel dari kelas melati hingga berbintang empat. Kota Gorontalo juga menjadi tempat singgah bagi pelancong yang hendak berwisata ke obyek wisata di luar kota itu.
(Gambar dari sini) |
Kota Gorontalo sebagai pusat pendidikan tak hanya menjadi magnet bagi calon mahasiswa di provinsi ke-32 di Indonesia itu. Bahkan, mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo banyak yang berasal dari luar provinsi, seperti dari Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan dari Maluku.
Menurut Marthen, sebenarnya Gorontalo memiliki sumber energi baru dan terbarukan untuk listrik yang melimpah, yaitu tenaga surya dan tenaga bayu. Hanya saja yang bersedia menjadi investor untuk mengembangkan potensi itu belum ada.
Walaupun demikian, Marthen tetap optimistis di masa mendatang Kota Gorontalo menjadi magnet di kawasan Teluk Tomini. Sebagai beranda provinsi, ia berharap peran dan dukungan Pemerintah Provinsi Gorontalo untuk mewujudkan Kota Gorontalo sebagai kota sejahtera, maju, aktif, religius, dan terdidik (SMART).
(Disarikan dari: Kompas, 29/7/2015)
No comments :
Post a Comment