Megaproyek Terealisasi

Implementasi Integrasi Industri Migas Harus Jalan

Hilirisasi industri yang terintegrasi mulai terealisasi di sektor minyak dan gas. Hal itu ditandai dengan peresmian Megaproyek Pertamina Terintegrasi di Banggai, Sulawesi Tengah. Proyek pengolahan gas alam diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kedua kiri) dan Menteri ESDM Sudirman Said (kanan) berbincang dengan Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto (kiri) saat mengunjungi kilang Donggi-Senoro LNG seusai meresmikan Megaproyek Pertamina Terintegrasi di Banggai, Sulawesi Tengah (Minggu, 2/8). -ANTARA FOTO/ISMAR PATRIZKI-
Megaproyek Pertamina Terintegrasi menelan biaya investasi sekitar 5,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 75,4 triliun. Megaproyek itu, antara lain Joint Operating Body (JOB) Pertamina Medco Tomori Sulawesi dengan nilai investasi 1,2 miliar dollar AS, Matindok Gas Development Project senilai 0,8 miliar dollar AS, Donggi-Senoro LNG 2,8 miliar dollar AS, dan pabrik amonia PT Panca Amara Utama senilai 0,8 miliar dollar AS.

Presiden Joko Widodo mengatakan, proyek itu merupakan bagian dari komitmen pemerintah membangun kedaulatan energi. "Kita ini negara yang sangat besar dengan kekayaan laut dan bahan mentah yang banyak sekali. Inilah yang harus dihilirisasi. Kita harus memulai melakukan reindustrialisasi besar-besaran," kata Presiden saat meresmikan proyek tersebut, Minggu (2/8), di Desa Uso, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

Megaproyek Pertamina Terintegrasi merupakan proyek pertama yang mengadopsi konsep hulu dan hilir. Sumber minyak dan gas alam diambil dari Blok Donggi-Senoro, sedangkan pengolahan dilakukan di kilang Donggi-Senoro LNG yang berkapasitas 2,1 million tons per annum (MTPA).

Dengan target total produksi hulu 415 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), Presiden berharap proyek itu dapat memasok kebutuhan pembangkit listrik, pabrik amonia, dan kilang LNG. Presiden juga meminta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan PT Pertamina betul-betul mengawal proyek tersebut.

"Integrasi diharapkan tidak di atas kertas saja, tetapi juga di lapangan, dari produsen gas hingga pengguna industri petrokimia, pembangkit listrik, maupun pembeli LNG. Jangan sampai ada sumbatan-sumbatan masalah di lapangan. Jika perlu, persoalan itu bisa disampaikan kepada saya selaku presiden agar cepat diselesaikan," kata Jokowi.

Perekonomian

Presiden Jokowi mendorong produksi domestik harus mampu berkontribusi pada perekonomian daerah dan nasional. Integrasi industri nasional perlu terus diperkuat. Selain itu, keterlibatan peran pemerintah daerah juga perlu ditingkatkan.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto mengungkapkan, ketentuan penjualan hasil produksi megaproyek tersebut memang belum fokus pada pembagian porsi, baik domestik maupun ekspor.

Namun, tren permintaan gas dari dalam negeri diperkirakan bakal meningkat. Pertamina telah siap mengakomodasi kebutuhan tersebut.

"Kendala mengembangkan produksi dan distribusi gas ke pasar domestik adalah infrastruktur," kata Dwi. Pemerintah perlu mengembangkan solusi untuk mengatasi masalah infrastruktur.

President Director and Chief Executive Officer PT Medco Energi Internasional Tbk Lukman Mahfoedz menyatakan, perlu adanya terobosan pengembangan hulu-hilir sumber daya energi. Integrasi perusahaan swasta nasional perlu mendapat dukungan dari pemerintah.

"Kami merencanakan proyek integrasi serupa di Blok Simenggaris, Kalimantan Utara. Konsepnya adalah LNG mini. Selama kurun waktu tiga tahun, kami telah menggodok usulan ini dan semoga pihak pemerintah bersedia," kata Lukman. Menurut rencana, pembeli gas dari LNG mini tersebut adalah PT PLN (Persero).

President Director PT Donggi-Senoro LNG Gusrizal mengungkapkan, target produksi dari kilang LNG Donggi-Senoro adalah 2 juta ton per tahun. Target ini memerlukan produksi penuh dari dua blok di hulu.

Head of Corporate Communication PT Medco Energi Internasional Imron Gazali menyebutkan, JOB Pertamina Medco Tomori Sulawesi juga mampu menghasilkan kondensat 8.000 barrel per hari.

Sumber: Kompas, 3 Agustus 2015

No comments :