Saya turut prihatin terhadap kondisi yang dialami oleh Garuda dan mengapresiasi upaya-upaya penyelamatannya. Di bawah ini, saya kutip tulisan HENDRIYO WIDI, Kompas, Senin, 1 November 2021.
Sinyal Diam Jokowi Selamatkan Garuda Indonesia
Lawatan Presiden ke luar negeri menggunakan Garuda Indonesia akan
membuat citra maskapai itu menjadi lebih positif di kancah internasional.
Pemerintah Indonesia dinilai masih peduli dengan maskapai miliknya tersebut.
Garuda Indonesia merupakan bagian
dari sejarah Indonesia. Maskapai nasional ini tak lepas dari kerja keras
Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) yang merintis bisnis sewa pesawat
penerbangan sipil bernama Indonesian Airways pada 26 Januari 1949.
Impian mewujudkan maskapai
nasional ini semakin nyata seusai penandatanganan perjanjian Konferensi Meja
Bundar (KMB). Pada 21 Desember 1949, Pemerintah dan maskapai Hindia Belanda
KLM-IIB (Koninklijke Luchtvaart Maatschappij- Inter-Insulair Bedrijf) sepakat
dengan Pemerintah Republik Indonesia Serikat tentang berdirinya maskapai
nasional. Presiden Soekarno menamainya sebagai Garuda Indonesian Airways (GIA).
Ikon penerbangan nasional ini
bahkan menjadi saksi sejarah perpindahan ibu kota Indonesia dari Yogyakarta ke
Jakarta. Seusai Belanda mengakui kedaulatan atas Indonesia pada 27 Desember
1949, sehari setelahnya, dua pesawat GIA jenis Dakota (DC-3) menjemput dan
membawa kembali Soekarno ke Jakarta.
Seiring dengan beragam kisah
pasang surutnya, Garuda Indonesia masih mewarnai dan menjadi bagian sejarah
Indonesia. Bahkan, di tengah turbulensi bisnis, Garuda Indonesia masih
dipercaya ”menemani” Presiden Joko Widodo menghadiri konferensi tingkat tinggi
(KTT) di Italia, Skotlandia, dan Uni Emirat
Arab (UEA).
Di Roma, Italia, Jokowi
berpartisipasi dalam KTT G-20 pada 30-31 Oktober 2021. Di Glasgow, Skotlandia,
Presiden akan menghadiri KTT Pemimpin Dunia terkait Perubahan Iklim (COP 26)
pada 1-2 November 2021. Sementara di Dubai, UEA, pada 3-4 November 2021,
Presiden dijadwalkan membuka National Day di Paviliun Indonesia Dubai World
Expo 2020.
Kepala Sekretariat Presiden Heru
Budi Hartono menjelaskan, Garuda Indonesia lebih dipilih sebagai moda lawatan
itu ketimbang pesawat kepresidenan tentu saja melalui pertimbangkan matang.
Pertimbangan itu, antara lain, mencakup efisiensi waktu, yakni tak memerlukan
transit, menghemat anggaran karena dapat menampung lebih banyak rombongan, dan
protokol kesehatan.
Menteri Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) Erick Thohir, yang turut mendampingi Presiden menilai, dipilihnya Garuda
sebagai moda lawatan Presiden itu membuktikan maskapai nasional ini memiliki
kualitas protokol kesehatan yang baik. Erick mengapresiasi seluruh kru Garuda
yang selama pandemi Covid-19 ini telah menjalankan protokol kesehatan secara
disiplin dan mengedukasi setiap penumpang.
Sinyal Presiden
Di tengah turbulensi bisnis Garuda
Indonesia, pilihan Jokowi menggunakan Garuda Indonesia juga dinilai sebagai
pesan atau sinyal diam Jokowi menyelamatkan ikon penerbangan nasional itu.
Tanpa banyak kata dan arahan, Presiden memilih dan menggunakan pesawat Garuda
Merah Putih tersebut.
Meski beberapa waktu sebelumnya,
tanpa menyebut Garuda melainkan BUMN pada umumnya, Jokowi menyentil BUMN-BUMN
yang kerap mengandalkan PMN untuk menyelamatkan bisnis mereka.
Peneliti Institute for
Development of Economics and Finance (Indef), Abra PG Talattov, Minggu
(31/10/2021), mengatakan, di tengah simpang siur isu penyelamatan Garuda,
seperti memailitkan dan menggantinya dengan Pelita Air Service, Presiden justru
memilih Garuda. Hal ini bisa dibaca juga sebagai sinyalemen Presiden kepada
jajarannya untuk satu suara menyelamatkan Garuda Indonesia.
Dengan menggunakan Garuda dalam lawatannya ke
luar negeri itu, lanjut Abra, citra ikon penerbangan Indonesia di tingkat internasional
justru akan positif. Dunia internasional akan menilai, Pemerintah Indonesia
masih peduli dengan maskapai miliknya itu.
Di tengah gencarnya pembangunan
dan promo pariwisata dan investasi di Indonesia, Garuda masih dibutuhkan untuk
melayani rute-rute penerbangan penumpang berskala internasional. Tentu saja
dengan mempertimbangkan dan mengevaluasi rute-rute internasional yang
menguntungkan.
No comments :
Post a Comment