Iva Dalam Ingatan ( Kau “Pulang” dengan Senyuman)

Iva-Medco tahun 2000

Rasanya masih lekat dalam ingatan saya, akan sosoknya yang ramah dan selalu tersenyum. Kata sapaannya bisa didengar dari bagian depan security hingga ke ruangan karyawan-karyawan di ruangan yang lain. Begitulah ia dikenal dengan keramahtamahannya yang tulus dalam semua situasi.


Namun, sejak 17 Mei 2022 yang lalu, suara itu tidak ada lagi. Suara yang ramah itu, milik Iva Moriva Zuliana binti Zulkifli Arifin. Salah satu staf kepercayaan saya di Medco. Iva sudah bekerja bersama saya sejak tahun 2000, lalu sekitar tahun 2005 ia mengajukan resign saat mulai hamil anak keduanya. Kemudian Iva kembali bekerja di Medco, pada tahun 2017. 


Saya ingat sekali, hari terakhir pertemuan kami. Iva dan Lucy (sekretaris saya) ikut bersama saya, makan siang di Mike Pizza-Kemang. Hari itu ia tampak seperti biasa, ceria dan selalu tersenyum. Tidak ada sedikitpun tanda-tanda bahwa ia sedang kesakitan atau menderita sakit yang serius, Iva selalu mampu menyimpan semuanya lewat senyumannya, sehingga tidak ada seorang pun yang tahu, apa sakit yang ia derita.


Foto terakhir di Mike Pizza-Kemang


Bulan itu kami sedang mempersiapkan acara music untuk Hari Kebangkitan Nasional 21 Mei 2022, Iva yang menghandle acara tersebut. Namun menjadi orang yang tidak pernah menyaksikan acara yang sudah ia persiapkan jauh-jauh hari.
 



Persiapan Acara Musik di Hari Kebangkitan Nasional-21 Mei 2022

 

Hari itu Rabu, tanggal 11 Mei 2022, setelah makan siang di Mike Pizza,Kemang. Iva kembali ke apartemennya, keesokan harinya, Kamis 12 Mei Kantor WFH, pada malam hari, ia mengeluh sakit kepala yang hebat, hingga pingsan dan dibawa ke UGD RS MMC. Sejak masuk UGD dan tidak sadarkan diri, Iva dipindahkan ke ICU, dan tepat hari kelima ia dirawat di ICU, Iva dinyatakan meninggal dunia pada pukul 22.03 WIB dengan vonis penyakit kanker otak, mirip dengan sakit yang diderita oleh almarhum Glen Fredly. Cepat sekali Iva pergi tanpa aba-aba dan tanpa kata-kata.

Keseharian Iva mendampingi saya dalam pekerjaan.

Saya merasa kehilangan Iva, dan saya yakin banyak kerabat, teman-teman yang dekat juga merasakan hal yang sama. Kebaikan Iva dirasakan banyak orang, saya tidak adil jika tidak menampilkan bagaimana perasaan rekan-rekan kerjanya yang juga sangat merasa kehilangan atas kepergian Iva.
 

Kebaikan Iva juga dirasakan oleh Luciana, ia adalah sekretaris saya yang sudah bekerja selama lebih dari 20 tahun menuturkan kedekatannya dengan Mbak Iva.

"Mbak Iva sosok yang rapi, modis dan sangat perhatian. Setiap jumat biasanya selalu suka berbagi sedekah jumat. Biasanya saya yang ikut bantu Mbak Iva bagi makanan di jalan, karena Mbak Iva kan nyetir mobil, jadi saya yang bantu bagikan ke pemulung, lansia-lansia, penyapu jalanan dan pengemis-pengemis. Dia juga ramah dan bisa bergaul dengan siapapun, makanya dia banyak disukai siapapun dan banyak temannya.


Bersama Pak Dedi dan Mbak Iva

 

Beda lagi cerita dari Ryand, yang memiliki nama lengkap Ryand Ardiansyah Putra Sumardi, ia seorang nahkoda kapal yang masih muda, ia juga punya pengalaman dengan Bu Iva.

"Bu Iva sosok wanita yang keibuan, ada satu pesan beliau yang sangat saya ingat. “Ryan, kalau kamu nanti sukses, lalu menikah, jangan pernah meninggalkan istrimu. Selain itu Bu Iva juga berpesan, kita harus selalu menjaga, menemani, melindungi Pak Dedi Panigoro”


Dari awal 2018 saya bertemu Bu Iva, beliau selalu ramah dengan semua orang, tidak pernah memandang ini siapa, itu siapa. Di akhir hayatnya itu, yang paling menonjol dari Bu Iva, beliau selalu rajin bersedekah, setiap jumat selalu berbagi makanan di jalanan,  itu ibadah terbaiknya yang bisa terlihat menjelang beliau meninggal dunia.


Bu Iva seperti sosok ibu, dia selalu “pasang badan” untuk semua urusan, dia sangat melindungi kami yang masih muda-muda ini. Jika ada keluarga, relasi yang datang, Bu Iva selalu memperkenalkan saya sebagai staf di sini. Beliau super perhatian, dan loyal sekali, sering ngajakin kami makan.


Begitu tahu Bu Iva meninggal, saya sangat bergejolak dan sedih. Sebelum lebaran saya pulang kampung, biasanya saya tidak pernah salim cium tangan Bu Iva, tapi saat pulang mudik, saya salim Bu Iva, mencium tangannya, itu ternyata menjadi pertemuan terakhir saya dengan Bu Iva. Dia saat itu berpesan, salam untuk keluarga dan jaga dirimu baik-baik ya. Wah, pesan-pesan Bu Iva masih terngiang-ngiang sampai sekarang.
 

Penuturan lainnya dari Evi, sebagai rekan kerja Iva sejak tahun 2017.

"Aku kenal Kak Iva 2017, dia sangat bagus dalam hal yang detil-detil, dia juga orang yang multitasking, dalam satu waktu beberapa pekerjaan mampu ia selesaikan. Aku dengan Kak Iva itu kayak saudara, kita berdua sama-sama suka kuliner dan jalan-jalan, Kita punya rencana pengin ke sana dan kemari,  dia suka alam, suka pertualangan dan sama-sama suka menulis puisi, terutama saat Oma Lily (mamanya Kak Iva) berulang tahun, aku mengirimi puisi, sejak itu Kak Iva juga mulai menulis puisi kembali setelah lama vakum katanya.


Kak Iva sebagai Ibu, ke anak-anaknya dia menyenangkan dan seru, jadi anak-anaknya sangat terbuka sama dia dan suka curhat juga. Begitu Kak Iva enggak ada, aku sangat kaget. Karena Kak Iva enggak pernah ngeluh lagi sakit apa, malah dia perhatian ke kitanya, kebetulan Bapakku lagi sakit, Kak Iva malah suka nanyain kondisi bapakku. Padahal Kak Iva sendiri lagi sakit, tapi dia enggak pernah ngeluh kondisinya lagi sakit.


Kak Iva suka makanan nusantara, tapi masakan luar negeri dia juga sangat paham. Karena dia memang jago masak juga. Kadang kita sharing-sharing info makanan yang enak. Ingat banget kalau ke Soto Betawi Hj. Aisyah, aku selalu foto dan kirimin ke group, tapi begitu Kak Iva sudah enggak ada, aku rasanya kehilangan. Apalagi kami terkadang suka telponan malam-malam saling curhat.
Aku merasa kehilangan karena berdekatan dengan acara yang dia siapkan, justru Kak Iva udah enggak ada lagi. Aku senang dengan Kak Iva, karena dia selalu menerima kritikan dan menganggap kritikan sebagai bentuk untuk pengembangan diri.
 

 

Evi bersama Lucy dan Kak Iva

Ada Anna Lintang, ia adalah kawan baru bagi Iva, namun bagi Anna kesan Iva sangat dalam.

"Aku bekerja di sini baru dan dekat dengan Iva sejak Desember 2020. Aduhh.. Itu orang baik sekali dan sangat perhatian. Aku kan kehilangan almarhum suamiku, Agustus 2020. Iva itu sangat lembut dengan caranya, aku sangat terkesan dengan perhatian ke aku, support aku.


Aku pernah satu kamar dengan Iva saat kami ke Bandung. Saat itu kami bisa ngobrol, orangnya sangat compassion, perhatian sekali dengan semua orang, sama OB-OB juga sangat baik.


Rasanya cepat banget dia pergi, padahal kami punya banyak rencana ini itu, dia pergi benar-benar mendadak. Satu-satunya hal yang membuat aku curiga dia sakit, karena badannya mendadak jadi sangat kurus, karena turun drastis biasanya pasti ada something, atau karena sakit tertentu. Tapi sayangnya dia enggak pernah cerita sama sekali. Tiga bulan terakhir ini, gilaaa ya dia, rutin tiap jumat ngasih sedekah kemana-kemana. Duh.. itu orang baik banget, lembut banget, perhatian banget.

 

Penuturan lainnya dari Syarief Maulana, ia seorang penggiat musik klasik dan kontemporer, ia mengenal Iva saat mempersiapkan acara music camp.

"Saya banyak ketemu Mbak Iva dan bapak, karena saat itu sedang menyiapkan acara SouthEast Asia Music Camp, seharusnya dilaksanakan tahun 2020, tapi tertunda karena pandemic. Saat itulah kami banyak ngobrol terutama mengenai kegiatan music camp ini.


Paling berkesan saat ngobrol dengan Mbak Iva saat saya ke Blok M, di sebuah restoran Jepang. Saat itulah Mbak Iva dan saya menjadi dekat dan banyak memberikan wejangan kepada saya, beliau dengan caranya, sama sekali tidak menggurui saya. Terlihat sekali Mbak Iva sangat berpengalaman saat menyampaikan saran-sarannya kepada saya. Wejangan-wejangannya sangat mengena, menyentuh hati saya. Terutama berpesan agar perhatian pada anak-anak saya. Cara beliau menyampaikannya sangat berbeda sehingga mengena di hati saya.


Dalam hal pekerjaan pun dia sangat professional, terkadang beda pendapat, tapi tidak menjadi hal yang sangat serius antara saya dan Mbak Iva.


Kepergian Mbak Iva membuat saya kaget, terasa tiba-tiba sekali.  Saya masih berharap Mbak Iva bisa terlibat dalam project camp ini, walaupun Mbak Iva tidak hadir secara fisik, namun tetap meninggalkan saran-saran dan ide dalam project ini.

 

Masih ada Raedo, rekan kerja Mbak Iva di bagian legal.

"Saya selalu teringat kebaikan Mbak Iva, salah satu hal yang paling teringat setiap jumat beliau rutin memberikan makanan untuk panti asuhan. Dia sangat peduli pada sesama, misal ada pekerjaan yang bukan bagiannya, kadang dia ikut bantuin kita, ya tetap aja dikerjain sama dia.


Mbak Iva orangnya supel banget, buat saya enggak ada jeleknya sama sekali. Kalau bilang baik ya dia emang baik dan enggak dibikin-bikin baiknya, karena  dia berusaha baik maka sekelilingnya pun menjadi baik ke Mbak Iva. Saking baiknya, mau diutarakan rasanya susah yaa.

 

Begitu pula dengan Ariawan, yang banyak bekerjasama dengan Mbak Iva terkait bisnis dan pengembangannya.

"Mbak Iva itu mudah bergaul, sosialnya bagus, amalannya bagus dan menurut saya, dia itu hebat. Dia punya cita-cita mau shalat Idul Adha dan mau Qurban di masjid Medco, dia punya cita-cita ini, dan udah disampaikan juga ke pengurus masjid, tapi belum kesampaian cita-citanya, dia sudah enggak ada.


Orangnya mau memahami kita, terutama untuk menyampaikan aspirasi kita, dia mengayomi dan menyampaikan keluh kesah kita kepada Pak Dedi.


Sehari sebelum masuk rumah sakit, dia makan siang di sini sebelah saya. Begitu dia enggak ada rasanya langsung hilang. Dia orangnya “gaul” misalnya kita vaping, dia ikut vaping juga, karena mau ikutan bareng-bareng kita di sini.


Waktu dia masuk rumah sakit, kita enggak yakin, karena kemarinnya masih ketawa-ketawa di sini dan enggak keliatan sakit sama sekali. Malah kita menduga, dia segera sembuh, paling sakit cuma sebentar. Kita kehilangan, karena dia sangat ceria, kadang kita lagi BT, dia kadang hiburin kita semua.


Akhirnya, setelah dia pergi kita jadi ingat beberapa hal tentang Mbak Iva yang agak aneh, terutama saat puasa, dia sengaja keliling membeli makanan ini itu, sampai ke Tebet keliling, seakan-akan dia enggak bisa makan lagi makanan itu.

Kalau dia bisa dengar, saya cuma mau bilang “Mbak Iva terlalu cepat pergi”

 

Terakhir ada Dali, bagian purchasing yang banyak terkait urusannya dengan Mbak Iva, juga menuturkan kebaikan Iva.

"Kebetulan pekerjaan saya banyak berhubungan dengan  Mbak Iva, beliau juga direksi di saung Mang Udjo. Karakter Mbak Iva itu, selalu memback-up jika kita melakukan kesalahan, dia rela menjadi “Bumper” jika kita melakukan kesalahan, dia benar-benar mengayomi kita. Jika memang seharusnya diperjuangkan dia akan perjuangkan.


Masa-masa kita baru kompak-kompaknya justru dia pergi, tepatnya setahun terakhir ini, justru Mbak Iva pergi. Dia hebat, bisa memisahkan antara urusan pribadi dan pekerjaan. Satu hal yang sedih sekali, di hari terakhirnya tidak ada komunikasi sama sekali dengan kami.


Kami semua berdoa yang terbaik untuk Mbak Iva. Salah satu point bagus, karena saat hari kematiannya, banyak yang datang dan bergantian untuk shalat jenazah untuk Mbak Iva, itu tandanya dia memang orang yang baik.

 

***

Iva hari ini, kamu memang sudah meninggalkan kita semua, tapi kesan, kebaikan dan senyumanmu masih tetap tertinggal di hati dan kenangan yang ditinggalkan. Doa kami untukmu Iva.
 

DSP

No comments :