Kereta Api Menolak Berkarat

Stasiun kereta api Hua Lamphong di Bangkok, Thailand, Selasa, 30 November 2021. Saat Thailand secara resmi membuka stasiun kereta api terbesar di Asia Tenggara di Bangkok, Kamis, 19 Januari 2023, ikon berusia seabad stasiun masih akan digunakan untuk operasi lokal untuk saat ini


Merestorasi garbong kereta untuk kepentingan pariwisata merupakan bagian dari merawat sejarah perkeretaapian. Seperti yang dilakukan di Thailand dan Perancis yang merestorasi gerbong menjadi resor mewah.

Naik kereta api, terutama kereta jarak jauh, memiliki sensasi yang berbeda dibandingkan moda transportasi lain. Dengan kereta api, pelancong bisa menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan. Di hampir semua negara, kereta api jarak jauh pasti melewati daerah-daerah yang memiliki pemandangan alam yang indah. Begitu pula dengan Thailand yang dulu sangat mengandalkan kereta api sebagai transportasi utama.
Thailand memiliki sejarah perkeretaapian yang panjang, yakni sejak 1900-an, dan selalu padat penumpang yang hendak berlibur ke pantai atau daerah yang beriklim lebih dingin. Bagi pelancong dengan ransel atau backpacker, kereta api menjadi pilihan utama untuk menjelajahi Thailand dari ujung ke ujung. Di stasiun-stasiun kereta di Thailand masih banyak terlihat kereta api yang seakan minta pensiun karena jam terbang yang tinggi.

Dibuang sayang. Begitu pikir arsitek lansekap asal Amerika Serikat yang tinggal di ibukota Bangkok, Bill Bensley, yang merancang gerbong-gerbong kereta api yang lawas menjadi kamar-kamar mewah dan eksotis di resor baru InterContinental Khao Yai di Taman Nasional Khao Yai, Thailand. “Sayang sekali gerbong-gerbong tua yang karatan dibiarkan teronggok begitu saja. Pasti bisa dibuat sesuatu yang indah dari rongsokan itu dan kita tidak perlu membuatnya dari nol,” kata Bensley.

Di resor yang berjarak 2,5 jam dari Bangkok ini terdapat lebih dari 65 kamar mewah dan vila dari gerbong kereta api Thailand yang sudah didaur ulang dan diubah menjadi akomodasi mewah. Desain resor ini terinspirasi oleh awal-awal masa kejayaan kereta api Thailand dan sejarah daerah Khao Yai sebagai pintu gerbang ke timur Thailand semasa pemerintahan Raja Rama V (tahun 1868 hingga 1910). Untuk menciptakan suasana zaman dulu, desain bangunan di bagian penerima tamu dibuat seperti stasiun kereta Thailand zaman dulu, antara lain dengan bangku-bangku panjang dari kayu.

Selain didaur ulang menjadi kamar mewah dengan desain ruangan zaman dulu seperti di film “Pembunuhan di Orient Express” dari novel Agatha Christie, gerbong-gerbong tua itu juga bisa menjadi tempat untuk spa, kafe, taman bermain anak-anak, dan gerai makanan dan minuman. Untuk menghidupkan suasana seperti di film itu, Bensley berencana membuat paket perjalanan kereta khusus bertema buku itu yang dioperasikan setiap pekan.

Gerbong kereta yang direstorasi juga sudah dilakukan pada interior kereta Orient Express yang asli di Perancis tahun lalu. Sama seperti Bensley, perusahaan Perancis Accor juga merestorasi 17 gerbong Orient Express asli yang sebelumnya dikenal sebagai “Nostalgie-Istanbul-Orient-Express”. Agatha Christie pasti akan terkesan. Gerbong kereta ikonik ini identik dengan kemewahan yang tak lekang waktu. 

Orient Express, kereta penumpang jarak jauh yang awalnya dibuat pada tahun 1883 ini kemudian berhenti beroperasi pada 1977. Lalu pada 1980-an dihidupkan kembali dan beroperasi dengan rute Zurich (Swiss) dan Istanbul (Turki). Lalu setelah itu menghilang.Barulah pada tahun 2015 ditemukan 12 gerbong tidur, satu restoran, tiga lounge, dan satu gerbong untuk penjaga di Polandia, perbatasan Belarusia. Harian Daily Mail, 1 Desember 2022, menyebutkan gerbong kereta itu ditemukan tak sengaja dalam video yang diunggah di YouTube.

Arthur Mettetal, peneliti yang melakukan inventarisasi Orient Express untuk layanan kereta api Prancis SNCF, melihat ada tanda stasiun 'Malaszewicze', nama yang banyak digunakan di Polandia, dan akhirnya berhasil melacak gerbong itu memakai Google Maps dan Google 3D. Saat ditemukan, bagian luar gerbong-gerbong itu rusak tetapi interiornya masih bagus dengan gaya Art Deco dan panel Lalique yang diukir dengan motif 'burung hitam dan anggur'. Arsitek Maxime d'Angeac yang kemudian dipasrahi untuk merestorasi gerbong Orient Express ini dan kabarnya akan mulai dioperasikan kembali tahun 2024. Untuk kereta wisata Bensley di Thailand, ia berharap pelancong akan bisa menikmati gerbong kereta “lama rasa baru” sambil menikmati pemandangan di luar kereta. Salah satunya proyek pembangunan rel kereta cepat. Bagi pelancong yang datang ke Khao Yai dari Bangkok, naik mobil atau kereta api, pasti akan melihat proyek pembangunan jalur rel kereta yang ditinggikan.


Tangan dingin Bensley juga menggarap Imperial Hotel Bali dan Bukittinggi Novotel 


Pengembangan itu adalah bagian dari rute kereta berkecepatan tinggi dari Bangkok ke Nakhon Ratchasima yang sempat tertunda lama. Jalur rel sepanjang 250 kilometer ini menuju Laos dan China. Jalur itu kemungkinan akan mulai beroperasi pada tahun 2026. Saat para pelancong mulai membayangkan bisa bepergian menjelajahi pedesaan Thailand dengan kereta api berkecepatan tinggi di masa depan, senang mengetahui ada resor yang juga menghormati sejarah kereta api di Thailand.Pengalaman tersebut akan melengkapi perjalanan perkeretaapian Thailand yang memasuki era baru dengan stasiun kereta api terbesar di Asia Tenggara, Terminal Pusat Krung Thep Aphiwat. Hampir semua layanan kereta api jarak jauh domestik dan internasional Thailand akan melewati stasiun baru yang proyek pembangunannya sudah dimulai sejak 10 tahun lalu itu. Kereta pertama yang keluar dari stasiun baru itu menuju ke Sungai Kolok di perbatasan selatan Thailand dan Malaysia.

Hanya saja, banyak pelancong yang masih lebih suka bepergian melalui Stasiun Hua Lamphong di tengah kota Bangkok. Stasiun klasik dengan desain ruang tunggu dengan langit-langit tinggi itu puluhan tahun melayani banyak orang, mulai dari pekerja pedesaan yang mencari pekerjaan di kota hingga turis dengan ransel yang hendak bersantai di daerah Selatan. Stasiun tua bergaya neo-Renaisans yang dirancang arsitek Italia dan dibuka pada1916 itu masih digunakan. Setidaknya ada 62 kereta yang merapat di stasiun ini setiap harinya.

Meski stasiun kereta yang baru berlantai empat dengan luas hampir 30 hektar dan mampu mengelola hingga 40 kereta pada saat yang bersamaan (ini 10 kali lipat dari kapasitas Hua Lamphong), masyarakat masih menginginkan stasiun tua ini hidup. Awalnya, ada rencana stasiun ini dirubuhkan atau diubah menjadi museum tetapi diprotes masyarakat lalu batal. “Saya lebih suka di sini. Stasiun ini hanya perlu direnovasi sedikit dan semuanya akan baik-baik saja. Kalau dijadikan museum, malah jadi tidak bernyawa. Biarkan saja tetap dipakai,” kata Prathuang Ruengsamut (68), warga Bangkok. 


No comments :