Java Jazz 2009

Tahun ini untuk kelima kalinya, saya bersama Sommy dan Ucha menghadiri Java Jazz 2009 di Balai Sidang Jakarta. Sudah dua tahun berturut-turut Mala tidak dapat menonton karena sedang bekerja di Prancis.


Pada festival kali ini ada beberapa perbedaan yang menyolok dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu diperdengarkannya lagu Indonesia Raya pada saat dimulainya acara dan penuh sesaknya penonton yang kelihatannya sudah melebihi kapasitas.

Karena sewa gedung terus meningkat, panitia penyelenggara sedang memikirkan untuk pindah ke arena Jakarta Fair Kemayoran. Namun masyarakat yang tinggal jauh dari lokasi itu banyak yang mengerutkan dahi.

Tahun ini juga istimewa karena Departemen Perdagangan RI memberikan sumbangan sebesar Rp 700 juta, sedang Depdikbud memberikan Rp 300 juta.

Dgn Yuni Shara

Dgn Eni Sukamto & Jilal MardaniDgn Carmanita & Tjut Deviana









Tak disangka pula, Java Jazz menjadi ajang silaturrahmi dengan para sahabat lama yang tidak terhitung banyaknya.


Tak Hanya Musisi Jazz


Ron King Big Band

Festival yang berlangsung pada 6-9 Maret ini menghadirkan lebih dari 200 pertunjukan dengan total musisi yang berpartisipasi lebih dari 2.000 orang. Sejumlah musisi dari luar negeri yang tampil antara lain Dianne Reeves, Jason Mraz, Ivan Lins, Mike Stern, New York Voices, Ron King Big Band, Bryan McKnight, Laura Fygi, Dave Weckl, Bones James, Swing Out Sisters, Matt Bianco, dan Peabo Bryson.


Lala (Phillipine)

Sedang dari tanah air tampil antara lain Benny Likumahua, Idang Rasjidi, Nial Djuliarso, Indro, D'Cinnamons, Dwiki Dharmawan, Glenn Fredly, Humania, Maliq n D'Essentials, Oele Pattiselano, Salamander Big Band, Margi Segers, Vidi Aldiano, Tompi dan bahkan Slank.

Jelas bahwa para musisi yang tampil tak melulu musisi jazz. Kompas menulis bahwa Java Jazz Festival kali ini makin kehilangan rasa jazz-nya. Tampilnya artis pop dan genre musik selain jazz yang diundang tampil sekadar untuk menarik massa penonton. Yang ditonjolkan juga pada festival kali ini adalah genre world music, yang menampilkan musisi dari India dan Jepang.


Jason Mraz

Jason Mraz, musisi pop yang kini banyak digemari kaum muda tampil di hari pertama festival dan lebih dari 6000 penonton ikut bernyanyi bersama. Lagu yang dinyanyikannya antara lain Make It Mine dan tentu saja Lucky.

Judul album terakhirnya cukup menarik, yaitu We Sing. We Dance. We Steal Things yang bercerita tentang hidup, cinta, persahabatan, bumi, rasa syukur, dan perdamaian.

Kepada Kompas, Mraz mengatakan, judul itu membuat dia berpikir tentang segala hal yang sering kali kita sebagai manusia mengambil begitu saja tanpa memikirkan asal-usulnya, apalagi mengucapkan terima kasih.

”Seperti kita memakan apel, kita tidak pernah memikirkan atau menaruh perhatian pada pohon apelnya. Juga udara yang kita hirup dan keluarkan yang membuat kita bisa hidup, kita tidak pernah memikirkan lebih jauh. Itu seperti mencuri,” ujarnya.

We Do Green

Selain pertunjukan musik, program Java Jazz kali ini juga melakukan kampanye lingkungan hidup yang bertajuk We Do Green. Panitia bekerja sama dengan Kementrian Lingkungan Hidup RI dan juga berbagai lembaga konservasi alam dunia.

Java Jazz dijadikan Zero Waste Event, yaitu sistem pengelolaan sampah dari sebuah event/kegiatan dengan cara melibatkan pengunjung untuk memilah sampahnya masing-masing.
Aksi ini merupakan proses edukasi dan bentuk nyata dalam upaya mengurangi dampak penumpukan sampah dari pelaksanaan sebuah event. Sampah yg terkumpul dan terpilah tersebut akan diolah dan didaur ulang.

Seperti kata Peter F. Gontha bahwa lingkungan yang bersih, lingkungan yang nyaman akan memberikan inspirasi bagi proses kreatif musisi jazz, jadi, musisi jazz itu juga peduli lingkungan.

No comments :