Membangun Indonesia Baru


  

Raison d'etre

Pada mulanya adalah keinginan untuk menyaksikan sebuah politik kehidupan yang sehat, bersih dan dinamis. Reformasi adalah spirit yang kita tebarkan bersama dengan satu maksud : membangun sebuah Indonesia Baru, yaiu Indonesia yang demokratis, berkeadilan dan majemuk.

Kita baru saja keluar dari kepungan orde baru, dan karena itu kita hendak meninggalkan sepenuhnya seluruh kebudayaan politiknya: otoriterisme, nepotisme dan korupsi. Dengan keyakinan itu, kita menyambut suatu pemerintahan baru, dengan harapan bahwa spirit reformasi itu akan menggerakan praktek politik, menjiwai kabinet dan memayungi kehidupan kepartaian kita. Dengan perlengkapan sekucup itu, kita yakin bahwa kita mampu keluar dari badai krisis multidimensi yang tengah memporak-porandakan seluruh segi kehidupan kita.

Tetapi semakin lama, kita menemukan kenyataan yang menjemukan. Kehidupan politik dari hari ke hari semakin tanpa arah. Persaingan anatar elit berlangsung tanpa kontribusi bagi pelembagaan demokrasi. Dan dalil-dali bernegara tidak dipergunakan dengan benar. Di bidang hukum, pemenuhan rasa keadilan sama sekali diabaikan. Sementara lembaga-lembaga yang dirancang untuk mempercepat pemulihan ekonomi tidak mampu bekerja secara profesional, transparan dan imparsial. Nepotisme dan korupsi tumbuh subur lagi.

Retradisionalisasi politik  mulai tampak sebagai gejala yang makin menonjol. Acuan pada sentimen- sentimen komunalistik lebih mewarnai kebudayaan politik, ketimbang kebiasaan berpolitik yang mengacu pada aturan-aturan publik. Dalam situasi semacam ini, konflik politik sangat mudah menyulut pertentangan fisik. Politik tidak lagi dimengerti sebagai sebuah gejala yang testable dan contestable, tetapi telah mengarah menjadi praktek pengerasan ideologis dan pemujaan personal.

Kita prihatin dengan semua gejala ini. Kita prihatin dengan arah kehidupan demokrasi yang mulai mandek itu. Kita prihatin dengan kehidupan hukum yang tanpa keadilan sekarang ini. Kita prihatin dengan langkah-langkah pemulihan ekonomi yang tidak menentu. Kita prihatin dengan aktivitas nepotisme dan korupsi yang merajalela kembali.

Sebagai warganegara yang bertanggung jawab, seharusnyalah keprihatinan itu kita terjemahkan dalam tindakan nyata. Akan sia-sia bila kita sekedar menumpahkan ketidakpuasan  itu pada mereka yang semula kita harapkan untuk menjalankan  spirit reformasi tadi. Akan tidak produktif bila kita terseret dalam arus konfllik politik sekarang ini, dan menjadi bagian dari ketidakjelasan arah. Kita juga tidak ingin menjadi jembatan bagi perselisihan politik yang sifatnya arogan dan personal itu.

Keprihatinan kita itu akan kita terjemahkan dalam suatu arus politik baru, karena kita justru ingin mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk melihat ke depan dan dengan cara baru - tantangan-tantangan politik, ekonomi, dan kebudayaan kita. Kita ingin melihat secara bersamaan, kenyataan yang sedang kita hadap ini, sekaligus di dalam kerangka tatanan global, agar kita memperoleh visi yang jernih di dalam mengelola keperluan politik kita, yaitu di dalam hal memajukan demokrasi, mengupayakan keadilan dan mempromosikan masyarakat majemuk dan terbuka. Inilah yang akan menjadi visi kita, yang secara bertahap akan kita terjemahkan di dalam program-program politik, pendidikan dan pemberdayaan rakyat.

Akhirnya, tanpa pretensi mengatas namakan rakyat, dan tanpa tedensi menjadi serba tahu, kami meniatkan hati untuk mengusahakan sebuah Indonesia Baru, melalui sebuah perhimpunan politik, yang hendak kita beri nama : Perhimpunan Indonesia Baru.

No comments :