Perjalanan kali ini ke Lombok dalam rangka reuni Sommy bersama alumni ITB TP (Teknik Penyehatan) angkatan 74 sebanyak 30 orang. Setelah reuni selama 3 hari di Lombok, kami melanjutkan perjalanan ke Desa Sembalun, anak kaki Gunung Rinjani.
Sudah lama kami tidak mengunjungi Lombok, dan untuk pertama kalinya kami mendarat di Bandara Internasional Praya (LOP), sebelumnya kami kesini masih mendarat di Bandara Selaparang yang letaknya cukup dekat dengan Kota Mataram.
Perkembangan pariwisata Lombok menggembirakan didukung oleh
penerbangan langsung dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Ujung Pandang, Singapura
dan Kuala Lumpur ke Lombok 36 x sehari oleh Maskapai Lion Air 17 kali, Garuda
13 kali, dan sisanya Citilink, Air Asia dan Silk Air.
Hari pertama di Lombok kami habiskan dengan mengunjungi Pasar Tenun Sukarare untuk berbelanja, kemudian makan siang di Kuta. Setelah makan siang, Pasar Cakra menjadi tujuan kami berikutnya sebelum check in di Hotel Jayakarta Senggigi Lombok. Belum lengkap rasanya berwisata ke Lombok tanpa mencicipi kuliner khas Lombok di RM Taliwang dengan menu khas sup iga bebalung, plecing kangkung dan ayam bakar taliwang.
Keesokan harinya, kami menuju Gili Trawangan yang merupakan salah satu dari tiga Gili yang terdapat di Lombok yaitu Gili Air dan Gili Meno. Untuk menuju Gili Trawangan, menggunakan speedboat selama 15 menit.
Kami menginap di Black Penny Villas (www.blackpennyvillas.com), hotel mengelilingi pantai dengan air biru jernih dikelilingi oleh karang yang indah, sangat tepat untuk menyelam dan snorkling.
Hari ketiga kami kembali lagi ke Senggigi, kali ini hanya kami berdua karena teman teman ITB sudah kembali ke Jakarta.
Kila Senggigi Aerowisata Hotel di Pool Villa Club menjadi pilihan kami menginap selama 2 malam sebelum melanjutkan perjalanan ke Desa Sembalun. Pilihan kami menginap di Kila Senggigi karena GM Erik Tumbelaka sebelum bertugas disini, adalah GM Prama Preanger Bandung. Hotelnya luas terletak di semenanjung Senggigi.
Kuliner khas Lombok berikutnya selain di RM Taliwang adalah Sate Rembiga, sate terkenal khas Mataram yang terletak di Jl. Dr. Wahidin. Kami makan berempat dengan menu 30 tusuk sate, 2 porsi bebalungan, 1 urap, 1 plecing, 4 teh panas, total 140 ribu.
Kami mengunjungi Lombok Selatan dimana terdapat Pantai Kuta. pantai berpasir putih dan indah. Kemudian menuju Tanjung Aan, makan siang di Novotel Lombok yang dirancang oleh arsitek Leg Bunag, sama dengan arsitek Novotel Bukittinggi.
Walaupun prasarana jalan sudah baik tapi pembangunan di
selatan masih jauh tertinggal oleh daerah Senggigi.
Setelah menghabiskan waktu 2 malam di Kila Senggigi Aerowisata Hotel, kami menyewa mobil dengan tarif 500 ribu/ hari mendekati Gunung Rinjani melalui pantai utara. Kami sempat berhenti di Senaru untuk melihat 3 air terjun : Sindang Gila, Tiuq Kelap dan Betara Lenjang. Untuk mencapai air terjun ini, bisa dicapai melalui anak tangga kurang lebih 100 meter. Pemerintah telah menyediakan anak tanggal dan railing, sayangnya toilet tidak terawat.
Perjalanan dari Senggigi menuju Desa Sembalun selama 4 jam. Kami menginap di Sembalun Agro Vila selama 2 malam. Setelah tiba di penginapan, kami segera datang ke Pos Kehutanan untuk mencari informasi mengenai Gunung Rinjani dan bertemu dengan Firman (0812 860 255 07), alumni UNPAD Bandung dan Polisi Hutan Sdr. Mochtar (0819 185 0356).
Keesokan harinya jam 7 pagi kami berangkat ditemani Pak Mochtar berjalan kaki menuju Pos 1 melalui padang rumput savana yang sangat indah. Perjalanan ditempuh selama 4 jam pulang pergi. Setelah lelah berjalan kaki, kami kembali ke penginapan untuk beristirahat, dan setelah sarapan, kita meluncur ke Lombok Timur melalui labuhan lombok tempat feri berlayar ke Sumbawa. Kami melalui makam raja Selaparang kemudian menuju Pink Beach yang terkenal. Resort terkenal Jeeva Beloam, bangunan sederhana tarif 300 USD/night.
Setelah menghabiskan waktu selama 2 hari di Desa Sembalun, kami kembali menuju Bandara Internasional Lombok untuk terbang ke Denpasar. Perjalanan dari Desa Sembalun menuju Praya (ibukota Lombok Tengah) ditempuh selama 3 jam.
|
Dari Gili Trawangan melihat ke Pulau Lombok |
|
Sop Buntut No. 1 di Mataram |
|
Bersama Alumni ITB TP 74 di Bandara Praya |
|
Suasana di Gili Trawangan |
|
Bukit Nipah |
|
Siap menyeberang ke Gili Trawangan |
|
Kembali ke Pulau Lombok |
|
Di depan Black Penny Hotel Gili Trawangan |
|
Black Penny Villa Gili Trawangan |
|
Sate Rembiga bersama Erik Tumbelaka, GM Kila Senggigi Beach Aerowisata |
|
Di depan Pool Villa Kila Senggigi Beach Aerowisata |
|
Desa Adat Sade |
|
Pantai Novotel Lombok Kuta |
|
Pusat Kerajinan Tenun Sukarare |
|
Di rumah suami istri Dresta |
|
Oberoi Lombok resort terbaik di Pantai Sira |
|
Air Terjun di Senaru |
|
Suasana di Sembalun, Kaki Gunung Rinjani |
|
Gunung Rinjani |
|
Persiapan Trekking |
|
Menuju Pos 1 bersama Polisi Hutan Mochtar |
|
DSP dengan tongkat ajaib |
April 2015
1 comment :
kapan versi jalan-jalan ke sumbawa nya Pak Dedi..ada pantai maluk, pantai kertasari, desa mantar, sangat menarik jika dilanjutkan ke goa-goa, pulau moyo sampai gunung tambora? kami masyarakat Sumbawa sangat bahagia jika Bapak bersedia mendokumentasi perjalanan panjang menyusuri bebukitan pulau samawa.
terima kasih.
salam,
dedy
Post a Comment