Pariwisata: Indonesia Berdaya Saing

Sebagai warga negara Indonesia, sering kali kita merasa pesimistis. Apa, sih, sebenarnya daya saing Indonesia? Sejak lama Indonesia dikenal sebagai negara agraris, tetapi ternyata hingga kini kita belum swasembada. Masih banyak produk pertanian yang harus diimpor dalam jumlah besar. Untuk menjadi negara yang berdaya saing di bidang pertanian, Indonesia masih kalah dengan Thailand.

Demikian juga untuk manufaktur. Walaupun Indonesia memiliki tenaga kerja yang murah, untuk industri, Indonesia tidak bisa bersaing dengan Tiongkok. Bahkan, negara-negara di Eropa Barat dan Amerika telah menyerahkan manufakturnya kepada Tiongkok.

Lalu, jika sudah begitu, apa yang bisa dijadikan Indonesia sebagai modal untuk berdaya saing?

Kita tidak perlu pesimistis. Indonesia masih mempunyai modal besar untuk bisa berdaya saing. Modal itu adalah industri kreatif, yakni pariwisata. Saat ini posisi pariwisata masih dalam urutan keempat sebagai penyumbang terbesar produk domestik bruto (PDB) atau sekitar 5 persen.

Masih berada di urutan pertama adalah minyak dan gas, lalu batubara, dan yang ketiga adalah minyak sawit mentah (CPO). Tetapi, dalam waktu dekat, bukan tidak mungkin pariwisata menjadi posisi yang pertama dalam menyumbang PDB dengan porsi mencapai 15 persen.

Dalam hitungan World Travel & Tourism Council, setiap pembelanjaan di sektor pariwisata akan berdampak 17 persen terhadap PDB. Sementara pembelian mobil seharga Rp 100 juta hanya berdampak 0,7 persen pada PDB.

Menggali devisa dari pariwisata relatif tidaklah sulit. Bahkan, pariwisata sudah dipercaya menjadi cara yang paling mudah dan murah untuk mendatangkan devisa. Untuk mengembangkan pariwisata, biaya yang dibutuhkan juga tidak mahal. Untuk mendapatkan 100 juta dollar AS, biaya yang dibutuhkan hanya 2 juta dollar AS atau sekitar 2 persen. Biaya pendidikan bagi tenaga kerja di bidang pariwisata juga tidak mahal. Jika tenaga ahli di bidang lain membutuhkan biaya 100.000 dollar AS, biaya untuk mendidik tenaga pariwisata hanya sekitar 5.000 dollar AS, atau sekitar Rp 65 juta dengan kurs rupiah Rp 13.086 per dollar AS.

Walau mengembangkan pariwisata menjadi cara yang termudah dan termurah, pengembangan pariwisata juga memerlukan komitmen yang sangat kuat, terutama dari para pemimpinnya. Bekal alam yang indah, budaya, kuliner, dan sebagainya tidak akan bisa dikembangkan apabila tidak ada kebijakan dan keberpihakan untuk mengembangkannya.

Komitmen ini bisa dilihat dari terobosan-terobosan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah selaku pemilik destinasi untuk mengembangkan wilayahnya. pemimpin jangan lagi memegang semboyan, kalau bisa diperlambat, kenapa harus dipercepat. Sebaliknya, pemimpin harus bisa mempermudah, mendorong, dan terus menggali apa yang bisa dikembangkan untuk mendatangkan wisatawan.

Misalnya, jika sudah ada wilayah yang diputuskan untuk menjadi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata, segeralah dibangun kawasan itu. Jangan didiamkan saja, dan akhirnya malah diduduki oleh warga ilegal.

Pemimpin juga harus mempunyai cita rasa yang tinggi. Jika sudah ingin membidik wilayahnya menjadi destinasi wisata tingkat dunia, segala sesuatu harus dipersiapkan dengan standar dunia. Misalnya, penari, penata musik, dan busana, juga harus standar dunia, atau minimal standar nasional. Dengan demikian, yang ditampilkan adalah sesuatu yang bagus dan bermutu.

Jika pemimpin sudah menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap pariwisata, semua unsur di bawahnya akan mengikuti. Perlu diingat, saat ini adalah momen yang tepat untuk meningkatkan pariwisata. Pemerintah pusat sangat mendorong dengan diberikannya bebas visa kunjungan kepada 169 negara. Penerbangan langsung dan carter juga terus dibuka. Jika semua pemimpin sudah berkomitmen, sudah pasti Indonesia akan menjadi negara dengan daya saing yang kuat untuk pariwisata.

(M Clara Wresti)

Sumber artikel: Kompas, 16/7/2016

~ o 0 o ~

Raja Ampat, Papua - (sumber)

Pantai Mandalika, Lombok

Pantai Mandalika, Lombok

Labuan Bajo, Flores

Bersama Suku Bajo

Danau Toba, Sumatera Utara


No comments :