Rakyat Dapat Menikmati Koleksi Istana

JAKARTA, KOMPAS — Koleksi seni yang tersimpan di Istana Kepresidenan tidak lagi tersembunyi. Mulai tahun ini, semua koleksi seni, seperti lukisan, patung, dan lainnya, dapat dinikmati rakyat.

Pengunjung mengamati lukisan karya Raden Saleh berjudul "Penangkapan Pangeran Diponegoro" yang dipajang dalam pameran koleksi seni rupa Istana Kepresidenan di Galeri Nasional, Jakarta, Senin (1/8). Sebanyak 28 lukisan karya 21 pelukis dipamerkan hingga 30 Agustus. (KOMPAS/HERU SRI KUMORO)

Untuk pertama kali, Istana Kepresidenan memamerkan 28 koleksi lukisan yang biasanya disimpan di Istana Merdeka dan Istana Negara Jakarta, Istana Bogor, dan Istana Yogyakarta. Pameran bertajuk "Goresan Juang Kemerdekaan" yang digelar di Galeri Nasional, Jakarta, dibuka Presiden Joko Widodo pada Senin (1/8) dan akan berlangsung sampai Selasa (30/8).

Pembukaan pameran dihadiri, antara lain, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman.

Presiden Jokowi menjanjikan pameran benda-benda seni koleksi istana tidak hanya digelar tahun ini saja. "Ke depan, semakin banyak koleksi dan benda seni istana yang akan kita pamerkan dan dapat dinikmati masyarakat," ujarnya.

Presiden mengatakan, jumlah karya seni yang dikoleksi Istana sangat banyak. Koleksi lukisan saja mencapai 3.000 lukisan dan mayoritas merupakan koleksi Presiden pertama RI, Soekarno.

Namun, hanya sedikit yang dipajang di enam Istana Kepresidenan di Jakarta, Bogor, Yogyakarta, dan Bali. Mayoritas karya seni disimpan di gudang istana. "Yang di Istana Bogor, juga hanya disimpan di gudang, yang dipajang hanya sedikit," kata Presiden Jokowi.

Akibatnya, masyarakat tidak bisa menikmati, apalagi merasa memiliki karya seni yang disimpan di Istana. Oleh karena itulah Presiden Jokowi menginginkan agar karya seni koleksi Istana dipamerkan setiap tahun.

Biografi II di Malioboro karya Harijadi Sumadidjadja
(KOMPAS.COM/GARRY ANDREW LOTULUNG)

Nilai kebangsaan

Pameran lukisan juga diyakini dapat menginspirasi masyarakat untuk memperkuat karakter bangsa. Masyarakat, terutama generasi muda, dapat belajar nilai-nilai kebangsaan, perjuangan, persatuan, dan kesatuan.

Seusai pembukaan, Rose Pandanwangi Sudjojono, istri pelukis S Sudjojono yang beberapa karyanya dikoleksi Istana, menyampaikan rasa terima kasih pada Presiden Jokowi. Menurut dia, selama ini, pemerintah dan masyarakat belum memberikan apresiasi kepada karya seni.

"Ini belum pernah dipamerkan dan biasanya seni agak terpojok. Makanya saya betul-betul berterima kasih kepada Pak Jokowi," kata Rose.

Dalam pameran terdapat lima lukisan karya S Sudjojono yang dipamerkan, yakni "Di Depan Kelambu Terbuka" yang dibuat tahun 1939, "Kawan-Kawan Revolusi" (1947), "Markas Laskar di Bekas Gudang Beras Tjikampek" (1964), "Mengungsi" (1950), dan "Sekko (Perintis Gerilya)" yang dibuat tahun 1949.

Kurator pameran, Mikke Susanto, menjelaskan, umur lukisan, waktu pembelian oleh Presiden Soekarno, teknis lukisan, hingga sejarah yang melatarbelakangi lukisan. Lukisan potret diri "Tjokroaminoto" (1946) karya Affandi berlatar belakang profil orang-orang biasa, seperti orang berbadan kurus kering. Menurut Mikke, latar belakang lukisan adalah kondisi Indonesia yang belum merdeka dari kemiskinan. (NTA/IVV)

Potret HOS Tjokroaminoto karya Affandi
(KOMPAS.COM/GARRY ANDREW LOTULUNG)

Sumber: Kompas, 2/8/2016

No comments :