Telah lama kami mendengar banyak keindahan alam dan budaya Sumba. Pada tanggal 26 November 2017 kami terbang selama 1 jam lebih ke Tambolaka, Waikabubak, setelah sebelumnya transit di Bandara El Tari, Kupang. Kami menginap di Hotel Sumba Sejahtera di Jalan Sapurata, Klena Wano, Kota Tambolaka, Kab. Sumba Barat Daya. Di airport kami dijemput oleh supir merangkap tour guide, Jhonny (081246086431) dan ia mengantar kami ke seluruh pelosok Sumba selama 6 hari. Suasana Sumba yang khas adalah padang rumput yang luas, sabana, pantai yang indah, alang-alang, dan kuda peliharaan di tempat terbuka. Penduduk Rote tinggal di rumah dengan atap terbuat dari daun lontar, sementara penduduk Sumba membuat atap rumah dari alang-alang.
Kami mengunjungi pantai yang sangat indah, Pantai Bawana, yang untuk mencapainya harus melewati tebing yang terjal sehingga banyak turis memilih untuk menikmati pemandangan dari Tanjung Mareha yang terletak di sebelah Pantai Bawana. Dari atas sana juga tampak keindahan Watu Maladong, Karang Bolong yang berbentuk seperti bukit kecil. Kami juga mengunjungi Kampung Adat Ratenggaro, sebuah kampung budaya yang masyarakatnya masih mempertahankan bentuk rumah adat asli Sumba. Kampung Ratenggaro terletak di Kecamatan Kodi Balaghar, Kab. Sumba Barat.
Di Sumba terdapat sekolah perhotelan bernama Sekolah Hotel Sumba asuhan Sumba Hospitality Foundation (SHF), sumbangan masyarakat Belgia dengan manajemen profesional dari mancanegara. Biaya pendidikannya hanya Rp 100.000 per bulan, dengan sistem boarding school, sehingga semua siswa menginap di sekolah dan ditanggung makan 3 kali sehari. Jadi sebetulnya biaya itu hanya untuk menunjukkan kesungguhan saja. Pelajaran masak gurunya dari Itali dan pelajaran Bahasa Inggris gurunya dari Amerika.
Selanjutnya kami melihat Bukit Ledongara, kemudian ke kesusteran Katolik membeli barang-barang khas Sumba terutama Jambu Mete. Lalu kami ke Danau Weekuri dan mengunjungi Pantai Mandorak. Di Sumba Barat kami mengunjungi Nihi Watu Resort, sebuah penginapan yang menjual kemewahan dan eksklusivitas dengan tarif USD 1000 per malam. Kami juga menyempatkan diri mengunjungi Desa Adat Tarung yang baru terbakar beberapa waktu yang lalu. Kepala sukunya, Rato, baru menikah dengan Miranda Risang Ayu, dosen terkemuka di Universitas Padjadjaran, Bandung. Kami juga mengunjungi pusat tenun Ama Tukang sebab Sumba terkenal dengan tenunnya yang indah dan bermutu tinggi. Tenun Sumba sekarang terkenal karena dipromosikan oleh Dian Sastro Wardhoyo. Tenun Sumba dengan bahan pewarna kimia harganya sekitar Rp 750.000, yang menggunakan pewarna organik harganya mulai Rp 1.250.000 ke atas. Ama Tukang menyediakan tenun ikat tradisional Sumba Timur dan Pahikung. Alamatnya di Jalan Hayam Wuruk no. 53 Kallu-Kaburu, Waingapu, Kab. Sumba Timur. Anda dapat menghubungi pusat tenun ini di nomor 085237474140. Di sini juga ada homestay Ama Tukang, tarifnya Rp 200.000 per malam sudah pakai aircon. Anda dapat memesan kamar dengan menghubungi nomor berikut 081236225231.
Kami makan malam di restoran terbaik di Tambolaka, namanya Warung Gula Garam. Resto ini didirikan oleh Louis Parera, seorang Prancis-Portugal. Alamatnya di Bandar Udara Tambolaka Sumba Barat Daya telp 0387 2524019 atau 081236724266. FB: WARUNG GULA GARAM.
Tidak diragukan Pulau Sumba mempunyai masa depan yang sangat cerah.
Setelah selesai acara di Pulau Sumba kami kembali ke Jakarta dan mengurungkan rencana ke Bali karena situasi Gunung Agung. Penerbangan Waingapu sampai Jakarta sangat melelahkan, kami menempuhnya selama 18 jam melalui 3 kali delay di Waingapu, Kupang, dan Surabaya. Mungkin saran untuk ke Indonesia Timur sebaiknya menggunakan pesawat direct ke Kupang.
Koleksi foto:
|
Pantai Kita Sumba |
|
Danau asin Weekuri |
|
Nihi Watu Resort |
|
Pantai Nihi Watu |
|
Padang Savana |
|
Penggembala kuda |
|
Tenun Sumba Timur terkenal mutunya |
|
Warung Gula Garam |
|
Homestay Ama Tukang Rp 200.000 per malam pakai aircon |
|
Akar mengkudu pewarna kain |
|
Dengan Rato, Kepala Suku Tarung |
|
Pantai Mandorak |
|
Pantai Mandorak |
|
Tanjung Mareha |
|
Kampung Rende |
|
Loncatan di Savana |
|
Sawah tadah hujan |
|
Padang Savana dengan kuda |
|
Perekatan tenun |
|
Makan-makan di dermaga Kupang |
|
Anak di Sumba Timur |
|
Bukit Wairinding |
|
Bukit Wairinding |
|
Bukit Wairinding |
|
Dengan Herman, Pantai Bawana |
|
Pantai Indah Sumba Bawana |
|
Tidak bisa lagu Indonesia Raya tapi bisa lagu ini |
No comments :
Post a Comment