Meraih Masa Depan di Perguruan Tinggi Berbeasiswa

Sekolah Kedinasan



Pendidikan tinggi masih dirasa mahal bagi banyak anak muda lulusan SMA/SMK sederajat. Pilihan kuliah dengan beasiswa dari perusahaan hingga pemerintah membuka jalan menuju masa depan.

Diterima di perguruan tinggi yang menjamin masa depan dan tidak dipungut biaya jadi impian banyak anak muda, terutama dari keluarga tak mampu. Apalagi biaya kuliah terus meninggi serta sulitnya mencari pekerjaan.

Hal ini membuat perburuan kampus gratis dan menjamin kerja seperti pendidikan vokasi milik perusahaan dan sekolah kedinasan milik sejumlah kementerian atau lembaga non-kementerian tetap tinggi.

Hari masih gelap dan jam di tangan menunjukkan sekitar pukul 03.00 WIB. Namun, sejumlah mahasiswa diploma 1 dan 2 Akademi Komunitas Toyota Indonesia (AKTI) yang tinggal di asrama sudah mulai bangun satu per satu.

Mereka yang bangun duluan bergegas mandi tanpa mengantre panjang sehingga masih ada waktu yang cukup untuk melakukan tugas kebersihan dan mempersipakan diri menuju kampus di kawasan Plant 3 PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) di Karawang International Industrial City di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Bangun dinihari dilakoni setiap hari dengan tertib sehingga tiap mahasiswa terbiasa untuk disiplin. Tepat pukul 05.20, bus jemputan datang, mengantarkan para mahasiswa yang dites dengan seleksi ketat dari berbagai sekolah menengah kejuruan (SMK) di Indonesia ini menuju kampus berlantai dua.

Tidak ada waktu bersantai, semua terukur dengan tepat. Sesampai di kampus, para mahasiswa melakukan kegiatan bersih-bersih karena di kampus tidak ada petugas khusus kebersihan.

Persiapan belajar dimulai dengan beraktivitas fisik olahraga pagi, lalu apel pagi. Ada giliran tiap mahasiswa selama lima menit mempresentasikan pembelajaran kemarin sehingga mereka terbiasa untuk presentasi.




Bagi Ahmad Sadam Barzani (22), mahasiswa diploma 2 jurusan tata operasi perakitan kendaraan roda empat AKTI, proses pembelajaran yang dijalaninya menjadi jalan menuju masa depan lebih baik.

”Saya masuk SMK otomotif untuk bekerja. Kalau untuk kuliah, awalnya tidak ada rencana. Ada kakak kelas yang pernah kuliah di AKTI cerita, lalu saya jadi semangat,” ujar Sadam asal Tegal, Jawa Tengah, Selasa (14/3/2022).

Usai lulus SMK, Sadam mencoba melamar kerja di berbagai perusahaan, tetapi hanya penolakan yang didapat. Tak menyerah, Sadam meminta modal pada ayahnya yang bekerja di rumah sebagai tukang servis alat elektronik untuk membuka usaha berjualan ayam goreng krispi.

Ketika ada kesempatan tes lagi di AKTI, Sadam gigih untuk meyakinkan penguji bahwa dia layak meraih beasiswa kuliah di AKTI. Tiap tahun, AKTI menerima 64 mahasiswa program diploma 1 dan 2, utamanya dari keluarga tidak mampu. Lulusan mendapat ijazah diploma dan sertifikasi sesuai KKNI, lalu direkrut bekerja di PT TMMIN.

Pendidikan vokasi AKTI yang kuat link and match dengan PT TMMIN membuat para mahasiswa memiliki komptensi yang sudah sesuai kebutuhan perusahaan otomotif yang memproduksi kendaraan roda empat. Bahkan, mesin kendaraan yang diproduksi di plant 3 juga diekspor ke sejumlah negara.

Dalam kurun November 2022-Februari 2023, Sadam yang menjadi Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa AKTI angkatan keenam sudah langsung magang di bagian machining silinder blok dari pukul 07.15 hingga pukul 16.00.

Magang kembali akan dijalaninya di kurun Juni-Agustus nanti. Saat magang, Sadam sudah mendapat bayaran Rp 3,6 juta per bulan. Uangnya pun dikirim untuk kebutuhan keluarganya di Tegal.

”Tidak terasa, bulan Agustus nanti saya sudah wisuda. Nanti langsung dikontrak kerja. Saya yakin kesabaran menjalankan proses pendidikan yang penuh disiplin dan mengasah kompetensi membuat saya siap untuk bekerja,” tuturnya.

”Saya tidak butuh waktu lama untuk beradaptasi dengan sistem kerja di lini produksi nanti karena semua sudah disiapkan lewat pendidikan di kelas dan praktik,” ujar Sadam yang berencana menabung untuk membeli rumah di Karawang.

Direktur AKTI Edy Susilo D mengutarakan, pendidikan vokasi AKTI memberikan beasiswa penuh bagi 64 lulusan SMK tiap tahunnya.

Saya tidak butuh waktu lama untuk beradaptasi dengan sistem kerja di lini produksi nanti karena semua sudah disiapkan lewat pendidikan di kelas dan praktik.

Penerapan sistem pendidikan vokasi yang dikembangkan bermitra dengan pengguna PT TMMIN untuk mempersiapkan kebutuhan tenaga kerja andal serta memiliki budaya industri dan calon pemimpin.

Pendidikan itu juga membantu generasi muda memiliki masa depan lebih baik. Para mahasiswa mendapat pendampingan dari dari para dosen, trainer untuk workshop, hingga mentor di lini produksi sehingga dapat berkembang jadi tenaga kerja yang siap berkarya sesuai kompetensinya.

Sekolah kedinasan
Jalan terbuka bagi generasi muda untuk dapat menikmati kuliah tanpa pusing memikirkan pembayaran uang kuliah juga ditawarkan sejumlah pendidkan tinggi kementerian/lembaga nonkemnetrian (PTKL) dengan ikatan dinas. Mereka yang terpilih akan direkrut jadi aparatur sipil negeri di tingkat pusat dan daerah.

Politeknik Statistika STIS yang terletak di Jalan Otto Iskandardinata, Jakarta Timur, sebagai salah satu sekolah kedinasan di bawah Badan Pusat Statistik yang tidak membebankan biaya kuliah pada mahasiswa menjadi sasaran puluhan ribu lulusan SMA/SMK sederajat dari seluruh Indonesia tiap tahun.

Pada tahun ajaran 2022/2023 tercatat 26.602 pendaftar, sedangkan jumlah formasi yang tersedia hanya untuk 500 orang. Lulusannya yang menjalani pendidikan diploma III dan IV terjamin lapangan pekerjaannnya menjadi ASN di pusat dan di daerah.

Gestyan Ramadhan, mahasiswa tingkat empat Program Studi Komputasi Statistik Diploma IV, Selasa (7/3/2023), mengaku beruntung bisa mengenyam pendidikan di Politeknik Statistika STIS. Bermula dari kegemarannya pada matematika, Ketua Senat Mahasiswa itu kemudian mendaftarkan diri di sekolah ikatan dinas tersebut.

”Selama ini, setahu saya perguruan tinggi vokasi itu hanya fokus ke pemerintahan. Tetapi ternyata ada yang linier sesuai dengan minat saya. Selain itu, di sini juga gratis dan begitu lulus ada jaminan pekerjaan sehingga saya fokus kuliah saja, tidak perlu memikirkan setelah lulus mau ke mana,” ujarnya.

Restituta Ema, mahasiswi tingkat akhir Program Studi Statistika Diploma IV, juga tertarik dengan sekolah kedinasan yang gratis dan menjamin lulusan langsung bekerja.
”Kapan lagi bisa kuliah gratis dan lulusnya pasti dapat pekerjaan sehingga tidak perlu susah-susah mencari kerja setelah lulus. Apalagi, langsung jadi PNS yang notabene cukup menjamin masa depan,” ungkapnya.

Ema dan Gestyan merupakan mahasiswa angkatan ke-61 atau masuk pada tahun ajaran 2019/2020. Mulai tahun ajaran ini, mahasiswa tidak lagi mendapat uang saku seperti angkatan sebelumnya.

Namun, biaya pendidikan, biaya praktik kerja lapangan, pemagangan, sampai dengan wisuda tidak sepeser pun mereka mengeluarkan biaya. Mereka hanya mengeluarkan uang untuk pendaftaran ketika hendak masuk Politeknik Statistika STIS, yakni sebesar Rp 300.000.

Kuliah memang gratis, tetapi segala biaya hidup harus mereka tanggung sendiri. Politeknik Statistika STIS tidak menyediakan asrama sehingga sebagian besar mahasiswa tinggal di indekos sekitar kampus dengan tarif mulai dari Rp 900.000 hingga Rp 1,6 juta per bulan.

Sementara Bernardus Handi Kurniawan, lulusan Politeknik Keuangan Negara STAN di bawah Kementerian Keuangan angkatan tahun 2017, menikmati buah manis memilih sekolah kedinasan.

Seusai lulus program studi perpajakan diploma III, Handi ditempatkan di Kantor Pajak Ruteng, Nusa Tenggara Timur, sejak Januari 2021. Angkatan Handi mengawali penempatan PKN STAN di luar Kementerian Keuangan.

”Alasan saya lebih ke soal pembiayaan. Jika kuliah di perguruan tinggi negeri reguler ataupun swasta, biayanya cukup mahal dan jadi beban untuk orangtua,” kata Handi.


Butuh perjuangan.
Adanya jaminan pekerjaan dan pendidikan gratis itu bukan berarti tidak menuntut perjuangan. Pada tahun pertamanya, Gestyan sempat merasa tertekan dan benar-benar menghabiskan waktunya untuk belajar mengingat di tahun itu tidak lulus mata kuliah berarti drop out atau tak bisa melanjutkan kuliah.

Ema sempat kesulitan memelajari beberapa mata kuliah umum, seperti pemrograman. Selain itu, ada harga yang harus dibayar saat memperoleh jaminan masa depan, salah satunya dari segi penampilan. Jika dibandingkan perguruan tinggi lain, Ema merasa tidak bebas, seperti dalam hal rambut dan seragam.

Terkait penempatan lulusan, para mahasiswa membuat kontrak sejak awal. Mereka menandatangani persetujuan bahwa mereka bersedia ditempatkan di mana pun. Jika mereka menolak penempatan, mereka harus mengganti rugi biaya sebesar selama mereka menempuh pendidikan di Politeknik Statistika STIS.

Bagi Ema, momentum penempatan setelah kelulusan jauh lebih mendebarkan ketimbang menjalani skripsi. Ia merasa pesimistis bisa mendapat penempatan di Pulau Jawa lantaran formasi yang dibuka sedikit.

Avi Rudianita dari Humas Politeknik STIS mengatakan, dalam pendidikan kepegawaian atau ikatan dinas, proses pelaksanaannya cukup ketat. Dari segi penilaian, indeks prestasi kumulatif (IPK) yang menjadi syarat mutlak agar dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya, yakni 2,50, dengan ketentuan tambahan beberapa mata kuliah wajib tidak boleh bernilai D atau E.

Lalu, pada tahun atau tingkat pertamanya, tiap mahasiswa dituntut untuk lulus dalam beberapa mata kuliah inti. Sebab, Politeknik Statistika STIS menerapkan sistem paket dalam pengambilan mata kuliah sehingga untuk mengulang mata kuliah terkait harus dilakukan secara paket atau seluruh mata kuliah dalam tahun itu.

”Jika gagal, dapat kesempatan mengulang satu kali. Itu berlaku setelah melewati tingkat satu. Kalau di tingkat satu gagal, langsung drop out. Tidak seperti perguruan tinggi reguler yang bisa mengulang di mata kuliah yang gagal, di sini gagal di satu mata kuliah mengulangnya setahun karena sistem paket. Jadi, ketat untuk urusan akademis,” ujar Avi.

Selain penilaian akademis, hal-hal di luarnya pun turut menjadi pertimbangan mulai dari seragam, rambut, hingga sikap. Hal itu karena Politeknik Statistika STIS mempersiapkan para mahasiswa untuk menjadi ASN yang baik dan dapat dicontoh.

Handi mengatakan, dalam masa perkuliahan, dia dan teman seangkatannya di PKN STAN dituntut memenuhi standar akademis yang telah ditentukan, yakni minimal IPK 2,75 di setiap semester. Selain itu, terdapat pula sejumlah mata kuliah wajib yang tidak boleh mendapatkan nilai D.

”Kuliah di STAN, mata kuliah atau sistem kredit per semesternya sudah diprogram atau sistem paket sehingga tidak perlu mikir lagi. Tetapi syarat akademis agar terus lanjut cukup ketat. Jika tidak sesuai ketentuan, akan di-drop out,” ujar Handi.

Peminatnya cukup tinggi, per 28 April 2022 terdata pembuat akun mencapai 473.234 akun. Adapun lima teratas jumlah pelamar, yakni Politeknik Keuangan Negara STAN, Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Politeknik Statistika STIS, Sekolah Tinggi Intelijen Negara, serta Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.

Secara terpisah, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kiki Yuliati mengutarakan, pendidikan vokasi membuka jalan bagi generasi muda untuk lebih siap memasuki dunia kerja.

Sampai saat ini, akses berkuliah masih terbatas. Revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi dilakukan sebagai jaminan untuk memastikan kompetensi dan karakter peserta didik sesuai kebutuhan industri disiapkan.


No comments :