Suka Duka di Ubud Writers & Readers Festival 2009

Untuk keempat kalinya, kami mengikuti Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) yang berlangsung tanggal 7 – 11 Oktober 2009. Acara ini bertempat di berbagai lokasi di Ubud, di antaranya Museum Neka, Indus Restaurant, Casa Luna, 3 Monkeys dan Left Bank Lounge.

Kali ini kami memilih tinggal di Pertiwi Resort, Monkey Forest Ubud, milik sahabat Dewa Arimbi.

Somy, Anya & Lilis

Dengan tema ‘Suka Duka: Compassion & Solidarity’ para penulis terbaik dari 23 negara berkumpul dan mendiskusikan tema-tema besar sastra zaman ini, yaitu agama, identitas, peninggalan kebrutalan kolonial dan suara pascakolonial, HAM, ras dan identitas, pengasingan, jender, penyensoran dan ekspresi sastra.

Prof. Wole Soyinka

Bintang UWRF ini adalah Prof. Wole Soyinka, seorang penulis naskah drama dan penyair Nigeria yang pada tahun 1986 menjadi orang Afrika pertama yang menerima anugrah Nobel Kesusastraan. Sewaktu perang saudara Nigeria tahun 1967, ia memperjuangkan perdamaian antar pihak yang sedang berperang namun saat itu ia malah dijebloskan ke dalam penjara oleh pemerintah berkuasa. Dalam penjara ia sempat melahirkan kumpulan puisi berjudul Poem for Prison.

Soyinka adalah juga kritikus yang vokal menyoal masalah administrasi Nigeria, juga para tirani dunia, termasuk rejim Mugabe di Zimbabwe.

Lily Yulianti Farid

Jurnalis dan penulis fiksi ini menerbitkan kumpulan cerita pendek Makkunrai dan Maiasaura yang mengeksplorasi isu jender dan respon perempuan terhadap korupsi, konflik dan nilai-nilai dalam keluarga dan masyarakat Bugis.

Di UWRF ini Lily bicara mengenai seni penulisan essay dan hubungan antara sastra dan paham politik.

Jennifer Lindsay

Lee Su Kim

Penulis asal Malaysia ini telah melahirkan karya-karya bestseller antara lain: Malaysian Flavours: Insights into Things Malaysian dan Manglish: Malaysian English at its Wackiest. Bukunya yang terakhir, A Nyonya in Texas: Insights of a Straits Chinese Woman in the Lone Star State menceritakan runtutan peristiwa yang sangat kocak tentang pengalaman-pengalaman silang-budaya antara Timur dan Barat. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Reenee, penulis dari San Francisco


Seno Gumira Ajidarma

Karya-karya dari Seno Gumira disebut-sebut sebagai sastra Indonesia generasi baru. Ia telah menulis berbagai cerpen, roman, puisi, komik, drama, serta non-fiksi. Di antaranya Sepotong Senja untuk Pacarku; Iblis Tidak Pernah Mati; Negeri Senja; Sukab Intel Melayu, Jazz Parfum & Insiden; Sembilan Wali dan Siti Jenar dan masih banyak lagi.

Penulis yang juga wartawan, fotografer dan dosen ini telah memperoleh beberapa penghargaan dari dalam dan luar negeri, antara lain SEA Write Award, Dinny O’ Hearn Literary Prize dan Khatulistiwa Award. Di UWRF 2009 ini ia bicara mengenai kiprah sastra Indonesia di panggung dunia. Pada sesi ini tampil pula NH Dini, Zeffry Alkatiri, Anton Kurnia dengan moderator Pam Allen.


Pembacaan puisi di tengah sawah


Pemandangan sawah di belakang Restaurant Hindus & Villa Anhera Ubud


Para peserta UWRF berjalan kaki di Kampung Subali 
menyusuri pematang sawah sampai Vila Ibah

Selain acara diskusi dan workshop penulis, juga diselenggarakan workshop budaya, seperti batik workshop, morning meditation, herb walk dan cooking class.


Yayasan Pengembangan Kepribadian dari Belanda

Bringing Alive Love's Inspiration, Yayasan Karuna Bali

Bebek Bengil... selalu...


Links:

A Meeting of minds and words: the 2008 UWRF

Official Website UWRF

15 Indonesian writers in UWRF 2009

And Now a Word about the Balinese

Lost in Translations

No comments :