Pada sebuah sore dua tahun yang lalu di sudut kota Paris, Prancis, tepatnya di Théâtre de Soleil-Cartoucherie, terjadi suatu kehebohan. Di arena Cartoucherie ini di mana terdapat beberapa teater besar yang unik, ramai-ramai orang membeli tiket seharga 22 Euro per orang, dari mulai anak balita sampai orang tua. Rupanya akan ada sebuah pertunjukan hari itu dan yang akan tampil bukanlah pertunjukan seni biasa untuk bangsa Eropa. Yang akan tampil dan ditunggu-tunggu itu rupanya adalah pertunjukan Wayang Kulit Jawa!
Pertunjukan Wayang yang berlangsung selama empat hari di Paris itu dilaksanakan oleh rombongan wayang kulit yang dipimpin oleh dalang terkemuka Purbo Asmoro. Alat musik gamelan dan pesinden Ibu Suyatmi yang melengking dengan eloknya, tidak hanya membuat anak-anak saja yang dibuat terpaku namun beberapa pengunjung dewasa pun sampai dibuat penasaran, dan ikutan naik panggung untuk melihat secara langsung dibalik layar.
Merupakan peristiwa langka bagi masyarakat Prancis menyaksikan sebuah pertunjukan tradisional semalam suntuk. Dan usai hari pertama pertunjukan, berita tentang pertunjukan wayang kulit ini muncul di beberapa media massa Prancis, dengan judul pertunjukan spektakuler dari tradisi kuno Jawa.
Asal-usul Wayang
Menurut Sri Mulyono seperti dikutip oleh Sunarto dalam bukunya Wayang Kulit Purwa Gaya Yogyakarya, wayang adalah sebuah kata bahasa Indonesia (Jawa) asli, yang berarti bayang-bayang, atau bayang yang berasal dari akar kata "yang" mendapat tambahan "wa" yang menjadi wayang. Sedangkan Kusumajadi mengartikannya sebagai berikut, "Wayang ialah bayangan orang yang sudah meninggal. Kata wayang tadi dari suku kata wa dan yang. Wa = trah yang berarti turunan, yang = hyang berarti eyang kakek atau leluhur yang telah meninggal. Maka wayang ialah gambar-gambar orang yang telah meninggal.
Karya seni yang diakui "adiluhung" ini sarat dengan nilai filosofis, simbolis dan historis. Wayang bukanlah sekadar bentuk yang indah dan menyenangkan, tetapi mempunyai nilai khusus bagi bangsa Indonesia atau mengandung maksud-maksud yang lebih mendalam, yaitu memberikan suatu gambaran tentang hidup dan kehidupan.
Wayang dalam Perjalanan Sejarah
Seni pertunjukan Wayang ini merupakan salah satu bentuk teater tradisional yang paling tua dan terbukti mampu tampil sebagai tontonan menarik sekaligus efektif dalam memberikan pesan-pesan moral kepada khalayak ramai. Pertunjukan wayang kulit telah dikenal di Pulau Jawa semenjak 1500 SM. Di masa kerajaan Kediri, Singasari dan Majapahit, wayang adalah salah satu bentuk inovasi media komunikasi pada masa itu.
Sejak 7 November 2003, pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity), disusul berikutnya oleh Keris pada tahun 2005.
Dalam buku Mythology and the Tolerance of the Javanese, Benedict R. O'G Anderson mengemukakan bahwa wayang berperan secara etis dan metafisik dalam mengasah rasa toleransi masyarakat Jawa. Namun dalam perjalanan sejarah, terjadi penurunan rasa toleransi dalam masyarakat yang seiring dengan penurunan pamor wayang.
Salah satu contoh, penurunan kuantitas dalang seperti ditulis Tempo, jumlah dalang wayang kulit di Jawa Timur stagnan dan cenderung turun. Penyebabnya karena minim kaderisasi, baik melalui sekolah formal maupun belajar otodidak dari seorang dalang senior. Data Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Jawa Timur menyebutkan pada 2015 jumlah dalang sebanyak 1.600 orang atau sama dengan data pada 2006. Jumlahnya tetap, tidak bertambah. Salah satu penyebab adalah minimnya sekolah dalang di Indonesia.
Namun syukurlah kini telah ada portal kesenian wayang yang diberi nama Indonesian Wayang Network yang dikembangkan oleh tim peneliti Unika Soegijapranata yang beranggotakan Dr. Ridwan Sanjaya, dr. Rustina Untari, dan Tjahjono Rahardjo dan didukung oleh Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti), Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Jawa Tengah, serta sanggar-sanggar kesenian di Solo dan Semarang.
Konsep dasar dari pengembangan portal tersebut adalah untuk mengenalkan kepada dalang dan sanggar kesenian wayang di Indonesia untuk memanfaatkan internet sebagai showcase pertunjukan-pertunjukan yang telah dilakukan selama ini. Dengan begitu, masyarakat dapat lebih mengenal kesenian wayang kulit beserta pelaku seninya.
Tayangan pertunjukan wayang pada portal ini dipersingkat menjadi 10-15 menit karena bertujuan menampilkan bagian yang paling menarik dari pertunjukan wayang kulit. Pengguna internet tidak harus menunggu berjam-jam atau semalam suntuk untuk dapat mengenal sisi yang menarik dari wayang kulit.
~ o 0 o ~
Sumber:
Sunarto. Wayang Kulit Purwa Gaya Yogyakarta: sebuah tinjauan tentang bentuk, ukuran, sunggingan. Jakarta: Balai Pustaka, 1989.
Kompas: Wayang Kulit Memukau Masyarakat Perancis
Mengangkat Wayang Lewat Internet
Sumber gambar: youtube.com
Perjalanan Wayang
Post by
DSP
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment