Oleh FRANS SARTONO Hari menjelang sore ketika kami tiba di depan Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat. Rekan seperjalanan dari Jakarta sempat ragu, benarkah gedung yang berdiri di depan mata itu White House. Untuk meyakinkan diri, ia sampai harus bertanya kepada ”Mbah Google”, dan memang tidak keliru. Setelah mengetik ”w h i t e h o u s e” di mesin pencari, muncullah gambar Gedung Putih di layar ponsel rekan kami itu. Ia mencocokkan gambar itu, dengan rumah orang nomor satu di Amerika Serikat tersebut. Sesaat kemudian turis dari Jakarta itu tertawa. Ia bukan tidak percaya. Ia hanya heran karena Gedung Putih yang ia lihat dengan mata kepala sendiri itu berbeda dengan apa yang ia bayangkan selama ini. Dalam bayangannya, White House jauh lebih besar. Harap dicatat, selama ini Gedung Putih hanya ia tangkap dari televisi, foto-foto di media massa, dan terutama lewat film seperti White House Down dan Olympus Has Fallen. Ketika melihat sendiri, Gedung Putih serasa tidak semegah dengan gambaran yang tersimpan di benak. Itu salah satu pengalaman peserta acara Nissin Mendadak Eksis. Mereka mengajak pemenang untuk berkunjung ke Amerika Serikat, termasuk Washington DC dan New York. Keheranan lain muncul ketika melihat pengamanan di depan gedung yang tidak ”sangar”. Tampak hanya ada dua mobil polisi yang berada di jalan persis di depan Gedung Putih. Dan, hanya ada seorang polisi yang berdiri mengawasi para pengunjung yang melihat-lihat dari trotoar di seberang jalan depan White House. Pak polisi yang terlihat terus mengunyah permen karet itu akan segera berteriak jika ada orang yang melangkahkan kaki selangkah saja ke badan jalan. Penonton hanya boleh berada di trotoar. Ada puluhan pengunjung yang sore itu berkerumun di trotoar di depan Gedung Putih. Ditilik dari ciri fisik dan bahasa yang digunakan, mereka tampak datang dari berbagai kebangsaan, termasuk Tiongkok, India, selain juga Indonesia. Ada yang ber-selfie-ria, atau berswafoto menurut istilah baku yang katanya sesuai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ada pula pemrotes yang memasang poster perdamaian, anti senjata nuklir. Ada pula pengunjung remaja yang menghitung-hitung jendela. Rupanya mereka telah membawa data terkait Gedung Putih. Dari depan, tampak ”hanya” 21 jendela dari total 147 jendela White House. Gedung yang mulai dibangun tahun 1792 ini mempunyai 412 pintu. Data statistik Gedung Putih memang menarik. Gedung yang pertama kali ditempati Presiden John Adams itu mempunyai 132 ruang, 35 kamar mandi, 28 perapian, 8 tangga berundak, serta 3 elevator. Dan, seperti namanya, White House, tentu bercat putih. Diperlukan 570 galon cat. Itu hanya untuk mewarnai dinding bagian luar saja. Capitol Hill Sebelum ke Gedung Putih, kami terlebih dahulu ke Gedung Capitol atau Capitol Hill, tempat para anggota Kongres yang mulia bekerja. Jaraknya dengan Gedung Putih hanya sekitar 3,5 kilometer. Sempat ”kecewa” ketika melihat kubah atau Capitol Dome-nya sedang direnovasi. Seluruh bagian kubah yang menjadi salah satu ikon Amerika itu dipasang perancah untuk pengerjaan. Di antara perancah itu tampak menyembul Patung Kemerdekaan atau Statue of Freedom yang berada di puncak kubah. Rasa ”kecewa” terobati mendengar komentar pengunjung lain. ”Anda beruntung karena pemandangan Capitol Hill seperti ini belum tentu terjadi dalam 50 tahun....” Benar. Ternyata kubah itu terakhir direnovasi pada 1960. Laman Architect of the Capitol menjelaskan bahwa renovasi harus dilakukan karena kubah itu terbuat dari besi cor. Hujan, salju, dan terpaan sinar matahari menyebabkan kerusakan pada lapisan luar kubah. Air yang merembes atau menetes dari berbagai celah di sekitar puncak kubah mengakibatkan bahan-bahan besi yang digunakan dalam kubah berkarat. Jika tidak dilakukan perbaikan, kebocoran itu akan merusak karya seni yang mengisi interior bangunan bulat itu. Renovasi yang dimulai pada tahun 2013 itu direncanakan akan rampung pada 2017. Monumen Washington Capitol Hill terletak di kawasan yang disebut National Mall. Sebuah taman besar memanjang sekitar 1,6 kilometer. Ada tiga titik penting di sepanjang taman luas itu, yaitu Gedung Capitol, Washington Monument yang berupa tugu, dan Lincoln Memorial yang di dalamnya terletak patung Abraham Lincoln. Ketiganya, plus Gedung Putih merupakan penanda tempat atau landmark yang sangat Amerika. Kawasan ini menjadi sasaran wajib pengunjung ke Washington DC. Tercatat setiap tahun tempat ini didatangi sekitar 24 juta pengunjung. Washington Monument berupa tugu yang terbuat dari marmer dan granit itu bertinggi hampir 170 meter. Lebih tinggi dari Tugu Monumen Nasional (Monas), Jakarta, yang bertinggi 132 meter. Tugu selesai dibangun tahun 1877 sebagai penghormatan untuk George Washington, presiden pertama Amerika Serikat. Gedung Lincoln Memorial mengingatkan Kuil Dewa Zeus di Yunani. Monumen ini dibangun sebagai pengingat akan presiden ke-16 AS, Abraham Lincoln. Pejuang demokrasi ini dibuatkan patung setinggi 11 meter karya pematung Perancis, Daniel Chester. Di depan ”kuil” terbentang kolam memanjang atau reflecting pool yang memantulkan panorama obyek di sekitarnya, terutama Tugu Washington. Nun jauh di seberang kolam tampak tegak berdiri tugu Washington. Lanskap antara Lincoln Memorial, kolam, tugu Washington, dan Capitol itu menjadi latar berbagai film, termasuk Forrest Gump. Salah satu adegannya, tokoh Forrest Gump mencemplung ke kolam dengan latar tugu Washington disaksikan ribuan orang yang duduk di tangga Lincoln Memorial. Sumber: Kompas, 7/2/2016
No comments :
Post a Comment