Strategi Pangan: Langkah Tiongkok

Dunia selalu bertanya, apa yang akan dilakukan Tiongkok untuk memberi makan penduduknya? Jawaban itu makin terang. Negeri tersebut telah menguasai lahan-lahan pertanian di beberapa negara. Tiongkok juga bekerja sama dengan Korea Selatan untuk memproduksi massal sapi hasil kloning. Terakhir, perusahaan Tiongkok membeli perusahaan pestisida dan benih asal Swiss, Syngenta. Beberapa tahun lalu para pengamat bertanya mengenai cara-cara Tiongkok untuk menangani masalah pangan. Rupanya dunia hanya butuh menunggu beberapa tahun untuk mengetahui cara-cara Tiongkok memberi makan warganya. Sejak dua tahun lalu, Tiongkok memburu lahan pertanian dari mulai Myanmar hingga Australia. Di Myanmar, perusahaan Tiongkok mencari lahan untuk ditanami tanaman pangan, yaitu padi. Perusahaan lain mencari lahan di Australia untuk peternakan sapi. Agresivitas Tiongkok ini kini sempat dihambat karena persoalan urusan tanah-tanah yang masuk dalam perlindungan. Para pengamat menduga, langkah tersebut dilakukan untuk memastikan pasokan pangan bagi penduduk Tiongkok pada masa depan, selain untuk memenuhi kebutuhan saat ini yang sudah meningkat. Pilihan mencari lahan di luar negeri dilakukan karena keterbatasan lahan yang mendapat pengairan. Pembangunan dam raksasa lebih banyak digunakan untuk memenuhi kepentingan industri. Sangat masuk akal apabila pilihan mencari lahan di luar negeri dilakukan untuk mendapatkan sumber pangan. Cara lain yang ditempuh adalah membuat usaha patungan Tiongkok-Korea Selatan untuk memproduksi sapi kloning secara massal. Langkah yang diumumkan akhir 2015 lalu mengejutkan dunia karena meski kloning sudah lama dilakukan di Eropa, yaitu pada 1996, Eropa tidak melakukan pengembangan lebih lanjut karena perdebatan etika masih berlangsung. Bahkan, parlemen Eropa telah memilih untuk melarang kloning untuk hewan ternak dan melarang penjualan hewan hasil kloning. Untuk produksi sapi kloning, perusahaan Tiongkok, BoyaLife, menggandeng Sooam Biotech, sebuah perusahaan riset asal Korea Selatan. Sooam dilaporkan telah mampu memproduksi 550 anjing kloning sejak 2005. Kedua perusahaan pernah bekerja sama riset untuk menghasilkan anjing tibet dari kloning. Terkait dengan produksi sapi kloning, kedua perusahaan menyatakan bahwa pada tahap pertama akan menghasilkan 100.000 sapi per tahun. Pada tahap kedua, mereka akan menghasilkan 1 juta sapi per tahun. Untuk upaya ini, mereka telah menyiapkan investasi 31 juta dollar AS dan produksi sapi akan dimulai tahun ini. Tak berhenti sampai langkah itu, perusahaan Tiongkok, ChemChina, membeli perusahaan pestisida dan benih asal Swiss, Syngenta. Pembelian dengan nilai 43 miliar dollar AS ini boleh dibilang sangat ambisius. Langkah itu disebut ambisius karena ChemChina bersedia membayar tunai dan juga memenuhi sejumlah tuntutan seperti tidak ada pemutusan hubungan kerja dan kantor pusat tetap berada di Zurich, Swiss. Sepertinya Tiongkok tidak akan selesai dengan beragam langkah tersebut. Kita bisa menduga Tiongkok akan melakukan sejumlah langkah strategis untuk memastikan pasokan pangan bagi warganya. Semua mengakui langkah-langkah ini dilakukan karena hanya 10 persen lahan pertanian di Tiongkok yang efisien. Apalagi ditambah dengan migrasi sekitar 300 juta warganya dari desa ke kota dan juga pertumbuhan kelas menengah, Tiongkok makin memerlukan pangan tidak hanya dalam jumlah mencukupi tetapi juga ragam makanan. Tidak mengherankan apabila Tiongkok tengah membangun "pabrik" pangan dalam skala besar. (ANDREAS MARYOTO) Sumber: Kompas, 1/3/2016

No comments :