Sri Kurnawati Memberantas Buta Aksara di Jayapura

 “Buku adalah Jendela Dunia” 



Kita tentu sangat dekat dengan kalimat ini, dari usia sekolah. Dan hari ini, saya membaca kisah:

Sri Kurnawati Memberantas Buta Aksara di Jayapura yang ditulis oleh FABIO MARIA LOPES COSTA pada rubrik Sosok Harian Kompas, 2 September 2021, Sosok Kompas. Berikut kisahnya: 

 

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Kasih terletak di pinggir jalan Trans-Papua yang menghubungkan Kota Jayapura ke Kabupaten Keerom, tepatnya di Kampung Biak, kawasan Abe Pantai, Distrik Abepura. TBM Kasih menempati ruang tamu dan halaman rumah Sri dan keluarga.

 

Suatu hari di akhir Juli, Sri beraktivitas bersama Vita Gasperz, salah seorang tenaga pendidik di TBM Kasih. Sekitar 30 menit kemudian, datanglah lima ibu yang bermukim di sekitar Kampung Biak. Mereka mengambil buku di perpustakaan TBM Kasih, lantas membaca buku-buku dengan beragam tema itu.


Kegiatan dilanjutkan dengan berlatih membuat puding cokelat.  Di bawah bimbingan tenaga pendidik TBM, mereka membaca dan berlatih keterampilan di sela-sela kesibukan sebagai ibu rumah dan pedagang di pasar tradisional.

 

Aktivitas para ibu itu disebut Program Noken Literasi. Program yang berlangsung setiap Jumat merupakan kerja sama antara Yayasan Mahkota Bunda dan TBM Kasih sejak tahun  2020. Tujuannya memberikan pengetahuan umum bagi para ibu lewat bacaan dan meningkatkan aneka keterampilan mulai membuat kue hingga kerajinan tangan.

 

Sementara itu, Vita dan para ibu berlatih membuat puding, Sri pergi ke sebuah pondok sekitar 100 meter dari TBM Kasih. Biasanya pondok itu digunakan sebagai tempat pertemuan masyarakat setempat. Di sana, Sri membantu tiga sukarelawan TBM Kasih yang sedang mengajar 20 anak kampung membaca dan menulis. Peserta berusia 5 tahun sampai 10 tahun.

Sri menggelar tikar dan mulai ikut mengajar anak-anak. Kegiatan dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan selama pandemi Covid-19. Setiap anak wajib menggunakan masker saat mengikuti kelas literasi bersama Sri. Ketika waktu menunjukkan pukul 17.30 WIT, Sri dan para sukarelawan mengakhiri kegiatan dan pulang ke rumah masing-masing.

 

Sri mengajar baca-tulis dan terlibat dalam Program Noken Literasi tanpa dibayar. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia mengandalkan gajinya sebagai guru honorer yang mengajar matematika di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Jayapura sejak 2019.

 

Dari pasar

Lahirnya TBM Kasih berawal ketika Sri menggelar program literasi bagi masyarakat yang bermukim di sekitar Pasar Youtefa pada awal 2019. Saat itu Sri masih bergabung sebagai tenaga pengajar lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Puspita.

 

PKBM Puspita adalah lembaga mitra pemerintah daerah setempat yang mempersiapkan masyarakat untuk mengikuti pendidikan kesetaraan Paket A untuk jenjang sekolah dasar hingga Paket C di jenjang SMA. Sri bergabung dengan lembaga PKBM untuk program kesetaraan pendidikan sejak 2017.

 

Di sana, Sri menemukan banyak anak berusia di atas 10 tahun yang belum lancar membaca dan menulis. Kenyataan itu mengusik hati Sri. Ia pun terdorong untuk membeli pelajaran baca tulis secara sukarela bagi anak-anak di sekitar rumah Sri di Kampung Biak. Agar niatnya bisa diwujudkan, ia berdiskusi dengan para tokoh masyarakat di Kampung Biak, tempatnya bermukim. Niat Sri didukung dan disambut antusias oleh masyarakat. Mereka juga mengizinkan Sri untuk menggunakan pondok sebagai tempat belajar.


Sri memutuskan berhenti bekerja di PKBM Puspita agar bisa fokus dengan kegiatan sosialnya. Pada Juni 2019, ia mulai berkeliling kampung sambil membawa buku pelajaran. Ia mengumpulkan anak-anak untuk mengikuti kegiatan belajar  baca tulis. Awalnya,  hanya 10 anak yang tertarik mengikuti kegiatan itu. Seiring waktu, peserta bertambah hingga 50 anak tahun ini.

 

”Banyak anak yang merasakan dampak positif setelah mengikuti kegiatan ini. Mereka dapat mengenal huruf, membaca dan menulis dalam waktu beberapa bulan saja,” ungkap Sri.

 

Maret 2020, Sri memutuskan untuk mendirikan TBM Kasih. Ia mendapatkan bantuan banyak buku dari sejumlah donatur dan Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah Provinsi Papua. Saat ini TBM Kasih mengoleksi 1.500 buku  dengan berbagai tema.

 

Penulis buku berjudul Semangat Literasi di Tengah Pandemi (2020) ini sering memublikasikan kegiatan mengajar baca-tulis di Kampung Biak melalui media sosial. Dari situ, sejumlah orang dengan latar belakang berbeda-beda tertarik membantu Sri dan TBM Kasih. Akhirnya, bertambah lima tenaga pendidik yang secara sukarela membantu Sri. Pelajar, mahasiswa, dan warga secara umum juga kian banyak datang ke TBM Kasih untuk membaca.

 

Namun, seiring melonjaknya kasus Covid-19 di Provinsi Papua, kegiatan pembelajaran untuk anak dan kaum ibu di pondok tersendat. Bahkan, memasuki Agustus 2021, kegiatan terpaksa dihentikan untuk menghindari penyebaran Covid-19. Meski begitu, Sri masih menggelar kegiatan belajar membaca dan menulis di rumahnya  pada Senin hingga Jumat setiap pukul 15.00 WIT. Kegiatan digelar di ruang perpustakaan TBM Kasih yang hanya seluas 9 x 6 meter. Jumlah anak yang dapat mengikuti kegiatan hanya lima orang dengan mengikuti protokol kesehatan.

 

”Kami akan membuka kembali kegiatan Noken Literasi dan kegiatan belajar di pondok setelah kasus Covid-19 di Kota Jayapura turun. Semangat masyarakat di sini untuk belajar sangat tinggi,” ungkap Sri.

 

Selain pandemi, TBM Kasih menghadapi persoalan klasik, yakni fasilitas yang minim. Rak buku yang dimiliki minim. TBM Kasih pun belum memiliki komputer. Itu sebabnya, pembelajaran jarak jauh belum bisa dilakukan. ”Anak-anak tidak memiliki telepon seluler ataupun komputer untuk mengakses pendidikan secara daring. Karena itu, mereka sangat membutuhkan kegiatan belajar secara tatap muka,” tutur Sri.

 

Di tengah keterbatasan, Sri dan para sukarelawan di TBM Kasih tetap semangat berjuang demi memberantas buta aksara di Kota Jayapura. Atas hasil kerja kerasnya bersama tim pengajar, TBM Kasih meraih penghargaan juara satu Perpustakaan Umum Desa, Kelurahan Kampung Terbaik Tingkat Provinsi Papua pada 2021.

 

”Saya berharap TBM Kasih terus berkontribusi untuk dunia pendidikan di tanah Papua. Anak-anak Papua harus menguasai literasi secara lebih dini agar mengikuti kegiatan belajar di sekolah dengan mudah,” harap Sri.

 

Editor:

BUDI SUWARNA

No comments :