Kompas, 6 September 2021
Oleh AGUIDO ADRI
Eksavator merobohkan tembok yang sudah berdiri selama 30 tahun dan menjadi pembatas alun-alun Kota Bogor dan area Stasiun Kota Bogor, Jumat (13/8/2021).
Tak jauh dari Stasiun Kota Bogor, saat ini Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, sedang membangun Alun-alun Kota Bogor seluas 1,7 hektar. Pembangunan itu direncanakan selesai dan bisa dinikmati warga pada akhir 2021 ini.
Rifky Maulana (34) yang melintas di deretan seng-seng penutup proyek pembangunan alun-alun tak sabar menanti wajah baru kawasan yang sebelumnya cukup kumuh dan semrawut itu. Ia sudah membayangkan kawasan di Jalan Dewi Sartika dan Jalan Kapten Muslihat tersebut akan menjadi bersih, hijau, dikelilingi bangunan tua peninggalan Belanda seperti Stasiun Kota Bogor, Gereja Katedral, hingga Balai Kota.
”Itu akan indah pasti,” kata pria berpakaian olahraga yang hendak menuju kawasan pedestrian Sistem Satu Arah (SSA) Kebun Raya untuk berolahraga, Jumat (3/9/2021).
Warga lainnya, Sinta Yunita Siregar (37), berharap alun-alun menjadi ruang interaksi keluarga dan anak yang ramah dan gratis.
Alun-alun Kota Bogor menjadi jalan untuk mencapai mimpi 20-30 persen RTH
Penduduk Kota Bogor, Mila Ayu Rahesti (26), mengingatkan agar Pemkot Bogor juga membenahi kesemrawutan lalu lintas di sana. Selain itu, ia berharap, setelah alun-alun, ada taman lagi dibangun.
Ahli lanskap kota Nirwono Yoga menyatakan, taman kota atau ruang terbuka hijau (RTH) tidak hanya baik secara ekologi, tetapi bermanfaat ekonomi hingga kesehatan untuk warga.
”Salah satu indeks warga bahagia karena ada banyak taman dan RTH. Seperti di Adelaide, Australia, dan kota-kota di Eropa yang menunjukkan warganya sehat dan tidak stres. Itu karena pemerintahnya menghadirkan ruang interaksi dan RTH banyak,” kata Nirwono.
Berdasarkan data dari Pemerintah Kota Bogor, saat ini ”kota hujan” itu memiliki 222 RTH di enam kecamatan.
Namun, secara persentase, RTH di Kota Bogor hanya sekitar 11 persen. Padahal, secara nasional dan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tiap kota harus memiliki RTH minimal 20 persen dan idealnya 30 persen.
Secara rata-rata, Kota Bogor masih di bawah Kota Surabaya di Jawa Timur yang memiliki sekitar 30 persen RTH dan Kota Malang sekitar 20 persen. Namun, untuk di Jabodetabek, RTH di Kota Bogor lebih tinggi daripada kota lainnya.
Peran taman kota di era pandemi seperti yang terlihat dari tangkapan layar dari paparan Nirwono Joga dalam diskusi daring Taman Kota di Era Normal Baru, Sabtu (20/6/2020).
Menurut dia, jika melihat kondisi alam, Kota Bogor bisa memiliki 30 persen RTH bahkan bisa lebih dari angka itu. ”Salah satu caranya, hentikan pembangunan hotel dan mal. Tata ruang kotanya mengarah ke kota hijau. Ini investasi jangka panjang untuk Kota Bogor yang sudah memiliki modal dan potensi menjadi kota dalam taman. Akan ada keuntungan besar secara ekonomi, ekologi, dan kesehatan jika terwujud,” lanjutnya.
Wali Kota Bima Arya setuju dengan Nirwono. Oleh karena itu, alun-alun Kota Bogor harus memiliki arti penting dalam tatanan kota atau simpul roda dinamika warga.
”Isu kota yang sehat di masa pandemi ini menjadi penting. Saya sepakat memang perlu diperbanyak taman-taman kota menuju wujud kota yang sehat. Meski begitu, perlu dipikirkan pola jangka panjang terkait perawatan berkelanjutan,” kata Bima.
Selain itu, menjadikan kota sehat dan bersih tidak hanya menghadirkan taman kota semata, tetapi perlu integrasi dan dukungan untuk menciptakan pola budaya baru, seperti perbaikan sistem transportasi hingga pengelolaan sampah.
Gandeng PT KAI
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menuturkan sudah menemui tim perwakilan PT KAI Daop 1 karena pembangunan alun-alun bersinggungan langsung dengan Stasiun Bogor. Kedua pihak membahas perencanaan sistem drainase dan pagar pemisah aset Pemkot Bogor dan PT KAI. Diskusi juga terkait perencanaan integrasi transportasi publik.
Nantinya, ada sky bridge atau jembatan penghubung oleh Balai Besar Teknik Perkretaapian. Jembatan akan menghubungkan Stasiun Kota Bogor dan Stasiun Paledang yang juga terhubung dengan alun-alun. Selain itu, ada pula integrasi jalur ganda Bogor-Sukabumi dengan konsep kawasan berorientasi transit.
Dedie menjelaskan, dengan pembangunan alun-alun, PT KAI dan Kementerian Perhubungan dapat memanfaatkan akses yang pemkot siapkan sehingga nantinya bagian muka Stasiun Kota Bogor bisa dikembalikan seperti era kolonial Belanda, yaitu ke arah Jalan Dewi Sartika. Saat ini, pintu keluar masuk melalui Jalan Mayor Oking.
Stasiun Kota Bogor didirikan pada 1881. Dulunya, kawasan alun-alun itu Taman Wilhelmina sebelum berubah menjadi Taman Topi, lalu Taman Ade Irma Suryani.
Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Bogor Juniarti Estiningsih melanjutkan, alun-alun Kota Bogor akan ada empat bagian, yaitu zona botani, zona olahraga, zona plaza, dan zona rohani atau religi.
Proses menjadi kota dalam taman kini masih berjalan. Langkah baik itu diharapkan tetap berlanjut setelah alun-alun Kota Bogor terwujud.
Editor: NELI TRIANA
No comments :
Post a Comment