Pahlawan Itu Bernama Taylor Swift

 



Keadaan sesulit apa pun ternyata masih bisa mendorong orang untuk mengunjungi konser atau mencari hiburan. Penampil di dalam negeri dan ekosistemnya perlu lebih kreatif agar bisa makin menggairahkan ekonomi domestik.

 

 

Di tengah kondisi ekonomi yang membuat pemimpin dunia pusing, pelantun lagu ”Anti-Hero”, Taylor Swift, membuat gebrakan melalui Eras Tour yang mencakup sejumlah pertunjukan di 17 negara bagian. Ia juga berkeliling dunia.


Kabarnya acara-acara dia menghasilkan belanja konsumsi sebesar 4,6 miliar dollar AS. Angka yang sungguh berdampak besar pada ekonomi. Angka ini makin besar ketika film Barbie dan Oppenheimer laris ditonton publik. Ekonomi belakangan digerakkan oleh dunia hiburan.


Konser Swift dipenuhi berbagai cerita. Seperti konser yang lain, perebutan tiket nonton juga terjadi dalam ajang ini. Hanya dalam hitungan menit dan jam, tiket nonton Swift telah ludes.


Konser Swift juga disebut telah mengguncang area sekitar dengan ”gempa buatan manusia”. Gerakan para penonton, tekanan karena suara penonton, dentuman musik, dan lain-lain membuat gempa dengan kekuatan magnitudo 2,3. Tak berhenti di sini, konser ini terus membuat cerita pasca-pertunjukan.






Para penggemar Swift, yang disebut Swifties, telah membantu meningkatkan pendapatan hotel, restoran, dan belanja lainnya di kota-kota yang menjadi lokasi konser.


Para penggemar Swift, yang disebut Swifties, telah membantu meningkatkan pendapatan hotel, restoran, dan belanja lainnya di kota-kota yang menjadi lokasi konser. Negara Bagian California menyatakan ekonomi mereka terbantu dengan acara ini.


Sebanyak 24.000 kamar hotel di kota Pittsburgh dipesan dengan harga premium. Swift juga memberikan bonus 100.000 dollar AS kepada para pengemudi truk dalam turnya. Secara total, dia membagikan bonus lebih dari 55 juta dollar AS kepada staf, termasuk penari, kru, dan katering. Ini tidak hanya menguntungkan para pekerja, tetapi juga ekonomi di negara tempat konser diadakan.


Taylor Swift saat menghadiri Toronto International Film Festival pada 9 September 2022.


Perkembangan yang menarik juga muncul dari pemutaran sejumlah film, terutama Barbie,Oppenheimer, dan jangan lupa The Super Mario Bros Movie. Film-film terbaru telah menarik orang untuk keluar rumah dan kembali menonton di bioskop-bioskop yang sempat sepi.


Pilihan mereka ke luar rumah untuk menonton disebabkan selama ini telah terkungkung pandemi. Musim panas dengan suhu yang sangat tinggi juga menyebabkan mereka memilih menonton film, sudah tentu dengan ruangan berpendingin, dibandingkan dengan berada di luar ruangan.


Belanja hiburan

Apa yang sebenarnya tengah terjadi di balik Taylor Swift, Barbie, Oppenheimer, dan The Super Mario Bros Movie? Laman Business Insider menyebutkan, kalangan perbankan di Wall Street mengatakan dalam sebuah catatan bahwa pemegang kartu kredit telah membelanjakan 23,7 persen lebih banyak untuk hiburan dalam pekan yang berakhir pada 29 Juli dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Dunia hiburan telah mendorong lonjakan lanjutan dalam pertumbuhan belanja hiburan tahunan.


Pergerakan ekonomi seperti ini tidak hanya terjadi di kota-kota di Amerika Serikat, tetapi juga di sejumlah kota di Eropa dan Asia. Asia tengah menunggu konser Taylor Swift dan Coldplay. Sejumlah analis menyebutkan acara-acara ini kemungkinan akan menggerakkan ekonomi di berbagai negara seperti di Amerika Serikat.


Mereka menyebutnya sebagai pariwisata jenis baru, yaitu pariwisata konser alias pariwisata yang digerakkan oleh konser. Oleh karena itu, sangat wajar apabila Swift akan tampil sebanyak enam kali pada tahun depan di Singapura. Negara itu pasti berharap ekonomi bisa bergerak dengan konser itu.


Sejumlah kalangan bertanya-tanya tentang fenomena ini. Keadaan tengah sulit dan mengarah ke resesi, tetapi orang mau mengeluarkan uang untuk hiburan. Pemerintah berbagai negara tengah berupaya agar tidak terjerembap ke jurang resesi dengan menaikkan sisi konsumsi.


Dengan konsumsi warga, ekonomi akan terus bergerak. Namun, ternyata cara-cara yang ditempuh tidak juga menyebabkan orang mengeluarkan uang dari dompet. Mereka memilih cara-cara yang aman, yaitu memasukkan uang itu ke dalam berbagai instrumen investasi dan akan dikeluarkan ketika keadaan membaik.


Rupanya dunia hiburan bisa mendorong orang untuk mengeluarkan kocek. Kecemasan akibat ekonomi buruk terkalahkan oleh keinginan untuk menonton. Analisis di New York Post mengatakan, fakta memperlihatkan bahwa konsumen, seperti orang Amerika Serikat, merasa cukup nyaman untuk menghabiskan banyak uang untuk membeli tiket konser.


Rupanya dunia hiburan bisa mendorong orang untuk mengeluarkan kocek. Kecemasan akibat ekonomi buruk terkalahkan oleh keinginan untuk menonton.


Fakta ini benar-benar mengungkapkan sesuatu yang selama ini tidak diketahui pemerintah dan juga para pebisnis. Satu sisi Taylor Swift memang luar biasa, tetapi fenomena ini juga menunjukkan bahwa konsumen Amerika Serikat ternyata memiliki anggaran untuk dibelanjakan pada barang-barang yang tergolong pilihan.


Gambaran ekonomi suram boleh saja muncul di berbagai media, tetapi tidak menghentikan mereka membeli tiket konser. Bahkan, ekonomi suram yang dikombinasikan musim panas dengan suhu ekstrem pun tak menghalangi mereka untuk pergi ke konser.


Mereka mengatakan, suhu tinggi memang menyusahkan, tetapi tidak menghalangi mereka untuk menonton Taylor Swift. Situasi saat ini benar-benar membuat analis ekonomi mengalami kebuntuan dalam memastikan penyebab orang mau membelanjakan uang di tengah ekonomi dan cuaca yang tidak mendukung.


Industri di Indonesia sepertinya perlu melihat potensi ini. Keadaan sesulit apa pun ternyata masih bisa mendorong orang untuk mengunjungi konser atau mencari hiburan. Penampil di dalam negeri dan ekosistemnya mungkin perlu lebih kreatif agar mereka bisa membuat ”gempa” ekonomi di dalam negeri. Banyak industri yang akan tergerak ketika mereka bisa melihat potensi bisnis yang besar di bisnis hiburan.

 

 

No comments :