Konspirasi di Granada

Granada termasuk salah satu dari sedikit kota di dunia yang beruntung dikunjungi jutaan pelancong pertahun sekadar untuk melihat permata kota itu yaitu Alhambra, sebuah tempat yang membawa mimpi dan misteri mewakili setidaknya delapan abad kebesaran peradaban Islam di Eropa.

Istana Alhambra

Kota Granada berpenduduk 265.000 dan berada di ketinggian 685 m. Kota yang namanya berarti kecantikan dan keindahan ini penuh dengan tapas bar yang hidup, flamenco dan berbagai bunyi bunyian, juga ada nyanyian seperti di film Ayat-Ayat Cinta. Kedai kebab dan teh dan bahkan masjid yang baru dibangun dari reruntuhan gedung tua nan artistik.

Tiba di kota ini, kami menginap di Carmen de la Alcubilla del Caracol, yang beralamat di: 
AIRE ALTA, 12 18009 Granada Espana, Ph. 958 21 55 51. Email: info@acubilladelcaracol.com.

Makan pagi dihidangkan pada sebuah cafe kecil, dilayani oleh seorang pemuda tampan dan ramah. Makanan khasnya adalah roti dilapisi keju, dan dibakar. Ruang makannya terbagi dua, sebagian di dalam, dan sebagian lagi di teras menghadap ke kota tua Albayyin.


Pemandangan dari rumah ke kota tua Al-Bayyin

Di siang hari kami makan di Ermita, yang beralamat di Centro Plza. Romanilla C/ Carcel baja 18001 Granada. Reservas: 958 27 00 29. 
Di restoran ini makanannya Barat, fusion, pelayanan cepat dengan suasana ringan dan modern. Awalnya kami memilih makan di luar, di bawah payung, namun tiba-tiba hujan mengguyur sehingga kami pun pindah ke dalam. Pulangnya kami membeli payung seharga 4 Euro.

Sejarah Granada panjang penuh dengan konspirasi, hedonism dan kisah cinta. Awalnya pada saat kekuatan Islam merebut kekuasaan dari Visigoth tahun 711, atas bantuan dari kelompok Yahudi. Enam abad kemudian saat wilayah Cordoba (1236 M) dan Sevilla (1248 M) jatuh ke kekuatan Katolik, para pemeluk Islam hijrah ke Granada dan Mohamad ibn Yusuf ibn Nasr mendirikan Emirrate sendiri yang kemudian lebih dikenal dgn sebutan Nasrid. Kesultanan Nasrid ini sempat jaya selama 250 tahun menjadi kota terkaya di Eropa yang memiliki para pedagang dan pengrajin berbakat.

Istana Alhambra

Kesultanan Nasrid yang terbentang dari Semenanjung Gibraltar sampai dataran timur Almeria merupakan sisa-sisa terakhir kejayaan Andalusia selama 3 abad, khususnya dengan adanya istana Alhambra. Masa keemasannya terutama pada masa Emir Yusuf I dan Mohammed V pada abad ke-14.

Pada abad ke-15 mulailah terjadi resesi ekonomi serta pergolakan politik dengan kekerasan pada saat suksesi kepemimpinan. Kubu Abu al-Hasan dan harem favorit Zoraya melawan kubu Boabdil, yang dipimpin putra Abu al Hasan dari istri Aixa. Tahun 1482 Boabdil resmi memberontak, hingga terjadilah peperangan.

Palacio Nazaries

Tentara Kristiani mengambil kesempatan. Mereka mengepung kota dan menghabisi desa-desa. Pada tahun 1491 mereka berhasil menduduki Granada. Setelah delapan bulan berunding Boabdil menyerahkan Granada dengan pengganti lembah Alpujarras dan 30.000 keping emas, serta perjanjian kebebasan beragama dan politik bagi penduduk. Tanggal 2 Januari 1492 monarki Kristiani dipimpin Isabel dan Fernando memasuki Granada secara resmi dengan menggunakan pakaian muslim. Kemudian mereka membentuk pengadilan di Alhambra selama beberapa tahun.

Diputuskan untuk mengusir kaum Yahudi dan juga kaum Muslim dari tanah Spanyol. Sejak itu Granada mengalami kemunduran yang amat pesat hingga terjadi Romantic Movement pada sekitar tahun 1830. Pada masa ini peninggalan-peninggalan kebudayaan Islam mulai direstorasi hingga menjadi objek wisata.


Senja Alhambra dari atas Bukit

Masih terdapat periode kelam berikutnya di Granada yaitu pada saat kaum Nasionalis mengambil alih Granada diawali dengan perang sipil. Saat itu diperkirakan 4000 orang yang menganut aliran kiri atau liberal dibunuh. Di antaranya ialah Federico Garcia Lorca, penulis paling terkenal di Granada. Dunia politik di kota ini memang didominasi oleh paham konservatif.

No comments :