Midori, Berbagi Musik kepada Dunia


Bersama biolanya, Midori Goto melintasi batas negara. Dia mengusung keindahan musik sebagai bagian dari pengabdian, sekaligus misi pendidikan yang ingin dijalankannya bagi komunitas masyarakat dunia. Indonesia kali ini menjadi negara yang dikunjungi Midori bersama Music Sharing, satu dari tiga lembaga nonprofit yang dia dirikan untuk menjalankan misi edukasinya.

Midori dan ketiga musisi lain yang mendampinginya kali ini, Tee Khoon Tang (pemain biola asal Singapura), Carmen Flores (pemain biola kelahiran Filipina), dan Martin Smith (pemain selo asal Jerman), bersafari mengunjungi sejumlah sekolah dan panti asuhan di Jakarta, Medan, dan Yogyakarta. Mereka memainkan musik gubahan komposer-komposer dunia dan berkomunikasi tentang musik yang mereka mainkan.

Beberapa tempat yang dikunjungi Midori selama berada di Indonesia adalah Sekolah Darurat Kartini di Jakarta, Pusat Rehabilitasi Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum (Yakkum), dan SD Negeri 2 Pakem, Sleman, DI Yogyakarta, serta Rumah Anak Madani dan Panti Asuhan Sungai Air Hidup di Medan.

Midori percaya, jika anak- anak pada usianya yang masih muda mendapat kesempatan ”menerima” musik dari mereka yang memiliki kemampuan tinggi, pengertian atas estetika dan budaya anak-anak itu akan meningkat. Demikian juga dengan kreativitas dan kepedulian mereka terhadap lingkungan.

Dua tahun sebelumnya, bersama Music Sharing, Midori mengunjungi Kamboja dan Vietnam. Lalu, bersama dua lembaga lain yang juga didirikannya, Midori and Friends dan Partners in Performance, dia telah mengunjungi banyak negara untuk misi yang sama seperti apa yang dilakukannya di Indonesia. Karena itulah, tidak heran kalau jadwal konsernya relatif padat.

”Saya tidak pernah merasa lelah melakukan semua aktivitas ini. Tujuan saya adalah untuk berbagi dan memainkan musik untuk orang lain agar mereka bersentuhan dengan musik,” kata Midori pada pekan terakhir tahun 2008 setelah ia tampil di hadapan siswa-siswa International Youth Orchestra di kawasan Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Pada setiap penampilannya, Midori tidak pernah lupa memperkenalkan alat-alat musik yang mereka mainkan. Ia juga ”memperkenalkan” para komposernya dan bercerita tentang lagu-lagu yang mereka gubah.

Sebagai ”imbalannya”, Midori dan musisi lain yang bermain bersama dia lalu berkesempatan menikmati suguhan musik dari anak-anak yang mereka kunjungi.

”Saya pikir sangat penting untuk berbagi keindahan musik kepada banyak orang, terutama anak-anak. Musik dan pertukaran budaya itu menjadi bagian dari pendidikan,” katanya.

Lalu, lanjutnya, ”Pendidikan itu adalah sesuatu hal yang sangat penting dan bersifat universal untuk manusia, terutama untuk anak-anak. Maka, menjadi tanggung jawab kita semua untuk memberikan pendidikan sebaik mungkin untuk mereka. Saya melakukannya dengan cara mengunjungi sebanyak mungkin sekolah di berbagai negara.”

Bagian penting

Midori memilih musik sebagai media karena musik menjadi bagian penting dalam hidupnya. ”Musik juga menjadi alasan saya untuk terhubung dengan berbagai komunitas,” katanya.

Sebenarnya, Midori menambahkan, apa yang dia lakukan itu adalah sesuatu hal yang diinginkan hampir semua orang. Hidup bersama orang lain, berbicara dengan mereka, dan berbagi ide.

”Saya rasa ini adalah hal yang sangat alamiah dari seorang manusia. Saya melakukan itu semua melalui musik. Saya senang bekerja sama dengan para musisi berusia muda. Dengan begitu, saya berharap mereka pun bisa belajar melakukan hal serupa,” katanya.

Kendati Midori adalah musisi yang juga tampil secara profesional, dia tidak membedakan antara bermain demi profesi dan untuk kegiatan sosial. ”Bagi saya, yang paling utama adalah bermain musik dan berbagi tentang musik itu. Tidak ada yang berbeda ketika saya bermain secara profesional atau kerja sosial seperti ini. Selalu ada waktu berbagi dan bermain musik bersama-sama,” ujarnya.

Belajar dari ibu

Midori lahir di Osaka, Jepang, tahun 1971. Ia belajar biola dari ibunya, Setsu Goto, sejak usia 6 tahun. Dia menghabiskan 6-7 jam setiap hari untuk belajar biola. Pada usia 7 tahun ia sudah tampil di depan umum.

Tahun 1982 bakat bermain biola Midori ditemukan konduktor Zubin Mehta. Mehta lalu mengundangnya sebagai solois tamu dalam konser tahunan New York Philharmonic’s.

Penampilannya mendapat sambutan hadirin dan membuka jalan bagi karier bermusiknya. Pada tahun yang sama, Midori pindah ke New York dan melanjutkan belajar biola di The Juilliard School.

Midori masuk dapur rekaman untuk pertama kali pada usia 14 tahun. Ia memainkan karya Bach dan Vivaldi bersama St Paul Chamber Orchestra dengan konduktor Pinchas Zukerman. Belakangan ini ia juga rekaman di bawah label Sony BMG untuk dua album. Satu album gabungan sonata JS Bach dan Bartok, serta dua CD kompilasi, Essential Midori.

Penghargaan

Sejumlah penghargaan diraih Midori, di antaranya Deutsche Schallplattenpreis untuk permainannya dalam resital Jerman bersama pianis Robert McDonald. Ia juga meraih Avery Fisher Prize pada 2001 untuk permainan solonya.

Selain dengan Music Sharing, Midori juga melakukan misi pendidikan bersama Midori and Friends dan Partners in Performance. Midori and Friends menyediakan pendidikan musik, pelatihan, dan konser untuk anak-anak dari keluarga tak mampu. Adapun dengan Partners in Performance ia menyuguhkan musik bagi masyarakat kelas atas dalam komunitas terbatas.

Di luar kegiatan dengan tiga lembaga yang didirikannya itu, Midori tetap menjalankan misi pendidikan dan kerja sosialnya dalam berbagai bentuk. Tahun 2007, misalnya, dia diangkat menjadi Duta Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon. Kegiatannya dinilai bisa menjadi model yang patut dicontoh sebagaimana yang menjadi tujuan PBB selama ini.

Tentang kegiatan dan prestasi itu, Midori hanya mengungkapkan, impian terbesarnya adalah mengabdi kepada masyarakat dunia. Ia ingin bisa membagi apa yang dimilikinya kepada mereka yang membutuhkan agar semakin banyak orang bisa seperti dia. ”Mendapatkan begitu banyak hal indah di dunia dan pengalaman terbaik dalam hidup.”

”Pada setiap apa yang saya lakukan selalu ada pengalaman dan pelajaran yang menyenangkan. Ini juga menjadi kesempatan besar bertemu banyak orang melalui musik. Bermain musik bersama dengan para musisi dan para partisipan alamiah di mana pun tempatnya itu indah. Saya selalu bersemangat menjalankannya,” kata Midori.

Itu pula yang dia rasakan ketika bermain biola dan menikmati permainan angklung dari siswa-siswi dari keluarga miskin di Sekolah Darurat Kartini yang terletak di kawasan padat, Jalan Lodan, Jakarta Utara.

(DWI AS SETIANINGSIH)


BIODATA

Nama: Midori Goto

Lahir: Osaka, Jepang, 1971

Profesi:

- Musisi

- Pekerja sosial

- Duta Perdamaian PBB

- Pekerjaan: Ketua Jurusan Musik Gesek di University of Southern California’s Thornton School of Music, AS

Pendidikan:

- 2000: Sarjana Psikologi dan Jender Gallatin School of New York University, AS, (magna cum laude)

- 2005: Master Psikologi

Hobi: Membaca, menulis, dan bermain teater


Sumber: Kompas, 8 Januari 2009

No comments :