"Dear Indonesia, thank you for your coffee," ujar Presiden Direktur Royal Coffee AS Bob Fulmer pada acara pembukaan Specialty Coffee Association of America (SCAA) Expo ke-28 di Atlanta, Georgia, AS, 14-17 April 2016. Ajang ini menjadi pembuktian betapa Indonesia mendapat tempat khusus di antara pelaku industri kopi spesial dunia. Terlebih dalam ajang tahunan ini Indonesia terpilih menjadi portrait country. Portrait country merupakan penghargaan dari SCAA yang merupakan asosiasi kopi spesial terbesar dunia kepada negara penghasil kopi-kopi terbaik. Dengan menjadi portrait country, sebuah negara mendapat panggung dan perhatian khusus dalam ajang yang menjadi barometer industri kopi spesial itu. Serba Indonesia di Pameran Kopi Dunia Atmosfer Indonesia amat terasa dalam pesta penyambutan SCAA yang digelar di halaman gedung. Ditampilkan kesenian musik angklung oleh kelompok House of Angklung yang personelnya terdiri atas warga negara Indonesia di Washington DC. Selain itu, disuguhkan pula atraksi tari tifa dan kostum barongan ala karnaval Jember, Jawa Timur. Pada puncak acara, para peserta dari Indonesia dan negara lain larut menari bersama mengikuti irama rancak musik Flores, Nusa Tenggara Timur. Pada perhelatan SCAA ini, Indonesia memamerkan 17 jenis kopi spesial yang telah diuji oleh Caswell's Coffee, satu-satunya laboratorium kopi di Indonesia yang bersertifikat standar SCAA. Kopi-kopi itu dihasilkan dari lima pulau di Indonesia: Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, dan Flores. Ketujuh belas kopi spesial tersebut antara lain jenis gunung puntang, mekar wangi, manggarai, malabar honey, atu lintang, toraja sapan, bluemoon organic, gayo organic, java cibeber, kopi catur washed, dan west java pasundan honey. Selain itu, ada juga arabica toraja, flores golewa, redelong, preanger weninggalih, flores ende, dan java temanggung. Tidak hanya menggelar pameran, Indonesia juga mengirimkan wakilnya untuk memberikan sesi kuliah umum di beberapa bidang. Resianri Triane, Training dan Wholesale Manager Anomali Coffee, dalam paparannya menyampaikan, kopi-kopi dari Indonesia memiliki cita rasa rempah dan beraroma lebih kuat karena tumbuh di tanah vulkanik yang memiliki konsentrasi zat hara tinggi. Adapun Leo Purba, petani kopi dari Simalungun, Sumatera Utara, memberi paparan soal rantai perdagangan dan proses penggilingan tradisional. "Dunia harus tahu bagaimana kopi terbaik diproduksi dari tetesan keringat petani," ucapnya. Kopi Spesial Para penggemar tampaknya kopi tak keberatan untuk merogoh kocek demi menyeruput segelas kopi spesial yang memang harganya lebih tinggi daripada kopi biasa. Apa yang membedakan kopi spesial dengan kopi lain? Adalah Erna Knutsen (95), pendiri Knutsen's Coffee dan perintis Specialty Coffee Association of America (SCAA), yang pertama kali mencetuskan terminologi kopi spesial. Istilah ini dipakainya pada 1978 dalam Tea and Coffee Trade Journal. Knutsen menggunakan istilah specialty coffee untuk merujuk pada keunikan rasa biji kopi yang diproduksi pada iklim dan wilayah tertentu. Ketua Asosiasi Kopi Spesial Indonesia Syafrudin menuturkan, kopi spesial diolah dengan cara khusus, mulai dari pengolahan perkebunan hingga menjadi biji mentah. Salah satu metode paling sederhana yang mengawali proses produksinya adalah sistem petik merah. "Petik merah adalah metode pemetikan buah kopi dari pohon dengan cara dipetik satu per satu, hanya dipilih yang sudah matang atau berwarna merah," ujarnya. Kopi spesial juga umumnya merujuk pada jenis arabika yang hanya bisa tumbuh di ketinggian lebih dari 1.200 meter. Kopi-kopi jenis ini biasanya hidup di alam sejuk dataran tinggi sehingga tanahnya lebih subur. Leo Purba, petani kopi arabika di Simalungun, Sumatera Utara, menuturkan, harga kopi spesial di pasar dunia sangat tinggi. Dia mencontohkan, kopi bubuk dari perkebunannya dihargai paling tidak Rp 500.000 per kilogram. Untuk petani, harga kopi petik merah bisa mencapai Rp 23.000 per kilogram, lebih mahal dari harga petik campur sekitar Rp 22.000 per kilogram. "Penikmat kopi spesial peduli tentang bagaimana kopi terbaik dihasilkan. Mereka menghargai kesulitan petani merawat tanaman kopi. Mereka menilai jasa para pemanggang hingga barista seperti layaknya seni, bukan sekadar hasil bumi," tutur Leo. Kopi Rempah Saqinano Dilatarbelakangi usaha perkopian turun-temurun oleh keluarga, tetapi bagai jalan di tempat, ditambah dengan kehadiran produk kopi jethak yang cukup populer di Kabupaten Kudus, Nono Anik Sulastri berniat memproduksi kopi yang berbeda dan digemari masyarakat lebih luas. Nono memiliki pengetahuan lumayan luas tentang jenis, khasiat, serta kandungan kopi dan rempah-rempah di Indonesia. Tercatat ada sekitar 20 jenis rempah-rempah. Jenis kopi yang banyak dibudidayakan ialah kopi arabika, robusta, liberika, dan excelsa. Tujuh puluh persen jenis kopi yang beredar di pasar dunia ialah kopi arabika, 28 persen kopi robusta, dan sisanya kopi liberika dan excelsa. Selanjutnya, perempuan kelahiran 5 Mei 1968 dan bersuamikan Wachid Noor Rozaq ini berhasil menemukan formula baru berupa perpaduan antara kopi gayo (arabika) dari Aceh dan kopi robusta dari seputar Gunung Muria. Lalu, dia menambahkan 11 rempah-rempah, seperti cengkeh, jahe, kapulaga, pala, dan kayu manis. Akhirnya, tercipta produk baru kopi Saqinano dengan enam rasa yang berbeda khasiat, seperti untuk relaksasi, menjaga stamina (kebugaran), dan "kejantanan". Harga yang disodorkan untuk kopi ini cukup terjangkau, yaitu antara Rp 20.000 dan Rp 45.000 per bungkus. Agar kopi Saqinano benar-benar menjadi minuman penuh sensasi dan eksotis, Nono menyodorkan resepnya. Ambil cangkir atau gelas, tuangkan satu sendok kopi Saqinano dan gula pasir secukupnya bagi yang gemar rasa manis, lalu tuangkan air panas, aduk-aduk dengan sendok. Ucapkan sebait doa dan minum dengan santai. ~ o 0 o ~ Sumber (disarikan dari): Kompas, 11/5/2016: - Pameran Kopi: Nusantara, Rumah Kopi Terbaik Dunia - Kopi Spesial: Menghargai Kopi Mulai dari Petani - Minuman Tradisional: Kopi Rempah Saqinano - Festival Kuliner dan Kopi Banda Aceh Ilustrasi dari: pixabay.com
No comments :
Post a Comment