Sahabat saya, Andonowati, atau biasa dipanggil Aan, adalah sosok luar biasa yang telah mencurahkan hidupnya pada dunia seni rupa dan juga sains. Sejak 1999 ia menjadi Associate professor di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Teknologi Bandung (ITB) dan beberapa tahun kemudian ia mendirikan LabMath Indonesia, sebuah institut riset independen di bidang Matematika dan juga mendirikan ArtSociates, yang bertujuan mengangkat nama seniman-seniman berbakat Indonesia di kancah internasional. Kedua aktivitasnya tersebut bertempat di Lawangwangi Art & Science Estate, di Bandung (lawangwangi.com).
--DSP
Sumber: qraved.com |
Sumber: lawangwangi.com |
Lawangwangi Creative Space and Bistro Cafe
Jl. Dago Giri No. 99A - 101, Mekarwangi, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Telp.: +62 22 2504065
Jam buka: Setiap hari, jam 11.00 - 23.00 (Senin tutup)
Tak jauh dari Lawangwangi, Aan juga membangun resor bernama VillaTel Salse dan juga sebuah restoran berdesain unik bernama Warung Salse.
Sumber: Google Streetview |
VillaTel Salse
Jl. Dago Giri No.101, Lembang, Jawa Barat, Indonesia
Telp.: +62 811-2131-900
sumber: klikhotel.com |
Jl. Dago Giri No.101, Lembang, Jawa Barat, Indonesia
Telp.: +62 22 2504065
Jam buka: Setiap hari, jam 7.00 - 22.00
~ o 0 o ~
Rumah Penjaga Lawangwangi
Oleh Aryo Wisanggeni G., Kompas, 24/7/2016
Tidak banyak orang "segila" pasangan pakar matematika Dr Andonowati dan Prof Brenny van Groesen. Mereka menjual rumah peraih penghargaan "rumah terbaik Indonesia" untuk membangun galeri seni Lawangwangi Creative Space dan lembaga riset matematika LabMath-Indonesia yang kini berdiri di kawasan Dago Giri, Bandung.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO |
Lalu, di pelataran yang sama, mereka bangun lagi sebuah rumah demi menjaga kedua "buah hati" mereka itu. Seperti kebanyakan tamu-tamu, Kamis (30/6) pagi itu, kami bersua Andonowati di kantor Lawangwangi Creative Space, menyela kesibukannya menyiapkan sebuah pameran seni rupa. Usai rapat persiapan yang serba kilat, ia keluar kantor. "Kita pergi ke rumah, yuk," ajaknya sambil berjalan cepat meniti turunan landai di halaman Lawangwangi.
Dalam 50-an langkah saja, kami sudah tiba di sebuah rumah bergaya limasan yang tersembunyi di balik punggung lereng halaman Lawangwangi. Andonowati membuka pintu kayunya yang kuno, melangkah masuk, menyilakan kami memilih sendiri tempat duduk ternyaman.
"Tidak banyak pilihan, kok. Rumah kami ini rumah kecil tanpa sekat, limasan bertipe studio," ujar Aan, sapaan Andonowati, tertawa.
Rumah Andonowati di Mekarwangi (KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO) |
Limasan delapan tiang itu menjadi ganjil karena "terlalu" lapang. Sepasang meja kerja tertata di sebelah kiri pintu masuk, bersebelahan dengan sebuah lemari kaca di sudut pertama "limasan studio" itu. Di depan meja kerja, satu set sofa tertata, dikelilingi beragam karya seni ukuran kecil dan tumpukan buku.
Seperangkat perabot kayu dan meja marmer ada di sudut ruangan kedua, antiknya kontras dengan seperangkat televisi dan audio yang ada di sebelahnya. Lalu, di sudut ketiga limasan itu, sebuah meja makan bergaya kontemporer dikepung empat kursi sewarna. Di sebelahnya, sebuah batu fosil cokelat susu selebar dua meteran ditaruh di atas rak kayu bercat hitam.
Di balik batu fosil itu, sebuah tempat tidur tersembunyi, bersebelahan dengan lemari pakaian besar di sudut keempat limasan tanpa penyekat ruangan itu. Rumah yang sejuk, berkelimpahan cahaya dinding kaca berbingkai kayu yang memisahkan limasan dengan beranda samping berpemandangan horizon perbukitan Dago Giri.
"Kami menjalani beragam aktivitas di sini, mulai dari bangun tidur, makan, sampai kembali tidur. Tempat favorit kami berdua ya sepasang meja kerja itu, tempat kami menghabiskan sebagian besar waktu kami di rumah," ujar Aan.
Van Groesen tersenyum menyimak cerita Aan. "Tapi, dari yang sudah-sudah saya harus selalu bersiap, selalu ada kemungkinan kami akan sekali lagi berpindah rumah," katanya tertawa dari balik meja kerjanya.
Baca selanjutnya: Rumah Penjaga Lawangwangi - AB House dulu