Drama Keluarga dan Anak Ayam
Oleh DWI BAYU RADIUS
26 Juni 2022
Film terbaru Keluaga Cemara berputar pada petualangan Ara yang kabur dari rumah bersama sang sahabat, Ariel, untuk memulangkan anak ayam kepada kawanannya. Pengingat bagi orangtua lewat Abah dan Emak yang sempat lupa dengan kebahagiaan buah hatinya.
Ara (Widuri Puteri) termangu-mangu menatap kandang ayam yang tengah diasapi. Ia berangsur-angsur tersenyum mendapati Abah (Ringgo Agus Rahman) yang berbincang dengan Kang Sobari (Joe P-Project). Abah akhirnya diterima bekerja, ditambah mobil dinas meski ternyata hanya pikap lawas.
Setelah jatuh miskin, Abah, Emak (Nirina Zubir), dan anak-anaknya hidup di desa. Bayaran Abah tak cukup untuk menghidupi keluarga sehingga Emak mesti ikut pontang-panting menjual opak yang penjualannya pun seret. Anak sulung mereka, Euis (Adhisty Zara) beranjak puber.
Sementara, si bontot, Agil (Niloufer Bahalwan) sedang rewel-rewelnya. Jadilah Ara, anak tengah, merasa keluarganya cuek. Euis ogah menjemput Ara lantaran mulai disibukkan dengan tugas sekolah dan menyimpan rasa terhadap teman kelompoknya, Deni (Kafin Sulthan).
Lebih-lebih, Euis yang butuh privasi tak ingin sekamar dengan Ara. Kenyataannya, Euis ingin lebih bebas mengobrol dengan Deni lewat ponsel. “Teteh (Euis) berubah. Ara enggak suka,” ujar Ara saat sendiri di kamar sambil mendekap boneka monyetnya.
Ariel (Muzakki Ramdhan) membonceng Ara (Widuri Puteri) menuju Kampung Badak dalam Keluarga Cemara 2.
Demikian pula dengan Abah yang harus bekerja dan Emak sudah repot mengasuh Agil. Pelariannya, Ara merasa mampu menguasai percakapan dengan ayam. Ocehan Ara jelas bikin Abah dan Emak terenyak. Tak disangka, Ara yang mengalihkan perhatiannya kepada Kang Romli (Abdurrahman Arif) menemukan pembenaran.
Kang Romli juga mengaku bisa bicara dengan kodok. Keruan saja Abah dan Emak dibikin makin pening namun mereka dengan lembut menasihati Ara. Kehangatan orangtua yang menghamparkan kebajikan bagi anak-anaknya menjadi kekuatan Keluarga Cemara 2, sebagaimana prekuelnya.
Sangat Humanistis
Kadang, Abah dan Emak terseok-seok juga dengan keruwetan rutinitasnya namun sangat humanistis karena manusia tentu tak sempurna. Euis pun kerap terpaku menatap gawai yang tak henti bersenda gurau dengan Deni dan kawan-kawannya meski hidangan telah terhidang di meja saat makan malam.
Alhasil, setiap insan Keluarga Cemara tenggelam dalam perkaranya sendiri-sendiri. Diputar di bioskop sejak 23 Juni 2022, Keluarga Cemara 2 masih menyuguhkan problem keseharian yang ringan. Adaptasi dari serial televisi legendaris karya Arswendo Atmowiloto tersebut berdurasi hampir dua jam.
Fokus famili itu lantas bergeser ke anak ayam yang tersesat di pinggir jalan lalu dipungut Ara dan dinamakan Neon. Bersama Ariel (Muzakki Ramdhan), ia ingin pergi ke Kampung Badak setelah menyimak bisikan hewan tersebut yang ingin berkumpul dengan keluarganya.
Sepasang sobat itu terengah-engah bergiliran mengayuh sepeda dengan berboncengan. Maklum, Kampung Badak amat jauh dan jalannya menanjak sampai-sampai mereka kesasar. Itu pun, Ara dan Ariel tak menemukan keluarga Neon. Terang saja, Abah naik pitam dan Emak panik gara-gara Ara baru ditemukan saat malam.
Kekocakan dan keharuan selanjutnya berselang-seling. Ara mencerminkan welas asih kepada makhluk lain dengan diam-diam menyimpan tekad untuk menemukan Kampung Badak. Janji yang telah diutarakan kepada anak ayam itu terus dipegang Ara terus untuk direalisasikan.
Ia sudah jemu dengan niat Abah dan Euis untuk memperhatikannya, tetapi tak kunjung ditepati. Kegigihan ditunjukkan Ara untuk menolong Neon berselubung kemangkelan terhadap sanak saudaranya. Lebih kurang dua pertiga plot kemudian bergulir soal mempertemukan Neon dengan keluarganya.
Dilema keluarga perlahan berganti menjadi silang sengkarut mengantar Neon yang tak ayal membersitkan sekilas pertanyaan jenaka, adakah Keluarga Cemara 2 lebih memanggungkan drama anak manusia atau drama anak ayam? Neon yang tak juga bersua dengan induknya semakin kalut berciap-ciap.
Penonton memang dibuat tersenyum menyaksikan anak ayam yang tak henti berjalan kian kemari di kandang, meringkuk, sampai terkantuk-kantuk. Anak-anak juga dengan sangat mudah memahami alur yang begitu simpel, tetapi beberapa sekuensnya terasa berpanjang-panjang.
Sebenarnya, banyak perilaku antarkerabat berpotensi untuk digali sehingga relasi manusia yang subtil bisa benar-benar disentralkan tanpa menghilangkan esensi keteladanan namun bagaimana pun, Keluarga Cemara 2 secara keseluruhan tetap tontonan menghibur.
Cekcok yang juga kocak misalnya, ditampilkan saat Euis dengan mata membelalak kelimpungan membekap celoteh Ara kepada Abah dan Emak soal kakaknya itu yang menelepon Deni hingga subuh. Di antara semua pemain, Niloufer justru paling mencuri perhatian dengan polahnya yang menggemaskan namun natural.
Suka duka pun berayun-ayun dengan perjuangan Abah yang mencukupi nafkah keluarga, berikut Emak dengan simpati dan rangkulannya. “Berarti sekarang mulai lagi dari awal. Makasih Emak sudah mau sabar,” kata Abah yang ditenangkan Emak sambil tersenyum.
Nilai Baik
Film itu sangat cocok untuk mengisi liburan panjang sekolah, terutama saat karya anak bangsa untuk semua umur belum tentu bisa dihitung dengan jari per tahunnya. “Kami memang ingin memberikan tayangan yang tak cuma menghibur tapi juga nilai-nilai baik,” kata produser Keluarga Cemara 2 Anggia Kharisma.
Ia menekankan pentingnya komunikasi hingga membagi peran dan waktu orangtua kepada anak-anak. Begitu pula dengan pergulatan pribadi setiap peranan. “Saling bertubrukan dengan kepentingan bersama keluarga. Kompleks namun diselingi banyak adegan menghibur,” ucap Anggia lewat rilisnya.
Sutradara film itu, Ismail Basbeth berharap penonton menemukan dirinya dalam Keluarga Cemara. Ayah, umpamanya digambarkan lewat perjuangan Abah, ibu dengan pergolakan batin Emak, remaja dalam percintaan Euis, dan anak-anak turut mengecap petualangan Ara bersama Ariel.
“Memang, kami membuat sedemikian rupa agar setiap anggota keluarga yang menonton dapat merasa relate (terhubung) dengan filmnya,” ucap Ismail. Konflik yang disajikan lazim dialami keluarga mana pun sehingga semua pesan penting tersampaikan tanpa menggurui.
“Abah mendapatkan pelajaran penting dalam berkeluarga. Kesadaran bahwa anak merupakan harta yang begitu berharga,” kata Ringgo. Abah belajar menyeimbangkan waktu agar bisa bercengkerama bersama keluarganya namun pekerjaan mustahil diabaikan.
Ia terbentur skala prioritas namun Abah akan selalu berusaha. Ringgo pun mengimbau setiap orangtua untuk menyediakan waktu berkualitas bersama keluarga. “Buat Bapak-bapak kayak saya, nih, ya, ingat, jangan kerja terus,” ujarnya sambil tertawa.
Editor: BUDI SUWARNA
No comments :
Post a Comment