Gonzalo Simo, Orkestra Penyembuh Jiwa
Oleh: ELSA EMIRIA LEBA
Kompas, 11 Juni 2022
Pendiri Strings in Action (SiA) Gonzalo Simo menceritakan
proses perjalanan SiA saat berada di Panti Asuhan Pondok Taruna di Cipayung,
Jakarta Timur, Jumat (29/4/2022).
Musik bisa menyembuhkan tubuh dan jiwa manusia. Namun, belum
semua orang bisa mendapat kesempatan belajar musik. Seorang asing dari Spanyol,
Gonzalo Simo (47), memulai gerakan Strings in Action atau SiA yang mengajarkan
anak-anak kurang beruntung di Jakarta dan Tangerang bermain alat musik gesek
untuk orkestra.
Di sebuah ruangan serbaguna, sekitar 15 anak laki-laki dan
perempuan duduk melingkar memainkan biola, selo, dan bas. Gesekan senar mereka
memadukan musik yang indah. Tak jauh, Simo yang tinggi menjulang berdiri
mengawasi permainan mereka.
”Strings in Action terinspirasi dari El Sistema, sebuah
proyek dari Venezuela yang dimulai pada 1970-an. Proyek ini menyediakan
pendidikan musik pada ribuan anak yang membutuhkan sehingga memicu gerakan
serupa di negara lain. Jadi, saya menggunakan ide itu di sini,” tutur Simo.
Dua program utama SiA ialah memberikan anak-anak pengalaman
bermusik dan membantu menyediakan beasiswa kepada anak-anak yang tertarik. Simo
menekankan, pengajaran musik ini bukan ajang pencarian anak berbakat.
”Saya hanya ingin mereka menikmati dan mendapat manfaat dari
belajar musik. Sama seperti olahraga, musik baik untuk otak, tubuh, dan jiwa,”
ujar pemain biola ini.
Bibit SiA telah ”tumbuh” sejak 2015. Simo mengawali dengan
membuat klub musik orkestra di Jakarta Intercultural School (JIS), tempatnya
mengajar. Bersama para murid, dirinya memulai proyek ini di sebuah sekolah di
Pamulang, Tangerang Selatan. Sayang, tidak berjalan mulus.
Suatu hari, laki-laki ini mendengar Panti Asuhan Pondok
Taruna memiliki sebuah grup angklung. Setelah berbicara dengan pihak panti dan
membawa murid JIS tampil di sana, Simo memulai proyek SiA di panti ini pada
2017. Mereka membentuk satu kelompok orkestra yang mencakup 35-an anak berusia
12-17 tahun yang berlatih setiap pekan di JIS.
Anak-anak SiA telah tampil dalam berbagai kesempatan. Pada
2019, misalnya, mereka terlibat dalam empat konser, yaitu Association for Music
in International Schools (AMIS), Strings in Action Charity Concert, Indonesia
Orchestra and Ensemble Festival (IOEF), dan All Jakarta Honor Orchestra (AJHO).
Pandemi sempat memengaruhi proses latihan dan peluang tampil.
Menjadi mandiri
Seiring waktu berlalu, Simo juga menemukan pola operasional
yang tepat guna mengembangkan dampak sosial SiA. Inilah yang menjadi alasan
membuat SiA menjadi yayasan pada 2019. Mereka membentuk dewan pengawas,
mempekerjakan guru musik dan staf, serta membeli atau menerima donasi instrumen
musik.
Saat pandemi menerjang pada 2020, SiA juga mulai membagi
anak-anak menjadi dua kelompok orkestra, yakni orkestra besar (advanced) dan
orkestra kecil. Pembagian ini penting karena rentang umur yang jauh memengaruhi
kecepatan mereka belajar. Belum lagi remaja yang menginjak dewasa biasanya
meninggalkan panti.
Orkestra besar terdiri dari anak berusia 12-18 tahun dan
orkestra kecil terdiri dari anak berumur 10-12 tahun. Satu grup orkestra
biasanya terdiri dari 20-25 anak. Sekarang mereka berlatih dua kali seminggu
masing-masing selama satu setengah jam di panti.
Pada tahun yang sama, SiA memperluas jangkauan dengan
berkolaborasi dengan Panti Asuhan Abigail di Pamulang. Sudah ada satu kelompok
orkestra beranggotakan anak berusia 12-15 tahun. SiA pun sedang menjajaki
peluang kolaborasi dengan satu panti asuhan lainnya di Pamulang.
Dihitung-hitung, total sudah 92 anak yang terjangkau sejak proyek SiA bergulir.
Dalam perjalanan SiA menjadi mandiri, Simo memberi apresiasi
kepada muridnya, Alexandra Augustien Rachmat (16). Alex merupakan presiden klub
Strings in Action (SiA) di JIS. Gadis yang bergabung sejak 2017 ini berperan
penting dalam mencari sponsor bagi SiA dan kolaborasi yayasan dengan klub di
sekolah.
”Setelah SiA menjadi yayasan, klub di sekolah tetap berjalan
tetapi lebih sebagai bagian dari support system. Misalnya kami membuat website,
membagikan konten di media sosial, membuat video panduan latihan, dan membuat
acara yang mengajak anak-anak,” tutur Alex yang lahir di Burlingame,
California, Amerika Serikat, ini.
Terkait beasiswa, SiA berpartner dengan Amadeus Music School
sejak 2019. Sejauh ini, sudah ada enam anak yang mendapat kesempatan
mengeksplorasi musik secara profesional di sekolah itu. SiA tengah mengupayakan
agar anak-anak juga bisa belajar musik di Universitas Pelita Harapan.
Beragam situasi
Sebagai ekspatriat, Simo mengakui pernah menghadapi
perbedaan perspektif dengan mitra SiA terkait anak-anak. Ditambah lagi,
anak-anak ini berasal dari beragam situasi. Ada yang tidak lagi memiliki
orangtua, ada yang dibuang keluarga. Beberapa bahkan tidak asing dengan dunia
gelap, seperti seks bebas dan kecanduan ngelem.
Namun, laki-laki yang tiba di Indonesia sejak 2013 ini ingin
agar anak-anak bisa seperti dirinya; gampang untuk belajar musik. Sudah
seharusnya akses pada musik tersedia mudah. Banyak studi yang membuktikan
manfaat musik terhadap aspek kognitif, afektif, motorik, dan auditori. Apalagi
musik adalah bahasa universal.
”Bermain musik, terlepas mereka memiliki talenta atau tidak,
bisa membantu mereka menjadi orang yang lebih baik. Musik bisa memberikan
anak-anak ini ’rasa memiliki’ terhadap sesuatu. Berada dalam orkestra seolah
menjadi tim yang menyatukan untuk menciptakan sesuatu yang indah, terlepas dari
latar belakang mereka,” kata Simo.
Simo berencana meninggalkan Indonesia pada Juni ini karena
kontrak dengan JIS berakhir. Namun, ia berharap agar Alex, mitra SiA, dan orang
yang peduli dapat melanjutkan perjalanan SiA.
Gonzalo Simo Conde
Lahir: Madrid, Spanyol, 15 Oktober 1974
Pendidikan, antara lain:
S-2 Musicology, Universidad Autónoma de Madrid (2002-2004)
S-1 Humanities/Humanistic Studies, Universidad CEU San Pablo
(1995-1999)
Pekerjaan: Guru Musik di Jakarta Intercultural School,
Indonesia (2013-sekarang)
Pengalaman, antara lain:
Pendiri Strings in Action (SiA) (2015)
Guru Musik di Chadwick International School, Korea Selatan
(2009-2013)
Guru Musik di International School of Busan, Korea Selatan
(2008-2009)
Guru Musik dan Guru Bahasa Spanyol di Hsinchu International
School, Taiwan (2006-2008)
Editor: BUDI SUWARNA, MOHAMMAD HILMI FAIQ
No comments :
Post a Comment