Melihat Lokananta Sebelum Direvitalisasi

  








  Pabrik piringan hitam di Solo dibangun atas gagasan R Maladi. Didirikan pada   1956, perusahaan rekaman ini bisa dibilang sebagai museum karya musik       Indonesia.

Dua pekerja terlihat duduk di lantai di salah satu ruangan penyimpanan arsip milik Lokananta di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (11/8/2022). Keduanya sibuk mengemas dan menyampul ulang sejumlah koleksi piringan hitam. Penyampulan ulang dilakukan karena sampul asli piringan hitam tersebut telah rusak. Kemudian digantikan dengan sampul berwarna putih berlogo Lokananta. Pada bagian bawah sampul tertulis data tentang isi piringan hitam tersebut.


Pagi hingga siang itu juga terlihat sejumlah pengunjung yang datang ke Lokananta untuk melihat sejumlah arsip rekaman dan barang-barang koleksi Lokananta lainnya meski jumlahnya tidak banyak.


Lokananta boleh dibilang sebagai salah satu museum bagi karya musik Indonesia. Banyak nama legendaris pemusik dan penyanyi Indonesia yang merekam lagu-lagunya di tempat ini. Mereka antara lain Gesang, Waljinah, Sam Saimun, dan Bubi Chen.
Bahkan, kelompok musik Slank juga pernah melakukan rekaman di Lokananta untuk album ke-23 berjudul ”Slanking Forever” pada 2019 silam. Selain itu, Lokananta juga dikenal sebagai label rekaman dengan spesialisasi lagu-lagu daerah dan kesenian tradisional.


Tahun ini, tepatnya pada Oktober mendatang, Lokananta akan berusia 66 tahun. Lokananta yang pada awalnya bernama Pabrik Piringan Hitam Lokananta Jawatan Radio Kementerian Penerangan RI didirikan pada 29 Oktober 1956. Sosok R Maladi adalah penggagas Lokananta.

Nama Lokananta diambil dari cerita pewayangan yang berati gamelan bersuara merdu dari kayangan. Pada masa-masa awal Lokananta lebih banyak memproduksi materi siaran untuk Radio Republik Indonesia (RRI) dengan menggunakan piringan hitam. Kemudian memasuki awal 1960-an Lokananta mulai merekam dan menjual piringan hitam untuk lagu-lagu pop dan tradisional, seperti dari Minang, Melayu, Batak, Jawa, dan Maluku, termasuk juga rekaman gending karawitan.



Memasuki era 1970-an, era piringan hitam mulai beralih ke kaset pita. Puncak kejayaan era kaset pita terjadi pada kurun waktu 1980-an. Penyanyi Waljinah menjadi sosok yang merajai album kaset pita pada masa itu, mulai dari album keroncong hingga langgam Jawa.



Dalam perjalanan panjangnya, Lokananta telah menjadi saksi bisu pasang surutnya industri rekaman di Tanah Air. Lokananta yang merupakan perusahaan rekaman tertua milik negara itu akhirnya pun tumbang setelah pemerintah membubarkan Departemen Penerangan pada masa reformasi. Mulai tahun 2004, nama Lokananta berganti menjadi Perum Percetakan Negara RI (PNRI) Cabang Surakarta-Lokananta.


Setelah sekian lama terpuruk, dengan kondisi fisik bangunan yang memprihatinkan, kini Lokananta sedang bersiap untuk berbenah setelah Kementerian BUMN akan melakukan revitalisasi Lokananta. Revitalisasi nantinya tidak akan mengubah fungsi aslinya sebagai studio rekaman karena Lokananta termasuk bangunan cagar budaya.


No comments :