Obsesi Perbaiki Sejarah DPR

TOKOH MUDA INSPIRATIF (2)

Kompas, 29 Oktober 2009

Imam Prihadiyoko

Anas Urbaningrum

Dewan Perwakilan Rakyat periode ke depan menghadapi tantangan yang cukup berat. Sejarah DPR memang tidak terlalu menguntungkan dan nasibnya mirip dengan citra partai, dianggap tidak peduli rakyat. Karena itu, DPR periode 2009-2014 harus bekerja keras untuk memperbaiki citra.

Langkah untuk memperlihatkan kinerja DPR yang lebih baik memang harus dilakukan jika bangsa ini masih menginginkan proses demokrasi perwakilannya berjalan baik dan rakyat mampu menyalurkan aspirasinya serta mendapat hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Dengan profil anggota DPR di mana 70 persen anggotanya merupakan pendatang baru, dengan latar belakang pendidikan yang lebih baik, serta struktur umur anggota yang mengalami proses pembeliaan, optimisme terhadap DPR bisa dibangun.

Bagaimana kinerja lebih baik itu akan diusung sehingga citranya makin mendekati harapan masyarakat, berikut petikan pembicaraan dengan Anas Urbaningrum, politisi muda dari Partai Demokrat yang duduk di jajaran salah satu ketuanya.

Sebagai anggota partai terbesar di Dewan dan baru pertama kalinya duduk sebagai anggota, Anas mempunyai mimpi untuk menjadikan DPR sebagai lembaga yang betul-betul mampu berpihak pada kepentingan rakyat.

Apa rencana untuk menghadapi tantangan Dewan ke depan?

Tantangan kinerja lebih baik dan citra baru Dewan yang mengayomi masyarakat hanya bisa dihadapi dengan bekerja keras. Dan, itu harus dilakukan semua partai yang diwakili fraksi dan seluruh alat kelengkapan DPR, fraksi, komisi, dan alat kelengkapan yang lain, termasuk di dalamnya juga kinerja sekretariat jenderal.

Salah satu yang bisa mendukung perbaikan kinerja adalah perbaikan citra, perbaikan citra akan mendukung peningkatan kinerja. Konkretnya, kita jangan mempermainkan nasib rakyat.

Apa yang akan dilakukan Fraksi Demokrat?

Fraksi Demokrat mempunyai tantangan yang besar, bukan hanya berubah dari fraksi menengah di DPR menjadi fraksi besar. Dari 56 kursi pada periode lalu, kini menjadi 149 kursi.

Dengan ”pasukan” yang besar, tantangannya adalah apakah bisa melahirkan langkah-langkah besar untuk menjawab tantangan DPR. Jadi, potensi kuantitatif itu harus diterjemahkan menjadi kekuatan kualitatif di DPR dan itu butuh kerja keras yang serius. Apalagi faktanya Partai Demokrat adalah partai baru. Sebagian besar politisinya masih membutuhkan jam terbang.

Tetapi, kami sudah memulai dengan terobosan awal, ada upgrading khusus seminggu di Cipanas untuk memberikan pembekalan awal bagaimana menjadi anggota DPR yang bekerja secara fungsional.

Adakah UU yang akan diperjuangkan Partai Demokrat di DPR?

Belum ada inventarisasi khusus terhadap UU yang sudah ada ataupun yang akan menjadi agenda. Tetapi, tentu yang akan menjadi prioritas adalah UU yang bisa mendukung kesejahteraan rakyat. Tata kelola pemerintahan yang baik, pemberantasan korupsi, pendidikan yang berkualitas, penegakan hukum, kesetaraan jender, dan banyak isu ke depan yang tidak hanya menjadi isu nasional, tetapi menjadi isu global, akan menjadi kepedulian utama kami.

Yang jelas, secara umum kami sangat peduli pada semua hal yang bisa mendorong kepentingan rakyat dan kemajuan bangsa.

Melek politik

Penggemar rujak cingur dan semua makanan khas daerah yang ia singgahi ini tidak ragu untuk membuat terobosan.

Ia mentradisikan penulisan buku bagi kader Himpunan Mahasiswa Islam yang ingin maju menjadi pimpinannya. Ia juga mengajak anggota fraksinya untuk lebih melatih diri agar lebih melek politik.

Apa perlu penataan terhadap produk legislatif yang ada?

Tentu agenda legislasi nasional harus dilihat lagi. Selama ini target kuantitatif legislatif belum pernah tercapai. Ini perlu dilihat lagi dengan melihat target kualitatifnya karena agenda legislasi itu bukan hanya mengejar kuantitatif, tetapi juga kualitatif.

Untuk kasus keluarnya UU yang kemudian banyak di-review di Mahkamah Konstitusi, harus menjadi pelajaran penting bahwa persoalan kualitas UU harus menjadi salah satu fokus kerja sehingga UU yang diproduksi DPR itu tidak hanya mengejar target kuantitatif, tetapi berkualitas dan yang jelas harus bermanfaat bagi rakyat banyak.

Target kuantitatif tentu penting karena masih banyak ruang kehidupan kebangsaan kita yang harus diatur dengan UU. Tetapi, kualitas UU kemasyarakatan kita yang menjadi alat mengatur itu harus pula bisa memperlihatkan kualitas UU itu sendiri.

Jangan sampai kualitas UU yang menjadi derifatnya tidak bertanggung jawab atau bahkan bertentangan dengan perintah konstitusi. Jadi, produk legislasi ke depan harus betul-betul menjadi produk legislasi nasional yang baik sesuai kehendak konstitusi.

Akankah koalisi di DPR diperluas?

Sebetulnya 2009-2014 bangunan koalisi sudah cukup memadai. Saya menyebutnya sudah mempunyai modal mayoritas minimalis, 56 persen itu kalau bisa dijaga soliditasnya, dengan kontrak politik permanen selama lima tahun, sudah bisa menjadi penyangga efektif bagi stabilitas pemerintahan.

Dan, ini akan menjadi sesuatu kesempatan yang baru bagi pemerintahan SBY-Boediono, yang konteks politiknya jelas berbeda dengan pemerintahan SBY-JK periode 2005-2009. Tetapi, apakah mayoritas minimalis ini masih akan diperbesar menjadi lebih kuat dan kokoh, saya kira sangat bergantung pada presiden terpilih. Pak SBY beberapa kali menyatakan, untuk kepentingan pemerintahan yang stabil dan efektif, pemerintahan yang bisa bekerja makin produktif bagi kepentingan rakyat, termasuk dalam membangun kebersamaan, rekonsiliasi pascakompetisi, memang tidak tertutup pintu untuk mengembangkan koalisi lebih besar.

Tetapi, saya kira sampai sekarang belum ada kesimpulan final soal itu.

***

ANAS URBANINGRUM

Lahir: Blitar, Jawa Timur, 15 Juli 1969

Istri: Athiyyah Laila

Anak: Akmal Naseery (9 tahun), Aqeela Nawal Fathina (7,5 tahun), Aqeel Najih Enayat (6 tahun), Aisara Najma Waleefa (4 tahun)

Pendidikan:
- Sarjana Strata 1, Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga (1992)
- Sarjana Strata 2, Ilmu Politik, Universitas Indonesia (2000)
- Program Doktor Universitas Gadjah Mada (sedang berjalan)

Karier:
- Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR Periode 2009-2014
- Pimpinan Kolektif Nasional KAHMI, 2009 - Ketua Yayasan Wakaf Paramadina, 2006-sekarang
- Ketua DPP Partai Demokrat, 2005-sekarang - Anggota KPU Periode 2001-2005
- Anggota Tim Seleksi Parpol Peserta Pemilu 1999 (Tim 11), 1999
- Anggota Tim Revisi UU Politik (Tim 7), 1998 - Ketua Umum PB HMI Periode 1997-1999

Beberapa Buku:
- Bukan Sekadar Presiden, 2009
- Takdir Demokrasi, 2009
- Menjemput Pemilu 2009, Jakarta: Yayasan Politika, 2008
- Melamar Demokrasi, Jakarta: Republika, 2004

Penghargaan: Bintang Jasa Utama dari Presiden RI, 1999

No comments :