|
Suasana pameran Membaca Soedjatmoko dari Rumah dan Ingatan” yang berlangsung di kediaman Soedjatmoko (1922-1989) di kawasan Menteng, Jakarta, Senin (9/1/2023). Pameran yang berlangsung pada 10-14 Januari 2023 ini menampilkan lebih dari 250 arsip pribadi yang disimpan keluarga Soedjatmoko. Adapun Soedjatmoko merupakan pemikir dan diplomat. Ia pernah menjadi perwakilan Indonesia pada Sidang Umum PBB, serta ikut mendampingi Sutan Sjahrir di sidang Dewan Keamanan PBB pada 1947. |
Pemikir Soedjatmoko (1922-1989) senang mengumpulkan arsip, sementara istrinya, Ratmini Gandasubrata, rajin menatanya. Arsip-arsip yang selama ini tersimpan lantas dipamerkan ke publik di kediaman mereka di Menteng.
Lebih dari 250 arsip pribadi Soedjatmoko (1922-1989), seorang pemikir dan diplomat, akan dipublikasi di pameran ”Membaca Soedjatmoko dari Rumah dan Ingatan” pada 10-14 Januari 2023. Arsip itu diharapkan dapat menjadi referensi untuk memaknai sejarah Indonesia dan pemikiran Soedjatmoko dalam konteks masa kini.
Pameran berlangsung di kediaman Soedjatmoko yang telah ditinggali selama 68 tahun, Jalan Tanjung Nomor 18, Menteng, Jakarta Pusat. Dulu, rumah itu kerap menjadi tempat diskusi banyak pihak, termasuk aktivis dan mahasiswa di era 1960-an, salah satunya Soe Hok Gie.
Putri Soedjatmoko, Kamala Chandrakirana, mengutarakan, arsip-arsip Soedjatmoko selama ini dirawat dan disimpan oleh ibunya, Ratmini Gandasubrata. Arsip tersebut ada di lemari penyimpanan selama bertahun-tahun dan tidak dibuka. Arsip baru dibuka saat ada inisiatif memperingati 100 tahun Soedjatmoko. Peringatan berlangsung sejak 2022 hingga sekarang.
”Kami menemukan ada banyak tulisan. Ada juga surat (Soedjatmoko) denganAgus Salim pada tahun 1946. Kertasnya sudah rapuh, tapi itu dirawat dan ditata oleh ibu kami, Ratmini,” kata Kamala yang juga aktivis HAM di Jakarta, Senin (9/1/2023).
Arsip-arsip yang dipamerkan beragam, seperti kartu identitas wartawan Soedjatmoko di periode 1951-1957. Soedjatmoko pernah menjadi wartawan harian Pedoman dan majalah Siasat, serta terdaftar sebagai anggota Persatuan Wartawan Indonesia.
Beberapa kartu identitas Soedjatmoko, seperti paspor dan kartu tanda pengenal diplomatik, juga dipajang. Soedjatmoko semasa hidup dikenal sebagai diplomat andal. Pada usia 25 tahun, ia menjadi salah satu perwakilan Indonesia di sidang Dewan Keamanan PBB pada 1947. Ia hadir bersama Sutan Sjahrir, H Agus Salim, Sumitro, dan Ch Thambu.
Pada usia 45 tahun, Soedjatmoko ditunjuk menjadi anggota Tim Delegasi Indonesia pada Sidang Umum PBB. Setelah Indonesia resmi jadi anggota PBB, Soedjatmoko menjadi Deputi Kepala Perwakilan tetap Indonesia di PBB, merangkap jabatan sebagai konselor politik di kedutaan besar di AS (Kompas, 24/10/1966).
”Peringatan 100 tahun (Soedjatmoko), bagi kami anak-anaknya, menjadi penemuan kami dan perkenalan baru lagi dengan ayah kami,” kata Kamala.
|
Suasana pameran Membaca Soedjatmoko dari Rumah dan Ingatan” yang berlangsung di kediaman Soedjatmoko (1922-1989) di kawasan Menteng, Jakarta, Senin (9/1/2023). Pameran yang berlangsung pada 10-14 Januari 2023 ini menampilkan lebih dari 250 arsip pribadi yang disimpan keluarga Soedjatmoko. Adapun Soedjatmoko merupakan pemikir dan diplomat. Ia pernah menjadi perwakilan Indonesia pada Sidang Umum PBB, serta ikut mendampingi Sutan Sjahrir di sidang Dewan Keamanan PBB pada 1947.
|
Kebudayaan
Pameran ini juga memuat arsip, foto, dan rekaman suara saat Soedjatmoko diundang Dewan Kesenian Jakarta untuk memberi ceramah politik kebudayaan pada 22 Mei 1972. Soedjatmoko saat itu menjabat sebagai Penasihat Bidang Sosial-Budaya Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Adapun Soedjatmoko, yang kerap dipanggil Bung Koko, juga seorang pemerhati kebudayaan.
Esainya soal tujuan pembangunan ada pembeda. Pertama, ia menonjolkan posisi manusia di pembangunan. Kedua, soaltempat kebudayaan di pembangunan.
Salah satu gagasannya adalah bahwa kebudayaan menjadi bagian tidak terpisahkan dari pembangunan. Dulu, pembangunan dimaknai sebatas pertumbuhan ekonomi. Menurut Soedjatmoko, pembangunan mestinya menyeluruh.
Gagasan itu berkembang hingga sekarang. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) pun memiliki semangat yang sama dengan gagasan Soedjatmoko.
”Esainya soal tujuan pembangunan ada pembeda. Pertama, ia menonjolkan posisi manusia di pembangunan. Kedua, soal tempat kebudayaan di pembangunan. Ada pula kata kunci yang disebutkan berkali-kali esainya, yaitu tentang perlunya pendidikan,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid.
|
Suasana pameran Membaca Soedjatmoko dari Rumah dan Ingatan” yang berlangsung di kediaman Soedjatmoko (1922-1989) di kawasan Menteng, Jakarta, Senin (9/1/2023). Pameran yang berlangsung pada 10-14 Januari 2023 ini menampilkan lebih dari 250 arsip pribadi yang disimpan keluarga Soedjatmoko. Adapun Soedjatmoko merupakan pemikir dan diplomat. Ia pernah menjadi perwakilan Indonesia pada Sidang Umum PBB, serta ikut mendampingi Sutan Sjahrir di sidang Dewan Keamanan PBB pada 1947. |
Kurator pameran, Esha Tegar Putra, memaparkan, Soedjatmoko adalah sosok dengan pemikiran yang melampaui zamannya. Di masa ia hidup, Soedjatmoko sudah bicara soal krisis pangan, krisis global, ancaman kerusakan bumi, hingga pentingnya berinvestasi ke pendidikan dan kesehatan anak.
”Mungkin dulu ada juga yang bicara soal ini di Indonesia. Tapi, Soedjatmoko berupaya menarasikan isu ini di tulisan-tulisannya,” ucap Esha. ”Dia tidak hanya bicara soal situasi politik dan diplomasi negara, tetapi juga banyak hal di luar itu,” ujarnya menambahkan.
Selain itu, pameran ini menampilkan surat-surat Soedjatmoko dengan Sutan Sjahrir dan Soebadio pada 1962-1965. Ada juga arsip saat ia menerima Ramon Magsaysay Award pada 1978, kiprah Soedjatmoko saat muda dan proses diplomasi yang ia jalani pada 1940-1960, hingga kiprahnya di sektor pendidikan, antara lain saat menjadi rektor di Universitas PBB, Tokyo, Jepang.
Adapun pameran arsip Soedjatmoko berlangsung secara terbatas. Publik bisa berkunjung secara gratis setelah mendaftarkan diri secara daring.
No comments :
Post a Comment