Bertandang ke Rumah Sahabat

Sudah sejak lama saya mendengar bahwa Ananda tinggal di sebuah perbukitan yang menghadap ke Laut Atlantik di kota Santander. Sebuah kota di Utara Spanyol. Maka dalam kesempatan ini kami pun berniat untuk berkunjung ke rumahnya.

Kami berangkat dari Bilbao, menempuh satu jam perjalanan dengan bus executive seharga 11 Euro, yang di dalamnya amat nyaman seperti dalam pesawat terbang, lengkap dengan suguhan minuman dan snack. Di stasiun bus Santander, Ananda bersama istrinya, Raquel, telah menunggu kami sambil melambai-lambaikan tangan.

Ananda Sukarlan adalah pianis dan komposer kelahiran Jakarta, yang telah memenangkan berbagai kompetisi dan memperoleh penghargaan dunia di bidang musik klasik. Ia juga adalah satu-satunya orang Indonesia yang tercatat dalam buku "The 2000 Outstanding Musicians of the 20th Century," yaitu buku yang memuat riwayat hidup 2000 orang yang dianggap berdedikasi pada dunia musik.


Secara resmi, Ananda kini adalah Duta Kebudayaan Pemerintah Spanyol, tetapi secara tidak resmi ia adalah juga Duta Bangsa Indonesia yang telah melakukan pertunjukan di hampir seluruh belahan dunia. Saya sendiri sempat menyaksikan Piano Concerto-nya bersama Nusantara Symphony Orchestra di Osaka dan Tokyo beberapa tahun lalu. Waktu itu konsernya juga ditemani oleh para pemain gendang Sunda dan seorang penari Bali.

Saat itu, karena pertunjukannya yang mengagumkan, musisi yang di Eropa dikenal sebagai ‘a brilliant young Indonesian pianist’ ini mendapat sambutan amat meriah dari penonton. Kelihatannya, berkat kiprah Ananda, saat ini karya-karya musik di Eropa telah mulai dipengaruhi oleh unsur gamelan Sunda dan seni tari Bali.

Dari stasiun bus, kami langsung menuju rumah Ananda. Rupanya Santander adalah kota pelabuhan, namun memiliki bukit yang indah menghadap laut. Karena itu Raja Carlos membuat istana musim panas di tempat ini.



Sampai di rumah, kami pun disuguhi makanan asli Santander, buatan Nyonya rumah yang memang penduduk asli di sini. Ananda dan Raquel pertama kali bertemu empat belas tahun yang lalu di Bilbao. Saat Ananda bermain piano, Raquel yang membukakan halaman-halaman partiturnya. Rupanya cinta pada pandangan pertama.

Usai menyantap hidangan, kami ngopi-ngopi sambil mengobrol melepas rindu. Di antaranya membicarakan rencana konser Ananda di Indonesia tahun ini, yaitu Maestro at 40 pada bulan Juli, kemudian Ananda Sukarlan Award, juga Konser Kemerdekaan yang akan berkolaborasi dengan Nidji, dan tentunya Jakarta New Year Concert 2009 yang telah dilangsungkan rutin beberapa tahun ini berturut-turut.


Columbus Bukan Satu-Satunya Penemu Benua Amerika

Keesokan paginya, kami mengantar putri semata wayang mereka, Alicia, yang berumur 9 tahun, ke sekolahnya. Saat itu kami berkesempatan meninjau sekolahnya dan bahkan mengikuti pelajaran pertamanya sejenak.

Terasa benar bahwa negara dan masyarakat Eropa telah mencurahkan perhatian yang begitu besar terhadap pendidikan anak. Misalnya dalam penyediaan fasilitas, gedung dan guru-guru yang amat memadai.

Dari sekolah kami menuju ke istana musim panas Raja Carlos. Bangunannya tidak terlalu besar, tapi cantik. Letaknya di puncak bukit, di atas hamparan taman yang penuh rumput dan bunga-bunga yang indah dan diselingi patung-patung.

Di halaman tersebut, terdapat juga replika kapal –dalam ukuran sebenarnya- yang dipakai oleh Columbus melintasi laut atlantik sewaktu menemukan benua Amerika.


Konon kabarnya, Columbus, yang adalah orang Itali ini, waktu itu didukung oleh penyandang dana yaitu seorang hartawan yang berasal dari Santander. Dan ternyata pula, pada waktu yang tidak terlalu berbeda, ada warga Spanyol yang juga melintasi Atlantik menggunakan rakit, yang JUGA menemukan benua Amerika. Namun, sampai saat ini, namanya hanya dikenal oleh rakyat Spanyol belaka. Pada foto di atas, replika kapal orang Spanyol ini berdampingan dengan kapal Columbus.

Tiba waktunya berpisah, kami langsung diantar ke stasiun kereta api Santander untuk mengejar kereta pukul 13.00.

Leaving Santander, we're going to Madrid. See you there.


No comments :