Madrid Walks

Kereta api yang kami naiki dari Santander menuju Madrid ini dikelola oleh Renfe, yang juga mengelola seluruh jaringan kereta api di Spanyol. Kondisinya mirip dengan kereta TGV Prancis, amat nyaman di dalamnya. Dua jam pertama seperti perjalanan dari Purwakarta ke Bandung, yaitu menanjak, setelah itu barulah jalannya datar dan ngebut cepat sekali. Rupanya Madrid itu berupa dataran tinggi.

(Atocha Railway Station)

Kami tiba waktu Magrib di stasiun Chamartin, dan langsung membeli tiket Metro harian, seharga 3 Euro per hari. Kami lalu naik metro line biru. Sekali jalan kereta berhenti di stasiun Metro Puerta de Sol, yaitu stasiun yang terdekat dengan hotel kami, Adria Hotel, dan sekaligus dekat dengan Plaza Major, jantungnya kota Madrid tua. Daerah ini bernama Puerta de Sol yang bisa dikatakan jantungnya Madrid, semua jarak di Spanyol dihitung dari sini (kilometer nol).

Setelah check in di hotel yang direkomendasi oleh Lonely Planet Guide Book itu, kami sempat mandi dan istirahat sejenak. Bangunannya kecil, sangat efisien, yang mana setiap tamu diberikan dua kunci, yaitu 1 kunci kamar dan 1 kunci lift. Tarif hotelnya 50 Euro per malam.

(Bersama Pengamen dari Mexico)

Cukup beristirahat, kami pun bergegas ke Plaza Major. Tempat yang dibangun pada abad ke-17 ini suasananya mirip Plaza Marco di Venezia. Sebuah lapangan dari marmer luasnya kira-kira 5000 m2 yang dikelilingi bangunan toko, restoran, apartemen dll.

Kami memilih sebuah tapas bar yang suasananya... wah... hidup sekali. Penghibur datang silih berganti, memainkan akordeon, gitar, saksofon, trio penyanyi dll. Namanya Restaurante Corrientes 348, terletak di Jl. Calle de Toledo (Tel. 913640901), tepat di depan Plaza Mayor.

Kota yang berpenduduk 3,15 juta orang ini penuh dengan taman-taman besar maupun kecil, dan juga patung berbagai rupa. Tidak sehebat di Paris tapi jika kita jalan-jalan ke berbagai pelosok kota, terasa sekali vibrasi dari peninggalan tua dan dikawinkan dengan sifat Spanyol yang dapat kita rasakan di bekas jajahannya Philipina, dan seluruh Amerika Selatan kecuali Brasil.

(Palace of Madrid)



(Cathedral de la Almudena)

Saya coba ekspresikan sifat kota ini: spontan, hidup, agak kurang sopan, kalau kita duduk di cafe orang tdk dikenal lazim meminta rokok, apalagi begitu mereka mencium rokok kretek saya, mereka langsung tersenyum dan minta sebatang.Sejarah Madrid sedikit terpengaruh oleh Moorish yang menguasai Andalusia selama ratusan tahun. Moorish adalah pengaruh kelompok Islam Morocco yang menduduki Andalusia. Pengaruh arsitekturnya sangat menonjol di Granada, Sevilla dan Alhambra.

Setelah perang dunia II, diktator Franco membangun Spanyol dengan tirani, dan raja Carlos diusir ke pengasingan. Tetapi setelah 40 tahun berkuasa, Franco secara damai mengembalikan pemerintahan kepada Putra Mahkota Juan Carlos. Namun di luar dugaan rupanya Juan Carlos menghidupkan demokrasi sampai sekarang.

Transportasi di Madrid cukup lengkap, ada metro, bus, taxi, kereta api regional dst. Tiket Metro sekali jalan 1 Euro, tiket harian 4 Euro, dan 10 kali jalan 7 Euro. Inilah yang kami pakai karena praktis bisa dipakai berhari-hari.

Masalah kriminalitas seperti pencopetan agak mengganggu, sehingga kami disarankan untuk meninggalkan paspor dan barang berharga di safety box di hotel. Uang jangan disimpan di dompet, tapi di dalam tas kecil yang diselempangkan di dalam baju atau jaket.



Tapi cara yang paling baik menikmati Madrid adalah dengan jalan kaki di pusat kota seperti Puerta de Sol, Plaza Santa Anna, Plaza de Espana, Plaza de Retiro dll.

Madrid mempunyai dua museum kelas dunia, yaitu Museo Nacional del Prado dengan karya utamanya mahakarya Spanyol, Francis Goya dan Museo Nacional Centro de Arte Reina dengan mahakarya Picasso dan Salvador Dali.

Berbagai jenis restoran bertebaran di sekeliling kota, tapi tentu saja pilihan utama kami adalah tapas bar. Tapas bar adalah bar yang di meja tinggi yang sambil berdiri sudah tersedia berbagai makanan kecil. Kebanyakan di atas sepotong roti dengan udang, ikan, buah zaitun, cumi dll. Dan tentu saja tersedia berbagai minuman alkohol. Yang populer adalah minuman Sangria, yaitu sari buah dgn campuran alkohol ringan.

Hari pertama kami ikut tour dengan bus Double Decker. Kami pun naik ke tingkat dua yang terbuka dan untuk memudahkan pengambilan foto.

Hari kedua, kami mengunjungi Toledo.

Dan hari ketiga, kami menyempatkan naik kereta api selama 45 menit untuk mengunjungi factory outlet di Rojas. Mungkin konsep factory outlet di luar kota cukup ideal untuk kota besar di Indonesia, untuk menarik kepadatan kota.

Di Rojas ada factory outlet yang berupa mall, tapi ada juga yang di desa yang tentu harganya lebih murah. Sayang kami tidak berkesempatan mengunjungi yang di desa, padahal mereka memberikan service bagi yang belanja diatas 300 Euro akan diantar sampai ke hotel di Madrid.

Usai cuci mata, kami pun terbang ke Stuttgart, untuk mengunjungi kakak ipar, Andy Dharsono.

Artikel terkait: Museum Cervantes

No comments :