Merayakan Idul Fitri di Andalusia

Untuk pertama kalinya dalam kehidupan kami tidak merayakan Idul Fitri di Indonesia. Mala bekerja di Total Prancis, sedang Ucha bekerja di Bank Niaga Jakarta dan mendapat cuti bersama pada saat Lebaran selama 9 hari. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Mala untuk merencanakan kunjungan ke Granada, Sevilla, dan Cordoba. Tiga kota utama peninggalan pendudukan Islam selama 8 abad di Andalusia, Spanyol Selatan.

Tanggal 25 September 2008 kami bertiga terbang dengan Emirat menuju Paris untuk bertemu Mala, lalu dua hari kemudian kami terbang berempat ke Granada.

Carmen de la Alcubilla

Sesampainya di bandara, kami menyewa mobil Ibiza diesel 1900 cc dari Europe Car untuk tujuh hari dengan tarif 300 Euro dan langsung menuju ke penginapan Carmen de la Alcubilla.Untuk menuju kesana, kami berjalan kaki dari tempat parkir sejauh 50 m. Bangunan ini telah berdiri sejak ratusan tahun lalu, mungkin sesaat setelah Alhambra berdiri pada abad ke-14. Rumahnya 3 lantai, terdiri dari 10 kamar, dan diurus sendiri oleh pemiliknya. Aksesnya hanya masuk satu jalan mobil, dan bahkan banyak sekali rumah yang tidak masuk mobil. Di sini mobil betul-betul tidak menentukan status sosial.

Andalusia adalah propinsi paling selatan dari Spanyol dan dianggap rumah sesungguhnya kebudayaan Spanyol. Sebutlah adu banteng dengan matadornya, tapas, flamenco, guitar dll.


Nama Andalusia berasal dari nama bahasa Arab "Al Andalus", yang merujuk kepada bagian dari jazirah Iberia yang dahulu berada di bawah pemerintahan Islam. Yang disebut Al-Andalus pada masa itu sebenarnya wilayahnya jauh lebih luas daripada wilayah Spanyol yang dikenal sekarang. Tempat ini dapat bangga memiliki gedung-gedung terkemuka dengan nafas arsitektur Islam. Bahkan setelah rezim Islam jatuh pada abad ke-14, penerusnya penganut Katolik meneruskan pembangunan istana, taman dll.

Istana Alcazar, Sevilla

Riwayat Islam dimulai pada tahun 711 M pasukan Islam dipimpin Jendral Tariq ibn Ziyad meyebrang selat Gibraltar dengan membawa 10 ribu pasukan berkuda dari Afrika Utara yang berasal suku Berber. Ini adalah cikal bakal perkembangan kebudayaan Islam dan kerajaan-kerajaan Islam yang mulai bercokol di tanah Andalusia, sekarang Spanyol Selatan. Kedatangan Islam di Andalusia hampir delapan abad lamanya, kaum Muslim menguasai kota-kota penting seperti Toledo, Saragosa, Cordoba, Valencia, Malaga, Seville, Granada dan lain sebagainya.


Bangsa barat (Eropa) pun tercengang dengan kemajuan Cordoba, Granada dan Sevilla setelah dipimpin Bani Abbasiyah pada tahun 756 M. Umat Islam, Kristen dan Yahudi hidup rukun selama dua abad lebih di saat itu.

Di masa inilah lahir para tokoh ilmuwan dan filsuf yang karya-karya mereka kemudian mempengaruhi pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan Barat selama berabad-abad. Sebut saja Ibnu Thufail ahli Filsafat, Hukum dan Pendidikan, Ibnu Rusydi (Averroes) ahli Kedokteran, Aritmetik serta Hukum, Ibnu Bajjah ahli Fisika, Matematika, Astronomi serta Kedokteran, Al-Idrisi ahli Geografi, Ibnu Zuhr ahli Fisika dan Kedokteran, Ibnu Arabi ahli Hukum dan Teologi, Ibnu Khaldun ahli Ilmu Sosial dan Sejarah dan banyak lagi yang lainnya. Demikian ilmuwan pada masa itu tak hanya menguasai satu disiplin ilmu melainkan cenderung multidisiplin.


Pada era Perang Salib, Eropa melancarkan misi Reconquista, yaitu misi penaklukan kembali wilayah-wilayah Eropa. Satu persatu kota-kota dengan peradaban tinggi mulai jatuh, Lisboa, Merida, Cordoba, Valencia, Murcia, Sevilla dan puncaknya Granada yang jatuh pada 1492 M. Bangsa Moor di wilayah Andalusia tersebut terpaksa hengkang ke Afrika Utara karena misi Reconquista dilanjutkan dengan misi inkuisisi yaitu pembersihan kaum muslim, hingga sebagian murtad dan sebagian lagi bersembunyi di pegunungan.

1 comment :

maiyesni said...

asyiik banget bisa napak tilas bukti bersejarah kegemilangan khilafah islam