Berubah Sebelum Diubah

pic from: indonesia-now.com

Oleh Steve Kosasih*

Dapat dikatakan semua makhluk hidup menyukai keseragaman dan tidak menyukai perbedaan. Di dunia fauna, hewan-hewan yang sama akan cenderung berkumpul dan menolak kawanan yang tidak seragam dengan mereka.

Peribahasa Inggris menggambarkan hal itu dengan kalimat, "Birds of the same feather flock together". Hal yang sama juga berlaku untuk manusia. Kita cenderung menyukai mereka yang sama dengan kita dan menolak mereka yang berbeda, dalam hal apa pun.

Anehnya, hal itu sama sekali bertentangan dengan prinsip sukses dalam kehidupan. Untuk bisa hidup dengan baik di tengah masyarakat, kita harus mampu membaur dengan lingkungan yang beraneka ragam dan penuh dengan perbedaan.

Lantas, mengapa kita cenderung tidak suka perbedaan? Selidik punya selidik, ternyata itu karena secara alami makhluk hidup membenci perubahan. Perubahan mengakibatkan ketidakpastian. Padahal, untu bertahan hidup, sukses dalam pelajaran, berhasil dalam bisnis, dan banyak hal lainnya, kita membutuhkan kepastian. Charles Darwin menemukan fakta bahwa bukan makhluk yang terkuat atau yang terpintar yang mampu bertahan hidup, melainkan hanya yang mampu beradaptasi terhadap perubahan yang akan tetap eksis.


Mengubah yang paling mudah

Riset yang diberitakan Cambridge News menyatakan bahwa 10 jenis pekerjaan dengan bayaran tinggi pada 2015 bahkan belum ada pada 2005. Jika riset itu benar, mungkin kita menyekolahkan anak-anak kita untuk menghadapi dunia kerja yang belum eksis hari ini, melatih mereka untuk menggunakan teknologi yang belum diciptakan hari ini, dan mendidik mereka untuk memecahkan masalah yang belum ada hari ini.

Masyarakat Ekonomi ASEAN yang konon akan diberlakukan pada akhir tahun ini tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, pengacara, akuntan, dan berbagai profesi lainnya. Artinya, persaingan akan semakin ketat untuk seluruh masyarakat yang tidak siap menghadapi hal ini.

Mau tidak mau, kita harus berubah karena dunia terus-menerus berubah. Kita harus mulai mengubah yang paling mudah diubah dan ada dalam kendali kita: diri kita sendiri.

Ekspektasi dan daya saing diri harus kita ubah untuk menghadapi tantangan masa depan. Bahkan, cara kita melihat dunia juga harus kita ubah. Bahayanya, kadang dunia berubah tanpa kita sadari.


Bagai katak dalam tempayan

Peneliti dari MIT William Thompson Sedgwick menyatakan, seekor katak jika dimasukkan ke tempayan yang berisi air bersuhu normal dan perlahan-lahan dipanaskan tidak akan meronta dan melompat, tetapi akan mati karena tanpa sadar perlahan-lahan ia direbus hingga matang.

Susunan syaraf dan otak kita bereaksi terhadap perubahan hampir sama seperti katak itu (walau kita berjuta-juta kali lebih cerdas daripada katak). Kita cepat bereaksi terhadap perubahan ekstrem, tetapi sulit mengenali perubahan yang bertahap dan perlahan-lahan menggerogoti eksistensi kita. Jangan jadi katak dalam tempayan. Mari kita secara sadar mengubah diri kita ke arah yang lebih dibutuhkan dunia sebelum kita perlu berubah. Jangan menunggu saat kita terpaksa harus berubah karena mungkin saat itu sudah terlambat untuk berubah.


*Pemimpin Perusahaan Transportasi Publik

~ o 0 o ~

Sumber: Kompas, 5/11/2015

No comments :