oleh Steve Kosasih*
Malam itu, di Kota Philadelphia Amerika Serikat, hujan badai turun dengan derasnya. Seorang pengusaha hotel kecil yang merangkap sebagai manajer dan resepsionis menerima sepasang suami istri dari luar kota yang membutuhkan kamar untuk menginap. Saat itu, tahun 1889, belum ada teknologi pemesanan hotel secara online. Para pelancong sering kali terpaksa berspekulasi untuk memperoleh penginapan di suatu daerah.
Malam itu, seluruh keluarga sang manajer tidur di dalam kantor mereka saat sepasang tamu itu tidur dengan tersenyum di kamar mereka yang nyaman.
Lebih dari tiga tahun berlalu, pada suatu pagi, sang manajer menerima surat dengan amplop indah dan tinta emas. Sang tamu yang hadir di tengah badai pada malam yang gelap itu mengundangnya untuk dating ke kediaman sang tamu di New York.
Saat sang manajer tiba di New York, sang tamu menyambutnya dengan hangat dan mengajaknya melihat sebuah pencakar langit. “Bangunan ini akan menjadi hotel termegah di dunia. Saya ingin Anda yang mengelolanya.” Sang tamu adalah William Waldorf Astor, salah satu orang terkaya di dunia saat itu. Sang manajer adalah George Charles Boldt, yang akhirnya menjadi seorang miliarder pemilik berbagai jaringan hotel di Amerika Serikat. Bangunan itu adalah hotel Waldorf Astoria, yang saat ini adalah salah satu jaringan hotel kelas atas termewah dan terbaik di dunia.
Jangan tergesa-gesa menolak badai
Salah satu nasihat terbaik yang saya terima dari mentor saya adalah “tetaplah tersenyum saat badai melanda. Bekerjalah lebih keras daripada sebelumnya. Hanya mereka yang telah teruji oleh guncangan badai layak memimpin kapal yang lebih besar”. Semakin lama saya berkarier, semakin saya percaya bahwa nasihat itu benar. Pengalaman mengatasi berbagai krisislah yang kemudian memampukan saya untuk memimpin lebih baik dan tangguh dibandingkan sebelumnya.
Ada banyak pebisnis dan pemimpin yang mencuat dan sukses setelah “lulus” dari ujian badai dan kegelapan krisis yang mendera kehidupan mereka. Pada saat itulah keteguhan hati, daya juang, integritas, dan kreativitas kita benar-benar diuji oleh waktu dan keadaan. Seperti halnya tekanan dan proses alam mengubah karbon yang tak berharga menjadi berlian yang bernilai tinggi, hanya tekanan dan proses kehidupan yang mampu mengubah dan meningkatkan nilai diri serta harkat kehidupan kita.
Terkadang pada saat kegelapan dan hujan badai mendera kehidupan, kehidupan kita dikejutkan oleh tamu tak diundang yang mengusik kenyamanan kita. Jika saat itu tiba, kita perlu gigih menghadapinya dengan senyuman dan hati yang penuh syukur. Jangan terlalu cepat menolaknya, mungkin itu kesempatan yang ditawarkan Allah kepada kita untuk lulus dari ujian-Nya dan menerima karunia-Nya yang lebih besar lagi.
*Pemimpin Perusahaan Transportasi Publik
Sumber: Kompas, 26/11/2015
Teguh Tersenyum di Tengah Badai
Post by
DSP
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment