French Kiss

Menurut hikayat, negeri Prancis atau France atau French, kerap dihubungkan dengan chic, smart, sexy, rude, racist, anggur, banyak libur, skandal politik, The da Vinci Code, dst.

Tapi apapun kata orang, Prancis tetaplah bangsa yang besar yang memiliki natural joie de vivre dan savoir faire selama berabad-abad.




Kebiasaan orang Prancis, yaitu selalu makan siang di jam 12.00 – 14.00. Mereka bilang itu penting. Mereka juga cuti 40 hari setahun, dan bekerja hanya 35 jam seminggu.

Semua orang sakit masuk rumah sakit, dan sakit apapun itu dan jam berapapun, akan langsung dirawat. Soal pembayaran, itu urusan asuransi, dan orang miskin urusan negara. Pengangguran di sini mendapat tunjangan, dan jika mereka pada saat tes kerja merasa tidak cocok dengan pekerjaan tersebut, berhak menolaknya. Sekolah TK dan SD di sini kelihatannya banyak sekali kegiatan mainnya.

Inilah hal-hal yang menjadi persoalan di Indonesia sekarang. Membuat sebuah bangsa yang besar rupanya bukan dengan rame-rame bicara soal ujian akhir nasional, sementara setiap hari memberi contoh yang tidak baik kepada anak-anak bangsa.

Di jalan-jalan kota Prancis, meski mobil bersliweran, tapi kalau kita hendak menyeberang di zebra cross, mobil-mobil itu akan langsung injak rem, berhenti.




Soal french kissing, sebetulnya itu tidak ada, tapi cium pipi adalah bagian dari kehidupan mereka terutama di Prancis Selatan, cium pipinya kadang-kadang malah lebih dari dua kali dan ditambah rangkulan hangat.

Oh ya, kami sempat pula ke Bordeaux, daerah penghasil anggur yang terkenal itu, selama tiga hari.

(DSP)

No comments :