Kekayaan
Indonesia di bidang kuliner tentu tidak dapat kita ragukan lagi, perjalanannya
diwarnai asimilasi yang juga beragam karena kedatangan bangsa-bangsa dari
berbagai negara yang sempat singgah atau tinggal di Indonesia.
Sayapun
menyukai cerita tentang ciri khas masakan dari berbagai daerah di Indonesia dan
negara-negara dunia. Italia adalah salah satu negara yang kaya akan ragam menu
dan teknik memasaknya. Pada Kompas, Minggu, 29 November 2020 saya membaca
tentang Hidangan “Jelata” Italia yang ditulis oleh Wisnu Dewabrata. Di bawah
ini ringkasannya.
***
Jejak
perjalanan sejarah suatu bangsa ternyata juga bisa diikuti dan “dinikmati”
lewat beragam kuliner khasnya. Hal itu setidaknya tergambar dari salah satu
metode dan sekaligus cara penyajian hidangan ala “Negeri Pasta” Italia, “Cucina
Pvera”.
“Cucina
Pvera” bisa berarti makanan atau masakan orang jelata, bisa juga diartikan
dengan metode memasak, yang mengolah bahan yang ada dan terjangkau. Dengan
bahsa sederhana, pengolahannya tetap istimewa sehingga hasilnya terasa lezat.
Italia memiliki tokoh kuliner Pellegrino Artusi yang beberapa waktu lalu
diperingati dua abadnya dengan meluncurkan bukunya oleh Kedutaan Besar dan
Institut Kebudayaan Italia di Jakarta, buku tersebut berjudul Science in the Kitchen and the Art of Eating
Well. Artusi digelari sebagai Bapak Masakan Italia lantaran dianggap sangat
berjasa meletakkan dasar-dasar kuliner Italia.
Italia
punya daerah yang bernama Puglia, berada di pesisir selatan ujung semenanjung
yang terbilang subur dan berhadapan langsung dengan perairan Laut Mediterania.
Ciri khas utama hidangan di Puglia adalah jenis sayuran yang beragam, sehingga
mereka memiliki kaldu yang yang digunakan untuk memasak hidangan berbahan utama
protein hewani.
Puglia
juga punya risotto dengan versi lain dari yang biaa ditemui yang lebih berkrim
dan lembek lantaran ditambahkan dengan krim kentang. Rasanya lebih gurih dengan
aroma dari laut yang berasal dari daging kerang kupang. Disajikan dengan irisan
bawang bombai dan terong zucchini diiris tipis, yang keduanya digoreng rendam
dalam minyak panas. Aroma manis dari bawang bombai goreng secara mengejutkan
memberi kesan tersendiri saat berpadu dengan cita rasa asin dan gurih, terutama
dari dua jenis keju di dalamnya.
Menarik
sekali! Saya jadi terbayang risotto ini…
Saya
berharap Intitut Kebudayaan Italia yang saat ini dipimpin oleh Ms. Maria
Battaglia tetap menyelenggarakan acara tahunan yang memperkenalkan masakan
Italia kepada warga Jakarta dan Indonesia secara umum.